☯ HAPPY READING☯
Nyatanya hari-hari setelah ulangan semester pun tetap sama sibuknya. Mimpi untuk bersantai ria seketika lenyap bagi sebagian siswa yang tergabung dalam organisasi untuk memeriahkan hari ulang tahun sekolah delapan hari lagi.
Rencana mengundang artis kondang pun bukan lagi sebuah wacana mengingat pamflet telah disebarluaskan. Rangkaian bazar pun dibuka selama sehari penuh bagi siapapun yang berminat meramaikan. Tiket telah habis terjual bagi masyarakat umum yang ingin hadir.
Di tengah lapangan sekolah yang begitu luas, seluruh anak laki-laki yang tergabung dalam kepanitiaan bergotong royong membawa sound, kabel-kabel, dan peralatan lain untuk keperluan panggung. Tak jauh dari sana, sekelompok siswi bergumul, membuat dekorasi yang nampaknya baru setengah jalan.
Di sudut lain, ada satu dua yang tengah membahas sesuatu. Pun ada seorang gadis yang tengah sibuk menjelaskan konsep acara kepada gurunya. Sudut-sudut lapangan yang biasanya sepi pun ramai dengan anak yang membantu persiapan atau yang sekedar ingin menonton.
"Kak Olivia, aku mau mengumpulkan formulir pendaftaran bazar."
Olivia selaku ketua penanggung jawab bidang bazar pun bekerja cepat mencatat siapapun yang ingin mendirikan bazar tersebut. Bersama tiga rekannya, dia tenggelam dalam lautan kerjaan yang tiada habis.
Beralih ke tengah lapangan dimana anak laki-laki tengah bahu-membahu mendirikan panggung sesuai rancangan yang telah dibuat. Anggota Lucifer pun turut hadir, tersebar di berbagai sisi untuk membantu siapapun dan apapun.
"Weh, Jihan! Sini lo!" Zidan berteriak sambil melambaikan tangannya.
"Apaan sih? Nggak sopan banget manggil kakak kelas tanpa embel-embel Kak," kesal Jihan pada Zidan yang berada satu tingkat di bawahnya.
"Terus gue peduli gitu?" Zidan mengeluarkan cengirannya. "Eh, gue minta rancangan dekorasi panggung dong!" Zidan mengulurkan tangannya.
"Rancangannya ada di Leon sama anak dekor. Gue bukan urusan dekorasi." Jihan langsung melenggang pergi, meninggalkan Zidan yang kesal.
"Bang Daniel kampret, tadi gue disuruh minta sama Jihan, ternyata rancangannya ada di Bang Leon." Zidan berbalik arah, berputar sejenak mencari sosok Leon di lautan manusia.
"Woi! Kerja yang bener! Kalau nggak bener nggak pada dapet dollar!" seru Andre sambil mengangkat setumpuk papan triplek.
"Emang lo punya dollar, Ndre?" tanya Elang yang berada tak jauh darinya.
"Kagak, di pertukaran uang pasti banyak tuh," jawab Andre dengan tampang mengesalkan.
"Bunuh temen dosa nggak sih?" kesal Elang yang sudah berancang-ancang membalang Andre dengan palu.
"Itu dosa, Bang, kalau dosa kan kita masuk neraka. Kalau masuk neraka kita bakal disiksa. Kalau nggak percaya, tanya aja sama pak haji," balas Kenzie, salah satu anak Lucifer kelas 11.
"Iya, iya, gue percaya." Elang cepat mengiyakan lalu pergi mengambil setumpuk paku.
Setelah Zidan kembali bersama Rafka sebagai ketua bagian dekorasi, semua anak yang ditugaskan mendirikan panggung pun berkumpul mendengar penjelasan Rafka. Lima menit kemudian mereka mulai bekerja di bawah arahan serta bantuan dari Rafka.
☯
Ketika yang lain tengah sibuk mondar-mandir banting tulang membantu persiapan di lapangan sana, Rafael sibuk mencari gitar di ruang musik. Laki-laki itu ditunjuk untuk ikut perform padahal dirinya sudah bersikeras menolak. Setelah mendapatkan gitar, Rafael segera menyetel ulang gitarnya sampai suara yang dihasilkan merdu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Rafael Aditya, salah satu anak kesayangan semua guru. Sifatnya yang tegas membuat Rafael ditunjuk sebagai pemimpin di banyak hal. Materi dan kemewahan selalu mengikutinya. Namun, kejadian dimana dia kehilangan sebu...