Bab 30 - Ruang Bawah Tanah

959 111 12
                                    

Edwards meletakkan piring bekas Lyn di dalam bak cuci piring. Pria itu kemudian meraih sarung tangan anti air yang digantung di dekat keran, mengenakannya, kemudian langsung mencuci semua peralatan makan kotor di sana. 

Selesai. 

Edwards sedang menyusun peralatan makan yang baru saja ia lap kering ke dalam rak piring saat ibunya datang menghampirinya.

"Kau yakin ingin melihatnya sekarang?" Zhafira Allisya, Ibu Edwards, bertanya dari arah belakang anak itu.

Edwards menaruh piring terakhirnya ke dalam rak. Mengelap tangannya dengan kain lap di depannya hingga kering kemudian berbalik ke arah ibunya.

"Iya. Dari rekaman kamera pengawas, dia sedang meringkuk sembari menekan-nekan perutnya. Dia terlihat sangat kesakitan. Apa yang ibu berikan padanya sebelumnya hingga membuat dia merintih kesakitan seperti itu?"

Zhafira memiringkan kepalanya sedikit, seolah sedang memikirkan apa yang telah ia lakukan kepada tahanan mereka sebelumnya sehingga tahanan mereka itu bisa merasa sangat kesakitan seperti itu.

"Hanya menambah sedikit sample virus baru ciptaanku ke dalam makanannya. Tidak disangka, virus itu ternyata lebih lemah dari prediksiku sebelumnya. Aku pikir virus itu bisa langsung melemahkan syaraf otaknya, ternyata kemampuannya hanya sampai membuat sakit perut saja," ucap Zhafira tersenyum skeptis. "Tapi, meski begitu, bukankah karena virus itu kita jadi bisa melihat ekspresi wajahnya yang manis dan menggemaskan itu? Lihatlah sendiri, ekspresi kesakitannya benar-benar membuatku candu untuk terus menatapnya." Zhafira kemudian tertawa pelan.

Benar. Ekspresi kesakitan Malvin memang memiliki ciri khasnya sendiri. Edwards pun betah berlama-lama melihat ekspresi kesakitan pria itu meski dari layar monitornya.

"Kalau begitu, aku ingin melihatnya secara langsung. Tolong ibu awasi kamar Lyn. Aku segera kembali," ucap pria itu kemudian bergegas meninggalkan dapur.

"Dengan senang hati, My Baby boy," jawab Zhafira menuangkan air kemudian menyesapnya santai.

🍁

Edwards memasuki sebuah ruangan yang berada di dalam rumahnya. Jika dilihat sekilas, ruangan ini nampak seperti kamar pada umumnya. Namun, siapa sangka jika ruangan ini menyimpan sesuatu yang tidak diketahui orang lain selain dirinya dan juga ibunya.

Anak itu berjalan perlahan menuju lemari besar yang ada di sana. Mengambil kunci dari saku, kemudian membuka lemari tersebut. Terdapat banyak pakaian yang tergantung rapi di dalam lemari tersebut. Menyibak pakaian-pakaian itu ke samping, Edwards kemudian menekan tombol kecil nyaris tidak terlihat di ujung atas lemari tersebut. Begitu tombol itu dipencet, secara otomatis, bagian belakang lemari yang awalnya rapat, terbuka perlahan dan memunculkan sebuah pintu rahasia di baliknya. Edwards membuka pintu rahasia itu dan memasukinya. Tidak lupa, pria itu kembali menutup pintu lemari dan pintu rahasia itu melalui tombol yang berada di dalam ruangan itu. Edwards kemudian menekan satu tombol lagi yang membuat lorong kecil yang awalnya gelap itu menjadi memiliki pencahayaan yang remang.

Edwards berjalan dengan percaya diri di dalam lorong yang ukurannya hanya bisa dilewati satu orang dewasa saja. Menuruni tangga menuju ruang bawah tanah. Sebuah pintu membentang di hadapannya. Pria itu memasuki pintu tersebut kemudian dia langsung disambut oleh berbagai macam alat-alat yang biasa ditemukan dalam laboratorium sains. Ya, ini adalah ruang eksperimen ibunya. Dan di sebelahnya ada ruangan khusus alat-alat programmer super canggih—kebanyakan hasil modifikasi ibunya— yang sering Edwards gunakan. Ruangan-ruangan di bawah tanah ini kedap akan suara-suara.

Dan ada satu ruangan lagi di dalam laboratorium itu. Sebuah ruangan kecil yang lebih mirip gudang. Mereka sering menyimpan alat dan bahan percobaan di sana. Namun, terkadang ruangan itu memiliki fungsi lain. Contohnya saat ini, ruangan itu digunakan untuk menjadi tempat peristirahatan 'tamu-tamu' yang sengaja diundang oleh mereka.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang