☯HAPPY READING☯
Pada siang yang terik, sepoi angin dengan sombongnya tak ingin menyapa, memerangkap bumi dalam panas yang siap membumihanguskan penduduknya. Namun, di hari panas yang menyengat, si pemeran utama malah bergelung dengan rasa aneh dalam sanubari. Selepas beradu konversasi dengan sang sahabat kemarin sore, ada sebuah rasa mengganjal dalam hati.
Rafael mengacak-acak rambutnya kasar, bingung dengan segala permasalahan yang menggunung memenuhi ruang otak. Hidupnya kacau, semua yang pernah ia bangun dengan sepenuh hati runtuh tanpa ingin memberi sisa. Persahabatannya yang meregang, ibunda dan permintaan terakhirnya, tentang Soraya, serta kasus kecelakaan sang ibu yang masih belum terselesaikan.
"Argh!" Rafael meninju tembok di kamarnya, tidak terlalu kuat.
Setelah sebuah tinjuan pelampiasan emosi, Rafael kembali diam tertunduk. Membiarkan batinnya kembali bertengkar dengan pikirannya yang rumit. Ia selalu ingin berlaku egois di atas kekecewaannya, tapi entah mengapa si batin tidak ingin membiarkan ia melakukannya begitu saja.
Lelah dengan semua yang dirasa, Rafael bangkit, membawa langkah yang teratur menuju kamar sang ibunda yang sudah lama tak terjamah raga. Sengaja dirinya bertamu, selain untuk mengobati rindu mungkin berdiam di sana dapat membuat perasaannya membaik.
Berdiri sejenak menatap kamar rapi tanpa penghuni adalah kegiatan Rafael yang pertama. Selanjutnya laki-laki itu memilih menyusuri sudut kamar, menengok-nengok barang seandainya ada sesuatu yang dapat membuatnya senang atau penasaran.
"Dimana mama menyimpan benda itu?" Akibat melihat figura berisi foto keluarganya yang masih lengkap dulu, Rafael mengubrak-abrik ruangan guna mencari album foto.
Lemari pakaian, di atas lemari, di meja kerja samping pintu, bahkan sampai kolong kasur sudah Rafael telusuri, tapi sepertinya mencari album foto tidak semudah itu. Ah, mungkin tidak akan pernah mudah, sebab yang mengetahui semua detail penempatan barang sudah tiada.
Rafael tersenyum puas setelah dirinya berhasil menemukan eksistensi si barang yang bersembunyi di laci nakas. Album foto setebal sepuluh sentimeter itu Rafael ambil sampai tak sengaja dirinya melihat sebuah amplop keemasan yang terselip di buku diary ibunya.
"Wah, apaan tuh?" Dalam sekejap keinginan untuk bernostalgia dengan album foto lenyap digantikan rasa penasaran yang meroket setelah melihat amplop tersebut.
Ragu tangannya terulur, mengambil amplop berbau ganjil itu. Sekon selanjutnya amplop tersebut telah berganti wujud menjadi secarik kertas dengan tulisan rapi yang sangat Rafael kenali, siapa lagi jika bukan tulisan ibunya?
Drrtt
Tepat setelah dirinya menyelesaikan kalimat terakhir, sebuah pesan masuk. Masih dengan perasaan tercampur aduk, si peran utama menjangkau ponselnya, membaca pesan yang mampir di ruang obrolan.
Soraya
|Besok kita bisa ketemu?
|Ada yang mau aku bicarain
11.53Bukan besok, tapi hari ini|
Ayo ketemu hari ini|
11.54|Ah, o-oke
|Nanti aku atur tempatnya
11.55Benar, dia harus bertemu dengan kekasihnya itu—karena dia belum benar-benar putus bukan? Mungkin memang sudah saatnya semua masalah ini diluruskan.
☯
Pukul satu lebih delapan menit, si gadis yang awalnya mengajak bertemu baru saja datang. Ia tersenyum kikuk pada laki-laki di depannya sebab telah terlambat delapan menit lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Rafael Aditya, salah satu anak kesayangan semua guru. Sifatnya yang tegas membuat Rafael ditunjuk sebagai pemimpin di banyak hal. Materi dan kemewahan selalu mengikutinya. Namun, kejadian dimana dia kehilangan sebu...