Bab 24 - Di mana Malvin?

921 121 21
                                    

Hanya butuh dua puluh menit bagi Malvin untuk tiba di tempat tujuan. Sebuah gang yang cukup sepi, tidak jauh dari gedung apartemen Lyn. Mereka berjanji bertemu di sini. Malvin belum tahu pasti hal apa yang akan Lyn sampaikan padanya. Namun, Malvin yakin itu adalah hal yang sangat darurat hingga gurunya itu meminta bertemu secepat mungkin.

Sudah lima menit menunggu, belum nampak tanda-tanda kedatangan Lyn. Malvin memutuskan untuk turun dari motornya, menatap sekeliling, masih belum ada Lyn. Cowok itu membuka helm full face miliknya, menaruhnya di atas motor kemudian mengambil ponsel dari celana sekolahnya. Malvin berencana menghubungi Lyn dan menanyakan keberadaan gadis itu. Namun, baru satu detik Malvin menaruh ponsel di telinga, sebuah benda telah menghantam keras bahunya. Malvin jatuh terjerembab ke aspal sementara ponselnya terpelanting tidak jauh darinya. Malvin tidak tahu apa yang menghantam bahunya. Yang dia tahu adalah, seseorang telah dengan sengaja menghantamkan benda itu padanya. Malvin tidak tahu siapa orang itu. Hanya saja, di detik-detik Malvin kehilangan kesadaran, dia dapat melihat tangan seseorang memungut ponsel miliknya. Di mana, di pergelangan tangan orang itu melingkar sebuah gelang yang sama, dengan gelang yang sering Edwards pakai dan gelang yang dipakai oleh orang misterius di dalam foto itu.

Apa mungkin ketiga orang itu adalah orang yang sama?

🍁

Lyn segera berlari begitu keluar dari lift. Sialnya, dia tidak sengaja menabrak seorang wanita paruh baya dengan banyak barang belanjaan di tangan. Mau tidak mau Lyn harus membantu membereskan barang-barang wanita itu karena ulah dirinya sendiri juga barang-barang wanita itu jatuh berserakan.

"Maaf, Bu, sekali lagi saya minta maaf," ucap Lyn di sela-sela memunguti kentang dan wortel yang berserakan di lantai kemudian kembali memasukkannya ke dalam keranjang belanja.

Wanita paruh baya itu tersenyum, "tidak apa-apa. Saya tahu kamu tidak sengaja." ucapnya ramah.

Lyn cukup familiar dengan wanita ini. Dia pernah melihat wanita ini beberapa kali. Sudah pasti wanita ini tinggal di gedung apartemen ini juga.

"Sekali lagi maaf, Bu. Saya permisi dulu," ucap Lyn sopan saat mereka selesai membereskan semua belanjaan itu.

"Tidak apa-apa," jawab wanita itu.

Lyn segera bergegas menuju tempat parkir. Dia harus segera tiba di tempat ia berjanji bertemu dengan Malvin. Kalau tidak, dia tidak akan sempat menceritakan hal yang ia alami semalam karena sudah mepet jam masuk sekolah. Lyn tidak yakin bisa membahasnya di sekolah. Bukan hanya karena tidak ingin terlihat dekat dengan Malvin, tapi dia harus menyampaikan hal ini pada Malvin dan meminta pendapat anak itu sebelum dia bertemu Edwards di sekolah nantinya. Lyn yakin, seribu persen yakin kalau kejadian semalam bukan mimpi atau halusinasi yang ia ciptakan. Dia butuh pendapat seseorang tentang hal itu. Dan orang paling tepat untuk dimintai pendapat untuk saat ini adalah Malvin. Malvin Andreas. Karena Lyn yakin, bahwa Malvin tidak akan menghakimi dirinya.

Lyn hampir tiba di mobilnya saat ponselnya berdering.

Panggilan dari Malvin. Baru saja Lyn hendak menjawab panggilan itu tapi panggilan itu sudah mati terlebih dahulu. Lyn mengerutkan kening. Bisa saja itu disebabkan oleh jaringan atau Malvin yang tidak sengaja mematikan panggilannya. Lyn menunggu mungkin Malvin akan menghubunginya lagi. Namun, tidak ada panggilan lagi dari anak itu. Melainkan sebuah pesan yang dikirim  melalui chat.

Malvin

Maaf Bu Lyn. Aku tidak bisa datang. Mari bertemu di sekolah saja.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang