"Ketika kamu menghancurkan orang lain, saat itu pula kamu sedang membuat diri sendiri hancur."
—Rafael Aditya
☯ HAPPY READING☯
Terhitung dua hari sudah gadis pemilik kamar bernuansa biru itu tak ingin keluar. Matanya membengkak dengan kantung yang tercetak jelas. Pipi tirus itu juga tampak basah dengan hiasan titik air mata.
Di atas nakas, benda yang biasa disebut sebagai ponsel pintar itu tak memiliki kehidupan sebab sengaja dimatikan oleh si pemilik. Hal tersebut tentu saja agar semua komentar mengerikan tak dapat dilihat oleh Soraya. Namun, itu malah menjadi masalah bagi sahabat sang gadis yang tak dapat menghubungi. Bahkan saat mereka datang menghampiri, Soraya masih tak sudi untuk menemui.
Meninggalkan Soraya dengan segala pikiran rumitnya, mari kita mengulas tentang lima laki-laki yang tengah berkumpul di rumah pribadi Leon. Di taman minimalis penuh bunga itu mereka tengah beradu konversasi, sangat seru bahkan dalam satu kali lihat.
"Nanti kalau gue mau nembak cewek tinggal petik bunga mawar Leon aja ah, itung-itung mengurangi pengeluaran." Andre menceletuk sembari melihat-lihat serumpun bunga mawar di sudut taman.
"Dih, nggak modal banget," cibir Daniel.
"Halah, palingan nggak ada yang mau sama lo," sinis Leon.
Andre menyibak rambutnya lalu membenarkan kerah kemeja, sok keren. "Mulut kalian asal jeplak doang! Masak orang ganteng gini nggak ada yang naksir."
"Sekarang jamannya good looking lebih digilai daripada good attitude. Mungkin lo bakal laku, Ndre," kata Rafael disela mabarnya bersama Elang.
Andre membulatkan mata. "Maksud lo, attitude gue kurang gitu?"
"Kalau masalah attitude gue nggak yakin ye, tapi kalau masalah kewarasan, lo jaaauuuh dari kata cukup." Daniel menggeser posisi Elang yang tengah bersender di bawah pohon cemara petir. Dengan decakan pelan, Elang akhirnya pergi dari tempatnya menuju Rafael yang duduk bersender di tembok belakang rumah Leon.
"Mending gila daripada buaya. Menyakiti hati perempuan itu dosa!" sergah Andre dengan penekanan di ujung kalimat sambil melirik Daniel sengit.
Daniel terkekeh. "Gue bilangin, akhir zaman nanti perbandingan antara cewek sama cowok tuh 50 banding 4. Jadi wajar kalau fuckboy makin merajalela."
"Jadi fuckboy aja bangga, ntar kalau ceweknya pada ngambek langsung merengek minta tolong," cibir Leon.
"Yeah, we won!" Tak peduli dengan perdebatan teman, Rafael dan Elang malah bertos ria selepas meraih kemenangan dalam agenda bermain game.
Perseteruan mereda begitu saja, sehingga Leon memilih untuk men-scroll instagram di sela kegabutan. Saat sedang asik-asiknya sebuah notifikasi membuat Leon berdecak, yang sialnya malah berakhir terpencet dan membuatnya berakhir di ruang obrolan kelas.
Bu Laely : Mohon yang belum/ketinggalan dalam melaksanakan ujian praktek untuk segera mempersiapkan diri untuk ujian praktek susulan. Ujian praktek susulan di mulai besok sampai lima hari ke depan.
"Aduh, Bu. Kirain apaan!" Keluhan itu bukan dari Leon melainkan Andre yang misuh-misuh karena live Ig-nya terganggu.
"Gue denger-denger Soraya belum masuk sekolah semenjak dua hari lalu." Daniel bergabung dengan sahabatnya yang lain setelah bergabung di live ig milik Andre.
Rafael yang tadinya bermain ponsel sambil bersiul-siul pun seketika diam, ingin mendengar percakapan yang dimulai Daniel.
"Lo cuma mau diam aja, Raf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Rafael Aditya, salah satu anak kesayangan semua guru. Sifatnya yang tegas membuat Rafael ditunjuk sebagai pemimpin di banyak hal. Materi dan kemewahan selalu mengikutinya. Namun, kejadian dimana dia kehilangan sebu...