Bab 25 - Alasan Malvin pergi

806 103 2
                                    

Tubuh yang terkapar di lantai berdebu itu perlahan membuka matanya. Hal pertama yang orang itu lihat adalah sebuah lukisan abstrak yang sudah tampak lusuh dan berdebu diletakkan begitu saja di lantai yang sama berdebu seperti lukisan itu.

"Akh!" ringis kesakitan terdengar dari mulut pria muda berseragam putih abu-abu itu tatkala ia mencoba menggeliatkan tubuhnya.

Perih yang amat sangat dapat ia rasakan di pergelangan tangan dan kakinya. Juga keram dan nyeri di beberapa titik tubuhnya terutama bagian tengkuk begitu menyiksa.

Dia baru menyadari jika ternyata kedua tangannya telah diikat ke belakang dengan begitu erat, sama dengan kakinya yang juga diikat dengan tali manila yang kuat.

"Siapapun yang ada di luar sana!!! Lepaskan aku!!! Lepaskan aku, brengsek!!!"

Kedua mata orang itu menatap tajam. Dadanya naik turun menahan amarah yang mulai bergejolak. Dadanya mulai terasa sesak. Mungkin karena terlalu banyak menghirup debu, tenggorokan orang itu terasa gatal dan mulai batuk-batuk.

"Uhuk, uhuk!!!"

"APA KALIAN TIDAK MENDENGAR KU!!!? HEI!!! SIAPAPUN KALIAN YANG MELAKUKAN INI, AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKAN KALIAN!!!"

Sia-sia.

Meski orang itu telah berteriak hingga urat lehernya terlihat, namun sudah lima menit berlalu, tetap tidak ada yang membuka pintu sialan itu dan menunjukkan batang hidungnya.

Tapi, bagaimana pun, dia tidak boleh menyerah dengan keadaan. Dia menahan segala rasa sakit di tubuhnya. Dia menggerakkan tubuhnya perlahan. Menggeliat-liat di lantai yang kotor hingga bisa bangkit dari posisi yang awalnya tengkurap tidak berdaya di lantai hingga bisa duduk lebih nyaman.

Pria muda itu mengatur napasnya. Keringat yang hampir seukuran biji jagung terus mengalir dari wajahnya. Dia memperhatikan penampilannya. Kemeja sekolah yang awalnya putih bersih kini telah didominasi warna hitam kecoklatan. Celana abu-abunya pun tidak jauh berbeda dengan kondisi bajunya. Sangat memprihatikan.

Pria itu tersenyum sinis. Dia mulai menduga-duga banyak hal. Mengingat kejadian akhir-akhir ini, sepertinya dia bisa menebak siapa pelaku yang telah melakukan hal ini padanya.

"Edwards. Pasti bajingan bertampang malaikat itu yang melakukan semua ini," gumam pria itu dengan mata berkilat marah.

Dia merutuki dirinya yang bodoh sempat memercayai iblis itu bahkan menjadikannya teman.

Malvin. Orang yang terkurung di ruangan kecil berdebu ini adalah Malvin. Malvin Andreas si pria tampan yang terkenal seantero SMA Sanjaya. Namun apa gunanya ketenaran itu jika sekarang ia tidak lebih seperti pecundang di tempat asing terkutuk ini.

Malvin kembali berusaha. Dia kembali berusaha melepaskan tali yang menjerat tangan dan kakinya. Namun, sia-sia, bukannya terlepas, tali itu justru semakin menyakiti tangan dan kakinya.

"Kruk, kruk~"

Malvin semakin merutuki dirinya sendiri. Di keadaan seperti ini bisa-bisanya perut tidak tahu dirinya mengeluarkan suara minta segera diisi.

"Bisa diam enggak sih?" geram cowok itu pada perutnya sendiri.

Namun, bukannya berhenti, perutnya kembali mengeluarkan suara pertanda lapar.

Malvin menghela napas mencoba bersabar. Sebenarnya sudah berapa lama dia di sini hingga dia merasa sangat kelaparan seperti ini.

🍁

"Masih belum ada kabar?"

Aditya menggeleng lemah ke arah sang Kakek yang terlihat begitu cemas.

"Adit udah hubungi semua teman dan kenalan Malvin yang Adit tahu, tapi enggak ada satu pun dari mereka yang tahu di mana Malvin."

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang