06. KUMPUL BARENG

443 45 0
                                    

☯HAPPY READING☯

Rafael masuk ke kelas, lalu melempar tasnya begitu saja. Tindakan ini memang sedikit kasar tapi selalu menjadi pertanda bahwa mood laki-laki itu sedang tidak baik. Dengan kasar ia memutar arah kursinya menghadap bangku Daniel lalu mengintip apa yang tengah dia lakukan.

"Eh kapten Rafael yang terhormat udah datang. Bagaimana, sudah galaukah hari ini?" Merasa diperhatikan, Daniel pun menoleh sebentar dan kembali fokus dengan game-nya

"Belum sih, niatnya ini mau ngumpulin, terus gue kasih semuanya ke lo," balas Rafael dengan sedikit candaan walau nadanya terlampau datar.

Daniel memutuskan menyudahi aktivitas bermain game-nya dan menyimpan benda elektronik itu di saku. "Eits tidak bisa begitu, jika ada orang lain kenapa harus gue."

"Ya kan lo orang lainnya," celetuk Leon yang ternyata menyimak sejak tadi.

Daniel berdecak sebal, sedetik kemudian dia meluncur ke meja Leon, membuka buku Kimia yang tergeletak di meja dan memberikannya pada laki-laki blasteran itu. "Bang Leon, mending belajar aja, nggak boleh ikut campur. Meresahkan pokoknya kalo lo ikut campur teh."

"Morning epribadiiii!!!!" Suara yang sebelas dua belas dengan burung gagak itu menginterupsi, diiringi oleh sang pemilik yang berjalan menuju tempatnya.

Leon, Rafael, dan Daniel hanya menoleh tak berniat untuk menjawab, begitupun teman sekelas lainnya.

Andre menghela napas pelan, langkahnya terhenti tepat di depan papan tulis. Ia menatap teman sekelasnya kecewa sembari berkacak pinggang seolah tengah menilai sesuatu. "Guys ayolah! Pagi-pagi gini harus semangat dong jangan kayak kerupuk kehujanan!" serunya menggebu-gebu sebab tak ada satupun yang membalas sapaannya.

"Iya Andre ganteng, iyaaaa!" balas Arum, orang anti ribet yang sukanya mengiyakan pertanyaan teman.

Walaupun sudah tau sifat Arum, tapi bagi Andre itu tetaplah jawaban yang ciamik. "Oke sip. Kak Arum memang terbaik lah, pasti cocok ni jadi pacar abang."

"Ngerdus terus! Dikira sini tempat rongsok apa?!" Berbeda dengan Arum, kalau si Karin alias si preman kelas–bendahara– ini lebih suka membentak dan bicara jujur, walau jujurnya si Karin itu nyebelin.

Saat keributan itu berlangsung, kebetulan Elang baru saja berangkat. Melihat Andre di depan sana, ia sudah tau persis apa yang laki-laki itu perbuat. Setelah sampai di tempat Andre, Elang menyeret tangan kiri Andre sehingga laki-laki berdarah Jawa itu pun bergeser dari tempatnya. "Balik ke meja lo sana, malu-maluin manusia doang."

"Njih, raden."

"Nanti malam jangan lupa kumpul bulanan. Awas lo pada kalau pada absen." Leon menatap temannya satu-persatu dengan kerlingan tajam sebagai tanda bahwa kumpul malam nanti adalah sebuah kewajiban.

"Iya, gue tau lo pengen kita bayar kas tepat waktu," balas Andre malas. Leon memanglah wakil ketua Lucifer, tapi bendahara tercinta selalu berkonsultasi padanya sehingga Leon hapal siapa yang sering nunggak dan siapa yang rajin membayar.

Mendengar bahasan tentang kumpul bulanan, Elang jadi ingat kalau kemarin ada yang mengadu padanya. "Oh iya, manusia-manusia itu minta ngumpulnya jangan di markas. Sumpek katanya, pengen refreshing, melihat pemandangan baru dengan suasana baru—"

"Dan pacar baru tentunya," potong Daniel.

"Yang buaya memang beda ya saudara," balas Rafael dengan senyum lebar, lelah dengan peringai sahabatnya.

"Ini aligator sih, bukan buaya," tambah Leon yang sontak mendapat pelototan tak terima dari Daniel.

"Enak aja lo!"

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang