"Nyonya Zhafira Allisya. Usia 53 tahun. Mantan anggota badan intelijen swasta handal yang memiliki banyak keahlian baik di dalam dunia seni bela diri juga ilmu pengetahuan. Berhenti dari pekerjaan pada usia 33 tahun untuk menikahi seorang pewaris dari keluarga Franklyn yang terhormat, yaitu Mr. Harriot Franklyn. Benar begitu, Nyonya?"
Wanita yang baru saja sadar dari pingsannya itu nampak tidak terkejut dengan perkataan pria berkemeja hitam di depannya. Dia justru memandang pria itu datar, tetap tenang meski kedua tangan, kedua kaki, dan lehernya terjerat besi baja yang kuat. Dia hanya menatap datar ke depan, kemudian berujar santai, "lanjutkan!"
Pria itu menunduk sedikit, mendekatkan wajah ke depan wajah si wanita, dan menatap mata wanita itu lekat, nyaris tanpa berkedip. Dia ingin tahu, apa sebenarnya isi dari kepala wanita genius itu.
"Kenapa? Hanya itu saja yang kau ketahui tentang diriku?" ujar wanita itu kini dengan nada angkuhnya.
Pria itu menarik diri, kembali berdiri tegap di dapan wanita itu. Pria itu berpikir sebentar, kemudian kembali menatap wanita itu dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.
"Tentu saja saya tahu lebih banyak dari yang anda kira," jawab pria itu tenang.
Sorot mata Zhafira terlihat sangat tertarik. "Aku ingin dengar seberapa banyak kau tahu tentang aku," ucap wanita itu dengan sudut bibir yang sedikit terangkat kemudian pandangannya tertuju pada jas yang tergeletak di atas meja. Ada nametag yang bertuliskan sebuah nama yang tersemat di jas itu.
"Liem...," gumam wanita itu. "Namamu terdengar tidak asing," lanjutnya.
Liem tidak menjawab, dia fokus menatap wanita itu dengan sorot kekagumam. Dia masih belum bisa percaya bahwa pada akhirnya dia bisa bertemu dan berhasil membawa wanita ini ke sarangnya.
"Jadi ... Liem, apa lagi yang kau ketahui tentang aku?"
Liem tersadar setelah mendapat pertanyaan itu. Pengacara paruh baya itu lantas berpikir. "Baiklah, saya akan lanjutkan. Setelah menikah selama dua tahun akhirnya Nyonya Zhafira dan Harriot memiliki seorang putra yang diberi nama Gray Franklyn. Kehidupan kalian baik-baik saja hingga ..." Liem menghentikan ceritanya, dia menatap wajah Zhafira untuk melihat ekspresi wanita itu. Dan seperti dugaan Liem, wajah tenang yang sejak tadi wanita itu tunjukkan sudah mulai menghilang berganti dengan ekspresi cemas dan tidak tenang.
"Apa saya perlu melanjutkannya, Nyonya? Sepertinya Anda tidak nyaman mendengar cerita saya," ucap Liem yang kini bersikap sombong.
"Sialan! Siapa kamu sebenarnya?" tanya Zhafira marah. "Aku sudah cukup lama tahu tentang kamu dan sudah mencari tahu tentangmu tapi tidak banyak yang bisa aku ketahui," ungkap Zhafira yang mulai tidak tenang. Biasanya dia bisa mencari informasi tentang orang-orang dengan mudah. Namun, informasi tentang pria ini sangat sulit ia dapatkan.
Liem tidak menjawab. Membuat Zhafira mulai mengingat berbagai macam kenangan masa lalu yang kelam. Kenangan-kenangan itu mulai berputar dalam ingatannya. Sumpah demi apapun, Zhafira tidak ingin mengingat kejadian-kejadian buruk itu lagi.
Liem tersenyum sinis. Ke mana wajah angkuh wanita itu tadi? Dia bahkan belum menceritakan setengah dari kisah itu, tapi responnya sudah seperti ini.
"Tenang Nyonya... Aku bahkan belum sampai pada inti ceritanya. Bukankah tadi Nyonya menyuruh saya untuk menceritakan semua yang saya tahu? Jadi, biarkan saya untuk menyelesaikannya," jelas Liem setenang air.
"Diam!" bentak Zhafira.
"Seharusnya anda yang diam. Cukup dengarkan saya saja," ucap Liem kemudian mengambil selotip hitam di atas meja dan membungkam mulut Zhafira. "Nah. Seperti ini jauh lebih baik," lanjutnya tersenyum menatap wajah Zhafira yang tidak tenang.
"Nah. Sampai mana tadi?" tanya Liem basa-basi. "Oh iya, aku ingat. Kehidupan sepasang suami istri terhormat itu berlangsung baik hingga ... di hari anniversary pernikahan mereka yang ke lima tahun ... sang istri mengetahui bahwa sang suami memiliki wanita lain. Yang lebih mengejutkan lagi wanita itu sedang mengandung anak dari sang suami," Liem berhenti sejenak. Dia menatap Zhafira yang terus berusaha untuk mengeluarkan suara.
"Istri yang sangat mencintai dan memercayai sang suami tentunya sangat terpukul. Dia tidak dapat menerima semua ini. Sang istri perlahan kehilangan kewarasannya. Dia menemui sang wanita simpanan secara langsung dan hendak melenyapkannya. Namun naas, sang suami mengetahui niat jahat sang istri. Sang suami dengan segera pergi ke kediaman wanita simpanannya itu untuk menyelamatkannya. Dan untungnya, sang suami tepat waktu. Simpanannya nyaris mati di tangan istri sahnya, namun dia masih sempat menyelamatkan wanita selingkuhannya dari ujung pistol sang istri. Dan anda tahu apa yang seru dari cerita ini Nyonya?" Liem menatap Zhafira. Mata wanita itu sudah dibanjiri air mata. "Demi menyelamatkan nyawa simpanannya, sang suami rela mendorong istrinya dan tidak sengaja sang istri jatuh terguling dari tangga lantai dua. Napas sang istri berhenti saat itu. Begitu juga jantungnya. Karena panik dan takut ketahuan orang-orang telah melenyapkan istrinya, sang suami dengan tega memasukkan mayat sang istri beserta mobilnya ke dalam laut. Sang suami memalsukan kematian sang istri kepada orang-orang agar terlepas dari jerat hukum. Dia berpura-pura sedih dan berduka atas apa yang menimpa istrinya. Meski mobil sang istri berhasil di temukan di dasar laut, namun hingga kini mayat sang istri tidak pernah ditemukan. Tahu karena apa?"
Zhafira menggeleng-geleng. Bukan, bukan karena dia tidak tahu apa jawaban dari pertanyaan dari pria di hadapannya. Dia ... Dia hanya tidak ingin mendengar cerita itu lebih jauh lagi.
Liem tertawa kecil melihat reaksi Zhafira. "Itu karena sang istri bukanlah wanita biasa. Dia wanita spesial. Di detik-detik dirinya tenggelam di air. Tiba-tiba saja napas dan detak jantungnya yang sempat berhenti kembali bekerja. Kemudain dengan mengeluarkan semua kemampuan hebat yang ia miliki, pada akhirnya sang wanita bisa lolos dari dalam mobil dan laut itu. Hanya saja, tidak lama setelah tiba di darat, sang wanita mengalami pendarahan hebat. Di detik itu, dia baru menyadari bahwa dia tengah mengandung anak keduanya dan saat itu juga dia sadar bahwa dia telah kehilangannya."
"Kalau tidak salah, dia pernah membayangkan jika dia memiliki anak kedua dan anak kedua itu adalah lelaki, dia akan memberi anak itu dengan nama Edwards. Sebenarnya itu nama yang bagus. Nama itu juga sama seperti nama dari seseorang yang aku kenal," celetuk Liem kemudian tertawa.
Zhafira tidak terkendali. Wanita itu mengeluarkan semua tenaga dan kemampuan yang ia miliki untuk keluar dari semua jeratan, namun sepertinya pria di hadapannya ini telah mempersiapkan semua ini dengan matang. Semua jerat ini, mustahil untuk ia lepaskan.
"Apa? Anda ingin mengatakan sesuatu?" Liem bertanya setelah melihat gelagat Zhafira yang seolah menyuruhnya untuk membuka selotip yang menutup mulutnya.
"Baiklah, baiklah. Aku juga ingin mendengar komentarmu tentang ceritaku barusan," ucap Liem kemudian melepas selotip dari bibir Zhafira.
"Siapa kau sebenarnya?" Itu adalah hal pertama yang wanita itu katakan.
"Pertanyaan itu lagi?" ucap Liem malas. "Tentu aku hanya seorang pengacara biasa."
Zhafira menggeleng cepat. "Tidak mungkin! Jika kau hanya seorang pengacara biasa, tidak mungkin kau bisa tahu tentang cerita itu hingga sedetail itu," sanggah Zhafira. Selain dirinya, hanya pemimpin agent tempat dia bekerja dulu yang mengetahui semua kisah kelamnya itu.
Liem tersenyum skeptis. "Jadi ... agent 019. Menurut anda ... siapa aku sebenarnya?"
Mata Zhafira terbelalak. Pria ini bahkan tahu nama panggilannya saat bekerja sebagai agent dulu? Jangan bilang kalau pria ini ...
"Kau ... Kau salah satu dari mereka, kan?" tebak Zhafira tidak menyangka. Dia tidak mungkin salah. Jadi, ini alasannya kenapa selama ini dia kesulitan mencari informasi tentang pengacara sialan yang selalu ada di sekitar Lyn itu?
Senyuman Liem semakin lebar. "Perkenalkan. Saya agent 101 yang ayahnya mati karena ulah konyolmu dalam beraksi berpuluh tahun silam."
🍁
to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
Fiksi UmumSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...