Di antara kegelapan, hanya bermodalkan cahaya dari satu ponsel, Lyn beserta Anhar, Jovas, dan malvin berjalan beriringan menuju bagian belakang rumah. Tepatnya menuju toilet yang letaknya berada di dekat dapur.
"Ini toilet yang Reiki maksud, kan?" tanya Jovas dengan raut wajah cemas. Dia berharap bahwa apa yang Reiki katakan di chat itu adalah benar. Bahwa, Reiki benar-benar berada di toilet ini. Bukan Edwards atau siapa pun yang mencoba mengelabui mereka.
"Har, lo maju duluan lah. Coba ketuk pintunya. Reiki beneran di situ atau enggak?" ucap Jovas menoleh ke kanan di mana ada Malvin yang ia bopong dan Anhar yang juga membopong di sisi lain.
"Lo ajalah. Kalau gue maju, Malvin gimana?" jawab Anhar berkilah. Padahal dia sedikit takut dengan ruangan di hadapan mereka. Bagaimana jika saat dia berdiri tepat di depan pintu itu tiba-tiba pintu itu terbuka dan sudah ada seseorang yang menodongkan pisau ke lehernya.
Jovas berdecak. "Cupu lo. Ayo sama-sama aja," ide Jovas.
"Oke," jawab Anhar.
Mereka berdua berjalan menuju pintu itu dengan Malvin yang masih berada di antara mereka berdua.
"Kalian kalau capek bisa lepasin gue dulu kok. Gue udah mendingan. Udah bisa diri dan jalan sendiri kayaknya," ucap Malvin yang tidak tega dengan kedua sahabatnya yang sepertinya kewalahan membawa dirinya.
"Udah. Biar saya saja yang ketuk," ucap Lyn yang berdiri sejajar dengan mereka.
Baru saja mereka hendak membantah ucapan Lyn, gadis itu sudah berjalan mendahului mereka dan langsung mengetuk pintu toilet itu.
Tok!
Tok!
Tok!
"Reiki! Halooo! Reiki! Kamu di dalam, kan?" ucap Lyn sembari mengetok. Namun, tidak ada jawaban dari dalam sana.
Mereka berempat saling pandang. Lyn berinisiatif untuk menekan kenop pintu kamar mandi, dan ... klek!
Pintu itu terbuka!
Tidak terkunci seperti yang Reiki sebutkan di chatnya.
"Sebentar," ucap Jovas yang menitipkan Malvin sepenuhnya dalam tumpuan Anhar. Dengan berani Jovas berjalan ke arah pintu, mengisyaratkan pada Lyn untuk mundur. Lyn mengangguk. Lyn mundur selangkah, memberi ruang pada Jovas di pintu itu.
Perlahan, Jovas mendorong pintu itu ke dalam kemudian menyorot cahaya untuk memastikan situasi di dalam toilet itu.
Kosong! Toilet itu tidak ada siapapun!
"Enggak ada guys! Enggak ada!" Jovas mengerang. Dia membanting pintu itu ke dalam hingga terdengar suara gedebum antara pintu itu dan dinding kamar mandi.
Dengan tidak adanya Reiki di toilet itu membuat mereka semakin khawatir dan prasangka tentang Edwards yang sudah berada di rumah ini semakin jelas kebenarannya.
"Kali ini gue enggak bisa berpikir positive lagi," ujar Anhar dengan rahang yang mengeras. "Pasti badjingan itu sudah di sini. Dan dia yang menyebabkan pemadaman listrik di rumah ini. Dan dia juga yang sengaja mengunci semua pintu di rumah ini." Anhar menendang dinding di dekatnya sebagai pelampiasan amarah.
"WOI!!! BADJINGAN!!! EDWARDS KELUAR LO!!! KALAU LO EMANG DI SINI MAJU LO SEKARANG!! HADAPI GUE TERANG-TERANGAN JANGAN JADI PENGECUT DENGAN BERSEMBUNYI DAN MENYERANG DIAM-DIAM KAYAK GINI!!!" teriak Anhar menggelegar terdengar di penjuru ruangan.
Emosi Jovas ikut terpancing setelah mendengar ucapan Anhar. "BENAR KATA ANHAR! KALAU LO EMANG COWOK JANTAN KELUAR LO SEKARANG! KITA BY ONE! SATU LAWAN SATU! TAPI, SEBELUM ITU LO HARUS PASTIIN KALAU REIKI BAIK-BAIK AJA! KARENA KALAU SAMPAI DIA KENAPA-NAPA," Jovas mengeluarkan senyum iblis terkejam. "LO BAKALAN MATI DI TANGAN GUE!" teriak Jovas tidak kalah menggelegar.
![](https://img.wattpad.com/cover/260229322-288-k287116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
General FictionSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...