29. ULANGAN SEMESTER

234 19 25
                                    

☯HAPPY READING☯

Satu-persatu murid SMA Cakra Mandala keluar dari kelasnya setelah menerima kartu tes. Kartu itu berisi identitas siswa juga jadwal tes yang akan dilaksanakan selama satu minggu, jika siswa tidak membawanya maka tidak diperbolehkan mengikuti ulangan semester.

Beberapa dari mereka terlihat kusut seolah hari-hari penuh penyiksaan akan datang. Terutama wajah-wajah anak OSIS yang tampak lelah akhir-akhir ini. Kabarnya mereka tengah mempersiapkan kegiatan besar untuk memperingati hari ulang tahun sekolah nanti, yang sialnya tiba satu minggu setelah tes. Karena hal itu juga, Leon jarang sekali bergabung dengan sahabatnya.

Mengesampingkan hal itu, tiga gadis yang berjalan beriringan di koridor itu tengah berunding menentukan tempat dan waktu untuk memulai agenda belajar bareng nanti malam. Kebetulan jadwal tes mereka dimulai pada hari Selasa.

"Duh, kalau di rumah gue kayaknya nggak bisa deh. Mau dibuat acara sama Mama." Illy menolak ketika Keyla mengusulkan rumahnya untuk menjadi tempat belajar bareng malam ini.

"Di rumah gue aja, kalau mau nginep sekalian juga boleh," sela Soraya setelah mengetahui dua rumah temannya tidak bisa dipakai.

"Eh beneran boleh nginep? Mau dong, mau!" tanya Illy antusias.

"Kalau mau nginep bawa barang-barang lo aja, jangan lupa uang sewanya."

Dug

Illy memukul bahu Soraya sampai berbunyi. Dia menatap Soraya kesal. "Gue serius, Ray."

"Gue juga serius, Ly."

Keyla merotasikan bola matanya malas melihat agenda adu mulut sahabatnya. "Udah nggak usah berantem! Ayo pulang!"

Malam di rumah Soraya, kedua sahabatnya sudah datang semenjak jam 5 sore tadi. Sekarang mereka bertiga tengah belajar tentang fisika, pelajaran yang memiliki sejuta rumus memusingkan.

Ditemani oleh satu keranjang ciki juga seteko es jeruk, membuat belajar malam ini semakin menyenangkan.

"Astaghfirullah, ini rangkain listrik jenis apalagi?!" Illy berseru histeris melihat soal dengan gambar rangkaian listrik yang rumit.

Soraya yang kebetulan tengah mencoba mengerjakan soal di sebelah Illy pun langsung menoleh, mengambil alih buku milik Illy untuk dipahami sebentar. "Ini namanya jembatan wheatstone."

Illy mengangguk, membuat Soraya kembali pada latihan soalnya, mengira bahwa sang sahabat sudah paham.

"Ajarin dong, Ray. Illy nggak paham sama sekali."

Soraya berdecak sebentar, bukan karena dia tidak mau, tapi dia juga sama-sama kurang paham. Akhirnya, karena Illy terus mendesak, Soraya terpaksa menjelaskan soal jembatan wheatstone dengan otak dangkalnya.

"Paham?"

Illy dengan mulutnya yang terbuka menggeleng pelan ketika Soraya melemparinya pertanyaan.

"Nah sama. Jadi nggak apa-apa, biar gue ada temennya."

Balasan itu membuat Keyla yang sedari tadi melihat keduanya bergelut memecahkan soal jembatan wheatstone tertawa. Bagaimana tidak? Soraya menerangkan dengan keren, seolah-olah dia benar-benar menguasai materi tersebut walau di tengah-tengah sedikit bingung. Sementara Illy mendengarkannya dengan serius, bahkan lebih serius dibandingkan ketika guru fisika menjelaskan. Pada akhirnya keduanya malah mengaku tidak paham.

"Mending lanjut ke materi berikutnya lah, jembatan wheatstone mah skip aja dulu. Terlalu sulit, meski semuanya memang sulit."

Menit demi menit berlalu, entah berapa kali tangan mereka saling cubit dan menampar ketika tak sengaja mengambil ciki bersamaan. Keyla meraba ciki yang ada di sampingnya, kempes. Dia menoleh dan membuka mulutnya. "Kok ciki kesukaan gue habis?"

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang