Ruang perpustakaan ini begitu gelap karena penerangan mati secara tiba-tiba. Lyn semakin memeluk erat kedua lututnya. Darah yang mengalir dari pelipis ia biarkan begitu saja. Rasa sakit itu telah dikalahkan oleh rasa takut yang ia rasakan.
Tubuh Lyn gemetar hebat saat mendengar langkah kaki seseorang yang mendekati ruangan. Dia beringsut duduk di balik lemari, menyembunyikan diri dari orang yang telah membuat dirinya terluka.
"Kak Lyn, Kakak di mana?"
Suara Gray terdengar bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka. Lyn mengintip sebentar dan langsung menarik diri, merapat ke tembok.
"Kak Lyn. Aku tahu Kakak ada di sini," ucap Gray semakin dalam memasuki ruangan.
Suara bocah berusia dua belas tahun itu benar-benar terdengar menakutkan. Lyn menutup mulutnya rapat-rapat. Dia bersumpah akan membunuh bocah itu suatu saat nanti jika ia berani melukai dirinya lagi.
"Kak Lyn," Bayangan Gray terlihat semakin mendekat. Lyn bersiap-siap dengan pisau di tangannya. Untung saja ia sempat mengambil benda itu saat melewati dapur tadi.
"Kak Lyn takut ya? Jangan takut Kak Lyn. Aku tidak akan menyakiti Kakak. Aku menyayangi Kakak. Pria seperti Bryan dan Mavros tidak cocok dengan Kakak. Kakak lebih cocok bersamaku. Aku lebih baik dari pria-pria itu."
Lyn takut sekaligus geram. Dasar bocah psyco! Mana mungkin bocah itu menyukai Lyn yang lebih tua enam tahun darinya. Gray benar-benar bocah gila. Bagaimana mungkin bocah itu membandingkan dirinya sendiri dengan pacar dan mantan pacar Lyn yang sudah berusia delapan belas tahun sama seperti Lyn.
"Kak Lyn, aku sudah menyingkirkan Bryan dan Mavros. Kakak tidak perlu khawatir lagi. Sekarang kita bisa bersama dengan tenang. Tidak akan ada yang mengganggu kita lagi."
Gray berdiri tepat di depan lemari di mana ada Lyn yang bersembunyi di sampingnya.
Apa maksud bocah itu dengan kalimat sudah menyingkirkan Bryan dan Mavros?
Atau jangan-jangan ...
"Apa yang kau lakukan pada mereka, Gray?"
Tidak tahan dengan segala pertanyaan di otaknya, Lyn memilih keluar dari persembunyian dan berhadapan langsung dengan bocah psyco itu. Dia menyembunyikan pisau di balik pakaiannya.
Gray tersenyum melihat Lyn yang akhirnya keluar, ternyata pancingannya berhasil.
"Hanya mengirim mereka ke neraka," ucap Gray dengan ekspresi biasa saja.
"Maksud mu, kau ..."
"Ya, aku membunuh mereka. Hanya dengan trik kecil mereka bisa langsung dihabisi. Ternyata mereka itu sangat lemah. Melindungi diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana mereka berpikir bisa melindungi dirimu, Kak Lyn?"
Lyn mengeram marah. Lyn yakin bocah ini tidak bercanda. Bukan hanya karena ekspresinya yang terlihat serius, tapi mengingat bagaimana cerdiknya bocah ini menjebak dan menyiksa dirinya tadi membuat Lyn yakin bahwa Gray benar-benar melakukannya.
"Aku akan mengadukan mu kepada orang tuamu, Gray!" teriak Lyn marah.
"Silahkan saja! Mereka akan menganggap mu gila!" teriak Gray tidak kalah kuat.
Memang benar, siapa yang akan percaya bahwa bocah berusia dua belas tahun akan mampu membunuh dua pria dewasa sekaligus.
"Kau gila, Gray!"
"Kita sudah tinggal bersama selama tiga tahun dan kau baru menyadarinya?!" ucap Gray marah.
Sialan! Sekarang bocah itu berani memanggil dirinya dengan sebutan Kau bukan Kakak.
"Aku tanya pada mu sekali lagi, Lyn. Apa kau mau menjadi kekasih ku?"
"Kau gila, Gray. Aku sudah menganggap mu sebagai adikku sendiri dan kau melakukan ini semua?"
"Cukup jawab ya atau tidak?"
"Sudah ku bilang TIDAK! KAU GILA GRAY!"
Dan saat itulah Gray menarik rambut Lyn hingga tubuh gadis itu tersungkur ke lantai. Tubuh Gray yang memang tinggi dan tubuh Lyn yang mungil memudahkan Gray melakukan aksinya itu. Gray menyeret Lyn keluar perpustakaan menuju kamarnya.
Sial! Bocah ini benar-benar kuat!
Lyn teringat dengan pisau yang ia sembunyikan di balik bajunya. Lyn menahan sakit di kepalanya akibat tarikan Gray pada rambutnya. Dia berusaha mengambil pisau itu.
"Rasakan ini, Gray!" Lyn hendak menusuk lengan Gray menggunakan pisau itu. Tapi, bidikan Lyn sedikit meleset, pisau itu tidak menancap di lengan Gray melainkan hanya menggores lengan bocah itu saja. Tapi, Lyn yakin kalau goresan itu cukup dalam melukai Gray.
"Akh!" Gray meringis sakit. Dia spontan melepaskan tarikannya pada rambut Lyn dan langsung menyentuh lengannya. Lengan kanannya mengeluarkan banyak darah.
Lyn segera bangkit dan menggunakan kesempatan itu untuk kabur dari Gray.
🍁
Gimana Prolognya?
Bab selanjutnya, latar akan berpindah ke 6 tahun sejak kejadian itu.
Sebenarnya aku ragu buat publish cerita ini karena masih ada dua ceritaku yang belum selesai. Tapi, karena terkadang aku kehabisan ide untuk dua cerita lain aku mempublish cerita ini sebagai selingan.
Tapi, bisa aja cerita ini berakhir diunpublish lagi (seperti kebanyakan ceritaku yang lain). Ya, tergantung seberapa banyak peminatnya.
Semoga aja cerita ini selamat sampai tamat.
Amin!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
Художественная прозаSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...