☯ HAPPY READING☯
Saat gadis itu kembali menapakkan kakinya di sekolah, suasana masih sama seperti terakhir kali ia berpijak. Tatap kebencian dan bisik-bisik tetangga masih mengikutinya sepanjang jalan. Namun, Soraya tak ambil pusing, sebab tujuannya kemari untuk melaksanakan ujian susulan bukan mempermasalahkan gunjingan orang.
Langkah Soraya terhenti karena Geisha yang tiba-tiba memblokir jalan bersama anak buah barunya.
"Udah punya nyali buat balik, cewek murahan?" Dengan nada mengejek Geisha menceletuk.
Mendengar cemoohan tak berdasar itu, Soraya menatap Geisha nyalang. "Gue bukan cewek seperti itu."
"Woah, udah berani ngelawan." Geisha bertepuk tangan pura-pura terkesima.
"Gue bener kok, kenapa harus takut?" jawab Soraya mantap.
Perlahan tapi pasti, kerumunan mulai terbentuk ketika sekitar menemukan radar akan terjadi kerusuhan.
"Gue tegasin kepada kalian semua. Gue bukan cewek murahan yang selalu kalian katakan. Kalau nggak suka sama gue, silahkan menjauh!" Soraya berteriak lantang. "Gue emang memperjuangkan Rafael, tapi gue nggak memperjuangkan dia dengan cara yang kalian bilang. Dalam video itu gue murni jatuh, bukan sengaja untuk menarik perhatian dia. Terserah mau percaya atau tidak, yang jelas ini adalah kenyataannya." Soraya kembali melanjutkan langkah tanpa mempedulikan mereka yang kembali menggelar sidang dadakan pasal berita yang baru saja dilontarkan Soraya.
Kerumunan itu mulai mengikis, sebagian besar dari mereka mulai percaya, sebagiannya lagi menganggap itu hanya alasan semata, dan segelintir lagi malah mengusut kasus ini seperti hendak membuat penelitian sosiologi.
"Raya! Akhirnya lo berangkat juga." Illy memeluk Soraya ketika gadis itu sampai di bangkunya.
Soraya tersenyum tipis dalam pelukan Illy, sedetik kemudian dia mulai susah bernapas karena Illy memeluknya kian erat. "L-lepas, gue susah napas."
Pelukan Illy mulai memudar dan digantikan oleh cengiran menjengkelkan darinya. "Peace."
Keyla menarik Soraya lalu mendudukkan sahabatnya itu cukup kasar. Soraya ingin mengumpat tetapi Keyla sudah dulu mendaratkan jarinya di bibir Soraya. "Sumpah lo tadi keren banget ngomong ke mereka!" Keyla bertepuk tangan.
Soraya tersenyum. "Gue sebenarnya takut."
"Hey, come on baby. Lo nggak salah kenapa harus takut?" Illy menepuk pundak Soraya sambil tersenyum lebar.
"Gue takut kalau mereka masih nggak percaya." Soraya memainkan ujung jarinya.
"KITA SEMUA PERCAYA KOK." Tiba-tiba seluruh siswa-siswi yang ada di kelas Soraya berbicara lantang.
Soraya terkejut lalu menatap sekeliling. Dia tersenyum lebar melihat ketulusan yang terpancar dari wajah mereka.
"Kita percaya lo, Ray. Maafin kita kemarin udah judge lo yang nggak-nggak," kata salah satu dari mereka.
"Makasih kalian udah percaya sama gue." Senyum Soraya semakin melebar mendengar permintaan maaf mereka.
Soraya lega, paling tidak masih ada orang yang mau percaya padanya. Dia bersyukur, Tuhan masih mau menolongnya. Merasa terlalu banyak menghabiskan waktu, Soraya melihat arloji yang terpasang di pergelangan tangan. Mengerti ujian susulannya masih tidak dimulai dalam waktu dekat, Soraya izin kepada kedua sahabatnya untuk berterima kasih pada Rafael dan sahabatnya.
Kaki ramping Soraya berjalan melewati meja-meja yang tertata rapi di kelas Rafael. Tanpa mempedulikan bisik-bisik yang mengiringinya sepanjang langkah, Soraya langsung menghampiri Rafael dan sahabatnya yang tengah berbincang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Rafael Aditya, salah satu anak kesayangan semua guru. Sifatnya yang tegas membuat Rafael ditunjuk sebagai pemimpin di banyak hal. Materi dan kemewahan selalu mengikutinya. Namun, kejadian dimana dia kehilangan sebu...