Bab 38 - Cerita Mavros

698 83 4
                                    

Gray sangat senang karena Lyn yang menjemputnya hari ini. Meski di rumah dirinya terkadang sangat pendiam dan terkesan cuek pada Lyn, namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia sangat menyukai kehadiran Lyn. Keberadaan Lyn, bagai secercah cahaya yang menerangi kesehariannya yang gelap. Juga penghibur hari-harinya yang kelam dan kesepian. Dia suka saat Lyn membacakan cerita-cerita dari buku-buku favoritenya. Menemaninya belajar dan bermain. Dia juga suka sarapan yang pernah Lyn buatkan untuknya. Lyn yang memeluknya saat dia merasakan dingin di tidurnya. Dia suka semua tentang Lyn. Suaranya yang menyanyikan lagu pengantar tidur, Gray rasa dia ingin mendengar suara itu di sepanjang perjalanan hidupnya. Dia tidak ingin berpisah dengan Lyn. Anak itu ingin selamanya bersama Kakak angkatnya itu. 

Namun, semua harus pupus. Tatkala dirinya berlari dengan semangat menuju mobil jemputannya, Gray mendapati Lyn yang sedang berbincang dengan seseorang di sebelah mobil jemputannya itu. Langkah Gray langsung terhenti. Dia memusatkan seluruh perhatiannya pada Lyn dan laki-laki muda yang sedang berbincang dengan serius itu.

"Kau sudah membicarakannya pada orang tua angkatmu, kan?" tanya laki-laki itu pada Lyn.

Lyn mengangguk. "Ya, aku sudah berbicara pada Mrs. Franklyn. Dia bilang dia akan mempertimbangkannya dan masih harus membicarakannya pada suaminya," jawab Lyn dengan ekspresi yang serius.

Laki-laki itu meraih tangan Lyn dan menggenggamnya lembut. Di saat itulah, Gray merasa suhu di sekitarnya mendadak meningkat dengan drastis. Juga rasa tidak rela yang tiba-tiba muncul saat melihat Lyn yang dekat dengan orang lain selain dirinya. 

"Pokoknya kamu harus bisa meyakinkan mereka. Kau juga harus bersekolah di London. Beasiswa itu tidak  boleh kau sia-sia kan, dengan begitu kita tetap bisa berada di tempat yang sama. Lagipula jika bersekolah di sana kau akan lebih dekat dan akan lebih sering bertemu dengan adikmu, kan?" ucap laki-laki berseragam sama dengan Lyn. Sudah jelas laki-laki itu berada di sekolah yang sama dengan Lyn.

Lyn terdiam sejenak. "Kau benar. Aku akan berusaha membuat mereka mengerti dan menerima keputusanku ini," jawab Lyn.

Laki-laki itu tersenyum kemudian memeluk Lyn dan mengelus rambut gadis itu lembut.

"Terima kasih, Lyn. Terima kasih. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana jika nanti kita benar-benar berpisah. Kamu tahu kan, aku tidak bisa tanpa mu?" ucap laki-laki itu memeluk Lyn semakin erat.

Tanpa sengaja, Lyn bertemu pandang dengan Gray yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sepertinya gadis itu baru menyadari keberadaan Gray di sana.

"Baiklah, Mavros. Hari ini sampai di sini dulu. Aku harus segera pulang," ucap Lyn melepas pelukan mereka.

Laki-laki bernama Mavros itu menatap ke mana arah tatap Lyn sekarang dan mengerti bahwa dia memang harus pergi sekarang.

"Baiklah, aku pergi sekarang. Nanti aku akan menghubungi mu. Hati-hati di jalan," ucap laki-laki itu pada Lyn. Sebelum pergi, laki-laki itu tersenyum pada Gray, namun Gray tidak membalas senyuman itu dan hanya menatap laki-laki itu dengan sorot datar.

Setelah laki-laki itu pergi dengan sepeda motornya, Lyn berlari kecil menghampiri Gray. Gadis itu langsung merangkul tangan Gray. "Kau sudah lama berdiri di sana?" tanya Lyn, namun Gray tidak menanggapi dan hanya diam saja. "Hei! Kenapa sikap cuekmu kambuh lagi? Bukankah baru tadi malam kita berjanji untuk menjadi teman dan akan berusaha menjadi akrab?" tanya Lyn dengan senyuman di bibirnya.

Gray tetap tidak menjawab. Anak itu melepas rangkulan Lyn pada tangannya dan berjalan cepat ke dalam mobil begitu sang sopir baru saja membuka pintu untuk mereka.

Lyn menatap anak itu bingung. Kenapa sikapnya sangat sering berubah-ubah?

🍁

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang