Guys, kalau ada typo tolong kasih tahu saya ya. Soalnya mau ngedit lagi udah kemalaman dan daya sudah mengantuk. Terima kasih.
Up : 00.08
🍁
Untuk sekian kalinya, Malvin mengetuk pintu apartemen Lyn, namun tidak ada respon dari dalam sana. Malvin mencoba menghubungi gadis itu melalui telepon juga melalui chat, namun tidak diangkat dan chat nya pun hanya centang satu.
Sebenarnya ke mana Bu Lyn malam-malam begini? Ini sudah hampir pukul sepuluh malam. Padahal saat di kafe tadi Bu Lyn berkata ingin langsung pulang karena masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Tapi, nyatanya?
Wajah seseorang yang terlihat mirip dengan Edwards di foto itu kembali terlintas di benak Malvin. Memikirkan kemungkinan orang yang Bu Lyn cari selama ini ada di sekitarnya membuat Malvin khawatir juga marah.
Khawatir Bu Lyn bisa terluka sewaktu-waktu dan marah karena terlalu percaya pada Edwards. Jika Edwards memang orang baik-baik, kenapa ada dirinya di beberapa foto yang diambil penguntit itu.
Apa jangan-jangan yang menghabisi nyawa menguntit itu adalah Edwards karena takut identitasnya terbongkar?
Malvin memang tidak mengatakan pada siapapun, namun selama ini dia sudah menyelidiki banyak hal tentang Bu Lyn. Tentang dirinya yang pernah tinggal dengan keluarga kaya di Amerika dan siapa itu Gray yang terkadang sering Bu Lyn gumam kan. Sebenarnya Malvin tidak bermaksud lancang, dia mencari tahu tentang Bu Lyn dan masa lalunya hanya semata-mata untuk membantu gadis itu memecahkan misteri tentang siapa yang selama ini telah meneror dirinya.
Pembunuh Pak Satya, juga adik kelasnya yang ditemukan tidak bernyawa di laboratorium biologi, entah mengapa sesuatu dalam diri Malvin mengatakan bahwa kejadian itu ada kaitannya dengan orang yang meneror Bu Lyn selama ini.
Bisa dilihat dari korban yang sama-sama memiliki perasaan pada Bu Lyn. Pak Satya orang yang paling dekat dengan Bu Lyn di sekolah ini, bisa saja mereka berakhir dengan memiliki hubungan spesial. Dan, adik kelasnya yang terus-menerus menguntit Lyn dan mengambil foto-fotonya secara diam-diam. Kedua orang itu memiliki kesamaan. Sama-sama sangat menyukai Bu Lyn. Bisa saja sang pelaku juga seorang yang sangat menyukai Bu Lyn, hanya saja orang itu dikategori yang sudah sangat-sangat gila. Dia tidak suka pada dua orang itu dan itu sebabnya dia membunuhnya.
Malvin menggelengkan kepala agar tetap bisa berpikir secara waras. Tidak dapat menemukan Bu Lyn di apartemen membuat Malvin tidak bisa berpikir logis.
Menarik napas panjang, Malvin mencoba relaks. Dia harus berpikir positif dan logis. Tidak semua yang ia pikirkan adalah kenyataannya. Bisa saja Bu Lyn sedang keluar jalan-jalan malam atau ke tempat temannya. Dirinya saja yang berpikir berlebihan.
Malvin memutuskan untuk pulang. Lagipula mereka pasti bertemu nanti di sekolah. Dia juga perlu menanyakan tentang foto itu kepada Edwards agar tidak ada kesalahpahaman.
Saat kaki cowok itu melangkah memasuki lift, di waktu yang bersamaan, seorang wanita paruh baya berpakaian petugas kebersihan memasuki lift itu juga. Di tangannya terdapat dua kantong plastik hitam besar yang Malvin tidak tahu apa isinya. Tapi, sepertinya itu sampah. Wanita paruh baya itu menatap ke arah Malvin. Sembari membenarkan letak kacamatanya wanita itu berujar.
"Kamu tinggal di apartemen ini juga?" tanya wanita paruh baya itu.
Awalnya Malvin merasa bingung. Dia tidak yakin jika ibu ini sedang berbicara padanya, namun melihat hanya ada mereka berdua di dalam lift ini sepertinya benar jika pertanyaan tadi memang untuk dirinya.
Malvin tersenyum sopan. "Tidak, Bu. Saya ke sini hanya mengunjungi teman," jawab Malvin.
Ibu itu mengangguk-angguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
General FictionSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...