05. WHAT'S WRONG?

509 45 1
                                    

☯ HAPPY READING ☯

Soraya masih dengan wajah ketusnya saat keluar dari mobil Rafael, senyumnya terkesan dipaksakan saat mengucapkan terima kasih. Selepas mobil Rafael menghilang ditelan ujung gang, Soraya masuk ke rumahnya dengan langkah gontai.

"Rara pulang, Ma." Soraya tersenyum tipis ke arah Mamanya yang tengah fokus pada ponsel dengan tumpukan berkas di hadapannya.

Mamanya menoleh lalu melempar senyum tipis. "Langsung mandi ya!"

Soraya hanya mengangguk, didengar dari nada bicaranya sepertinya perempuan itu tengah berada di mood yang tidak baik. Biarlah, biasanya mamanya akan begitu jika banyak kerjaan atau sedang dalam fase tidak ingin diganggu.

Gadis itu melempar tasnya asal lalu bergegas mandi. Tak perlu waktu lama, Soraya sudah rapi dengan setelan rumahan. Sebab rasa lelah yang terlanjur menyarang, Soraya memutuskan untuk berbaring. Langit-langit kamar yang serupa dengan langit membuat gadis itu semakin rileks dalam menjemput alam mimpinya.

"RARA, AYO TURUN! MAKAN DULU!"

Teriakan milik seorang ibu memang ampuh sekali untuk membuat yang sedang tidur terbangun. Buktinya Soraya menggeliat pelan dan langsung duduk setelah mendengar teriakan sang ibu. Matanya yang masih berat ia gosok guna menyesuaikan cahaya sekitar. Selepas mencuci muka ia langsung turun ke bawah sebelum mamanya kembali teriak.

"Makan!" Mamanya menunjuk sepiring nasi goreng yang tersaji di meja makan.

"Loh kok seporsi doang? Mama gimana?" tanya Soraya bingung sekaligus tidak enak.

"Tadi Mama udah makan di luar pas kamu tidur." Wanita itu melangkah meninggalkan Soraya dengan mata yang tak luput dari ponsel.

Soraya mengangguk mengerti. Ditariklah kursi kayu tersebut untuk ia duduki. Tanpa perlu waktu lama piring itu bersih tak bersisa, Soraya segera mencucinya dan pergi menuju kamar. Saat sampai di tangga, Soraya sekilas melihat mamanya yang sibuk bermain ponsel. Si gadis mengernyit heran, tumben sekali sang ibu bermain ponsel jam segini, biasanya dia akan sibuk dengan laptop dan berkas kerjanya.

Pada akhirnya Soraya memilih melanjutkan langkah menuju ruang favoritnya walau otaknya masih bertanya-tanya tentang sifat si ibu yang sedikit aneh.

Pagi ini seperti ada hal yang mengganjal, sang tuan yang biasanya ikut meramaikan meja makan kali ini absen. Si puan mengatakan, ia harus meeting sehingga sang buah hati tak dapat membantah lagi.

"Tumben papa ada meeting, Ma." Rafael mengambil dua potong roti tawar kemudian mengoleskan coklat di salah satunya.

"Nggak tau, El. Papa juga udah lama sekali nggak meeting." Mamanya menimpali sembari meletakkan segelas susu di depan buah hatinya.

Rafael mengangguk saja, mengira ayahnya harus pergi meeting demi perusahaan. Namun, hal itu terus terjadi dalam rentang waktu yang cukup dekat. Tuan Aditya sering melewatkan jam sarapan dan juga makan malam bersama, dengan alasan yang sama pula, yaitu sibuk dan harus meeting.

Hari berganti begitu cepat sehingga minggu pun berubah menjadi bulan. Dua bulan berlalu sehingga title anak baru sudah tak berlaku lagi bagi Soraya. Banyak orang yang mulai mengenalnya, sebagian karena tertarik sebagian lagi karena tak sengaja.

"Assalamualaikum, Ma."  Selepas membayar ongkos ojeknya, Soraya berjalan terburu-buru menuju rumah.

"Waalaikumsalam, Rara sayang udah pulang." Senyum hangat sang ibu yang pertama kali menyambut.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang