04. BOLOS

604 50 4
                                    

"Seteladan apapun seorang murid pasti mereka pernah bolos."
-Rafael Aditya

☯HAPPY READING☯

Kaki kecil itu bergerak menyusuri koridor saat semua siswa duduk rapi menerima pembelajaran. Tujuan kakinya adalah ruang UKS tetapi tujuan otaknya adalah membolos. Dalam langkah kecil itu, kepalanya celingukan, mengintip kelas yang pintunya terbuka.

Dua minggu lebih bersekolah, terlalu dini untuk menikmati pahit manisnya membolos. Namun, Soraya akan melakukan itu demi mengusir kantuk yang menyerang seperti virus.

Senyumnya terbit tepat ketika melewati gudang penyimpanan alat olahraga yang terletak sebelum ruang UKS. Dia mengendap-endap masuk, mencari benda yang dapat ia mainkan. Pilihannya jatuh pada bola jingga di sudut ruangan, ia membawa bola itu kabur menuju lapangan basket outdoor yang sedikit jauh dari bangunan kelas dan ruang guru.

Setelah melakukan pemanasan singkat, Soraya mulai men-dribble bola tersebut. Melakukan satu dua trik yang ia kuasai sebelum memasukkan bola ke ring. Gadis itu terus mengulanginya dengan senyum lebar, dia rindu bermain basket.

Prokk!! Prokk!!

Tepukan tangan yang cukup meriah itu menyapa rungu Soraya, membuat gadis tersebut refleks berhenti. Ia membalikkan badan, mengarah ke asal suara. Sedetik kemudian ia menelan ludah susah payah melihat orang yang tengah memergokinya.

"Tolong jangan kasih tau guru kalau gue bolos ya! Gue nggak bakal ngulang kok, please!" Seperti gerak refleks, Soraya langsung menangkupkan dua tangannya sembari menunduk. Setelah itu ia berniat kabur sembari memeluk bola jingga itu.

Soraya menutup matanya semakin takut, dalam hati ia berdoa agar bisa kabur meski beberapa kali ia menyumpah serapahi diri sendiri dan orang yang memergokinya. Langkah kakinya yang semula maju kini bergerak ke arah yang berlawan, orang itu berhasil menahannya pergi dan menariknya ke belakang.

"Please jangan kasih tau guru ya!" Soraya membuka matanya, kembali menangkupkan tangan, memelas.

"Sini aja, temenin gue!" perintah orang itu dengan senyum tipis. Sungguh di luar dugaan.

"Eh?" Soraya kaget dengan jawaban orang tersebut terlebih ketika ia diseret mendekati ring.

Orang berjenis kelamin laki-laki itu meminta bola yang Soraya bawa lalu men-dribble-nya dengan telaten mendekati ring. Begitu sampai di bawah ring, ia melompat sedikit, memasukkan bola itu dengan mudah. Sementara Soraya masih diam di tempat, berusaha mengingat nama laki-laki yang tengah bersamanya itu.

"Kok diam aja?" Sang adam menegur Soraya yang sedari tadi tak bergeming.

"Lo Rafael Aditya kan? Kapten basket sekolah?" Soraya menjentikkan jari merasa senang karena mengingat nama anak di depannya.

"Iya, kenapa?"

"Lo kan kapten basket sekolah, masak bolos sih? Emang nggak takut reputasi lo turun?" Soraya mendekat, menatap Rafael aneh.

"Ck, seteladan apapun seorang murid dia pasti pernah bolos. Contohnya kita," jawab Rafael santai, ia masih saja melakukan dribbling-shooting.

"Tapi kan lo kapten basket, masak malah ngajarin yang nggak bener," balas Soraya sengit.

"Gue juga manusia kali, pasti ada kurangnya juga. Dikira gue nggak pengen bolos kayak siswa lain apa?"  ujar Rafael terkesan kesal karena terus terkukung dengan budaya ideal yang membuatnya harus menjadi anak baik tanpa berbuat menyimpang.

"Ternyata lo punya otak nakal juga, masih waras berarti." Soraya terkekeh kecil.

Rafael menatap Soraya dengan senyum aneh yang tak bisa dideskripsikan, sejurus dengan itu Rafael melempar bola jingga itu pada sang hawa.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang