35. NEKAT

202 15 26
                                    

☯ HAPPY READING☯

"Jadi gimana?"

Pertanyaan itu tak kunjung terjawab, atau lebih tepatnya tidak ada yang berminat menjawab. Sudah satu minggu ini, Rafael dan inti Lucifer menyelidiki kecelakaan yang menimpa Zidan.

"Kenapa nggak lo lacak dia aja?" usul Daniel pada Elang yang masih sibuk mengutak-atik laptop di depannya.

"Nggak semudah itu, Dan." Alih-alih memulai acara lacak-melacak, Elang malah memutar ulang rekaman cctv yang mereka dapatkan kemarin.

"Stop! Coba ulang!" perintah Rafael. "Pause!"

Elang mengikuti perintah Rafael dan membiarkan sang ketua mengamatinya.

"Coba besarin lagi gambarnya!" Elang pun mengikuti perintah Rafael.

"Amati plat nomornya!" kata Rafael tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop. "Lacak plat B 2125 WV!"

Elang mulai melancarkan aksinya. Saking tegangnya, keringat pun mengalir menyusuri kening Elang.

"Anjir, jangan tegang-tegang, Lang! Lo nggak lagi ngelamar cewek," kata Daniel yang membuat semuanya tertawa, kecuali Leon dan Elang.

"Bacot," balas Elang datar.

Menit demi menit berlalu, namun Elang masih belum menemukan keberadaan motor tersebut.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!"

Sontak seluruh atensi mereka berlima beralih menuju sumber suara. Gara dan juga Joshua masuk dengan membawa seplastik jajanan. Mereka pun melakukan tos ala anak laki-laki pada umumnya.

"Lagi nyari dia ya, Bang?" tanya Gara yang kini sudah duduk manis di samping Leon.

"Hm." Leon berdehem menjawab pertanyaan Gara.

"Nah ketemu, dia ada di koordinat ini." Elang menunjuk angka yang muncul di layar laptopnya, "Kira-kira dia ada di daerah Menteng," lanjutnya.

Rafael mengangguk paham. "Ayok cabut dan cari dia!"

Mendengar perintah Rafael mereka berenam langsung keluar dan berniat mencari. Sebelum Rafael benar-benar pergi, dia mengirimkan pesan ke grup WhatsApp Lucifer untuk mencari orang tersebut bersama-sama.

Rafael dan teman-temannya mulai berjalan menjauhi markasnya. Sampai tak sadar ada seseorang yang selalu mengintai gerak-geriknya. "Lo nggak akan pernah menemukannya, Rafael."

Di sisi lain Soraya tengah bermain bersama ketiga sahabatnya. Dia sibuk bermain dengan Chubby, kucing berbulu kelabu milik Illy.

"Lucu banget kucingnya, pengen gue karungin," pekik Soraya sambil mengelus-elus kepala kucing Illy.

"Enak aja, lo beli sendiri gih!" kata Illy tidak terima.

Keyla yang sibuk menikmati es krim kini ikut join bermain kucing, meskipun cewek satu ini mengaku tidak terlalu suka dengan hewan lucu itu.

"Ray, seminggu ini lo di rumah aja?" tanya Illy.

Soraya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari Chubby.

"Lo nggak jalan sama Rafael?" Kali ini Keyla yang bertanya.

"Nggak, dia kan lagi sibuk ngurusin kasusnya Zidan," jawab Soraya berusaha menutupi kekecewaannya pada Rafael.

"Sad, tapi yang sabar ya, Ray! Doain aja supaya cepet selesai kasusnya." Illy mengelus pundak Soraya untuk memberi kekuatan.

"Halah, ngerti apa lo soal sabar? Nge-charge ponsel aja udah dicabut sebelum baterainya full," kata Keyla.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang