28. PENYERANGAN BALAS DENDAM

242 18 36
                                    

☯HAPPY READING☯

Rafael tersenyum geli melihat tingkah konyol Soraya yang kesusahan membuka pengait helm. Terlanjur gemas, Rafael memotong jarak, membiarkan keduanya makin dekat. Dengan senyum mengejek yang masih terpampang, Rafael membukakan helm yang dipakai gadisnya.

"El, kamu tambah ganteng deh kalau dilihat dari dekat." Soraya memandang Rafael tanpa berkedip. Mungkin fakta bahwa ia mengatakan sesuatu pun tak disadari.

Rafael terkekeh mendengarnya. "Kamu baru sadar? Ahh, kemana saja kamu ini?"

Soraya mencubit hidung Rafael gemas. "Aku ada di depanmu, El."

Rafael tertawa renyah sambil mengaitkan helm yang Soraya pakai di belakang jok motornya.

"Dear, hari ini aku ada misi penting nih. Doakan ya, pacarmu yang ganteng ini mau menumpas iblis-iblis di luar sana!"

Wajah Soraya berubah tegas, netranya menyipit tajam. "Kamu mau tawuran?"

"Nggak kok, cuma mau memberantas iblis-iblis doang." Rafael menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sial, mengapa dia menjadi gugup?

Soraya menghela nafas lemah, dia tidak ingin Rafael berantem lagi. Dia tidak ingin kesayangannya terluka lagi. "Sudah aku bilang kan? Jangan lukai dirimu selagi masih ada cara lain. Apa kamu enggak paham?"

Rafael tersenyum manis untuk membuat kekasihnya percaya. "Aku paham Dear, tetapi temanku butuh aku. Lagipula, aku punya kamu yang siap mengobati lukaku."

"Dokter juga butuh istirahat, dokter juga khawatir kalau pasiennya terluka." Soraya melipat kedua tangannya khas orang merajuk.

Rafael mengelus pipi manis Soraya. "Jangan khawatirkan aku, cukup doakan aku agar selalu kembali padamu!"

Jika dalam keadaan yang sedikit baik, sudah dipastikan Soraya mengalami serangan jantung akibat gombalan laki-lakinya. Namun, dalam situasi ini, kalimat itu hanya bisa meluluhkan hatinya agar bisa mengijinkan Rafael pergi. Yahh, meski dengan berat hati. "Baiklah. Datang padaku ketika kamu terluka."

"Siap komandan!" Rafael hormat pada Soraya.

"Komandan, saya harus pergi karena kewajiban telah memanggil!" Rafael menunduk hormat pada Soraya, seolah kekasihnya itu seorang majikan.

"Berangkat aja sana!" balas Soraya jutek, dia tetap kesal saat Rafael akan pergi melaksanakan kegiatan semacam ini.

Rafael mengangguk kecil lalu melambaikan tangannya. Dia cukup peka kalau kekasihnya itu tengah kesal, tapi ini menyangkut Lucifer mana mungkin dia membiarkannya.

"Assalamualaikum, ya ahli kubur!!" seru Daniel di tepi lapangan Banteng, tempat yang menjadi tempat adu nasib kali ini.

Andre melipat kedua tangannya sembari berkata dengan logat jawanya. "Nuwun sewu mas, kita sedaya badhe mertamu. Sampean sedaya wonten pundi nggeh?!"

*Permisi, Kak. Kita semua mau bertamu. Kalian semua di mana ya?

Semua anak Lucifer telah berkumpul di lapangan Banteng sesuai undangan dari anak Dragon. Beberapa dari mereka menyisir keadaan, tapi sebagian besar tetap menatap lurus ke depan, memasang posisi siaga menunggu komando dari Rafael.

Inti Lucifer yang kali ini tidak lengkap karena Leon harus mengurus kegiatan OSIS nya pun mulai kesal melihat lapangan yang kosong melompong. Sebenarnya bukan hanya mereka, tapi semua anak Lucifer pun sama kesalnya.

"Aduh akang teh, jadi tawuran nggak sih?!" kesal Elang sambil menendang kerikil yang ada di dekatnya.

"NANTANGIN TAPI SEMBUNYI! DASAR PECUNDANG!" Rafael berteriak sekeras mungkin agar anak Dragon keluar dari persembunyiannya. Dia tau, kalau mereka hanya sembunyi di sekitar lapangan.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang