36. ANGRY

232 17 23
                                    

"Seburuk-buruknya keputusan adalah yang diambil saat kamu dipenuhi amarah."

–Daniel Nathaniel

☯ HAPPY READING

"Hei!"

Tiga gadis yang diam-diam menguping pembicaraan sambil bersembunyi rapat-rapat itu terlonjak kaget. Dari gerak-geriknya yang tampak gugup dan saling toleh satu sama lain dapat disimpulkan bahwa ketiganya ketakutan. Sebagai pemilik ide gila ini, Soraya akhirnya memberanikan diri untuk lebih dulu menengok ke belakang, disusul oleh dua sahabatnya.

"Rafael?"

Keterkejutan mereka meningkat berkali-kali lipat saat mendapati ketua Lucifer, pemimpin geng turun temurun SMA Cakra Mandala yang disegani, berdiri di belakang mereka. Kontan detak jantung ketiganya terpacu cepat, jujur saja ini lebih mengejutkan daripada terpergok oleh geng di dalam.

"Gara, antar tiga manusia ini ke markas! Jangan pergi sampai gue kembali!" Perintah itu meluncur mulus dari mulut Rafael, perintah dengan nada ketus dan menakutkan yang bahkan tak pernah Soraya dengar.

Dengan terburu-buru tapi tetap menjaga sopan santun, Gara menggiring kakak kelasnya untuk pergi mengikutinya. Gara tidak ingin membuang waktu dan menimbulkan masalah lain di mata Rafael.

Sepeninggal Gara, Soraya dan sahabatnya. Rafael melangkah maju menuju markas geng Kencana dengan penuh hati-hati dan perhitungan. Dari celah kecil ia mengintip apa yang sedang mereka lakukan di dalam. Sepertinya seru jika menyerang saat lawan tengah berpesta batin Rafael dengan seringainya

Dia memberi aba-aba agar Andre dan Leon masuk, sedangkan sisanya berjaga di luar.

"Heyo! Brother!" sapa Rafael dengan energik.

"Wow, halo, Bro! Ada perlu apa hum? Tumben sekali ke sini," balas Laskar, ketua geng Kencana.

"Sengaja berkunjung. Apa kabar kalian?" tanya Rafael setelah melakukan salaman ala anak laki-laki.

"Baik sekali!" balas semua yang ada di situ.

Rafael mengedarkan pandangannya, menatap satu-persatu anggota geng Kencana. Sampai pandangannya terkunci pada anak dengan kaos kuning di sisi ruangan.

"Lo ajak Laskar ngobrol! Gue mau keliling bentar," bisik Rafael pada Andre.

Setelah ditugasi Rafael begitu, Andre segera mengajak Laskar berbincang. Andre melaksanakan tugasnya dengan baik, seolah semua yang ia bicarakan benar-benar dari hati sehingga tidak terlihat seperti settingan. Hal itu tentu saja membuat Rafael semakin leluasa mengelilingi markas.

"Hei, Bro, lo kenal Zidan?" tanya Rafael to the point pada cowok berbaju kuning.

"Nggak," balas cowok itu cepat.

Rafael terkekeh. "Cih, jangan bohong! Akui kebusukan lo, kawan!"

Cowok itu mendorong Rafael sampai tersungkur ke lantai. "GUE BILANG NGGAK, YA NGGAK!"

Keributan tersebut berhasil mengambil seluruh fokus dari anggota lain. Persetan dengan semua perhatian yang ditujukan untuknya, laki-laki itu bangkit dan menarik kerah cowok tersebut kuat-kuat. "B 2125 WV. Plat nomor motor lo kan?"

"Woy! Woy! Ini ada apa sih?!" Sebagai ketua sekaligus tuan rumah, Laskar terjun menengahi.

"Akui kejahatan kalian sekarang!" seru Rafael tak terkontrol.

"Kejahatan?" Laskar bertanya dengan sebelah alis dinaikkan, tapi bibirnya membentuk garis miring.

"Hahahahahahahahaha akhirnya lo tau juga, Rafael!" Setelah satu menit dibiarkan hening, Laskar tertawa menggelegar, mencemooh Lucifer.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang