Aku menunggu mu di taman belakang sekolah. Datanglah. Aku akan memberikan jawabanku.
-Aillyn
Mavros membaca ulang pesan yang ia dapat beberapa waktu lalu, memastikan bahwa ia tidak salah dan pengirim pesan itu benar-benar Lyn.
"Benar. Tidak salah. Ini benar-benar dari Lyn. Tapi, di mana dia?" gumam Mavros. Pandangan pria itu menjelajah ke seluruh penjuru taman, mencari-cari sosok Lyn namun nihil, hanya ada dirinya seorang di taman sepi ini.
"Di mana sebenarnya dia?" batin Mavros. Pria itu mencoba menghubungi Lyn lagi, namun sama seperti tadi, ponsel gadis itu tidak lagi aktif.
"Mavros?!"
Mavros tersentak mendengar seruan tidak asing dari belakangnya. KENAPA BRENGSEK ITU DI SINI!?
Mavros berbalik, tatapan tajamnya bertemu dengan tatapan tajam seorang pria yang sepertinya sama bingungnya seperti dirinya.
"Kenapa kau di sini?" tanya pria itu pada Mavros.
"Harusnya aku yang bertanya kenapa kau di sini, brengsek!?" ucap Mavros emosi. Bagaimana tidak? Ini adalah Bryan. Musuh bebuyutannya sekaligus mantan kekasih Lyn yang masih terus berusaha untuk merebut Lyn darinya.
"Lyn yang menyuruhku untuk datang ke sini. Asalkan aku datang ke sini untuk menemuinya maka dia akan bersedia kembali padaku," ucap Bryan sombong. "Dia juga berkata kalau sampah sepertimu sudah saatnya untuk dibuang ke tempat semestinya."
Tentu saja Mavros emosi mendengar hal itu.
Dengan cepat, Mavros mencengkeram kerah baju Bryan, "TUTUP MULUTMU BAJINGAN!!! ITU SAMA SEKALI TIDAK MUNGKIN!!!" teriak Mavros tepat di depan wajah Bryan dan memukul wajah pria itu dengan keras sampai jatuh tersungkur di tanah.
Tidak terima dengan apa yang dilakukan padanya, Bryan menyeka darah yang mengalir dari hidung dan sudut bibirnya kemudian bangkit berdiri dan langsung memberi serangan balik pada Mavros berupa tendangan di perutnya. Saat Mavros tersungkur, Bryan segera mengambil kesempatan itu untuk mengunci pergerakan Mavros di bawah kemudian memukuli wajah pria itu dengan cepat dan bertubi-tubi.
"Rasakan ini, brengsek! Apa kau berpikir kalau kau ini hebat, huh? Kau hanyalah seorang pengecut di mataku! Pengecut! Kau tahu?" Bryan mempercepat ritme pukulannya pada wajah Mavros.
Mavros kewalahan, namun meski begitu, pria itu tetap berusaha keras untuk menghindari setiap pukulan dan berusaha untuk melakukan serangan balik.
Mengumpulkan semua tenaga, akhirnya Mavros berhasil mendorong mundur Bryan. Mavros dengan segera berdiri dan mengambil sebuah balok kayu yang tidak jauh dari tempatnya berada.
"Mendekat lah! Ayo mendekat!" ujar Mavros sembari mengarahkan balok kayu itu ke arah Bryan.
Bryan meludah dan tersenyum meremehkan. "Sudah ku bilang, kau hanyalah seorang pengecut," ucap pria itu sengaja memancing emosi Mavros.
"Diam!" ujar Mavros. "Urus saja adikmu yang cacat itu baru berpikir untuk bersaing dengan ku."
Mendengar itu, emosi Bryan berada di ubun-ubun. Sudah menyangkut adiknya, ini tidak bisa ditolerir lagi. Dengan tenaga penuh, pria itu mempersiapkan kuda-kuda, dan langsung menendang pergelangan tangan Mavros dengan tendang berputar saat pria itu hendak mengayunkan pukulan padanya. Alhasil, balok kayu yang berbeda di tangan Mavros terpelanting cukup jauh. Bryan segera mengambil balok kayu itu dan memukuli Mavros bertubi-tubi.
"Mati kau bajingan! Mati! Mati!" seru Bryan terus memukul kepala Mavros menggunakan balok kayu itu.
Setelah beberapa saat, Bryan berhenti. Dan dia baru menyadari bahwa tidak ada pergerakan lagi dari Mavros. Saat memeriksa pernapasan pria itu, Bryan refleks menjatuhkan balok kayunya. Dia tidak merasakan pergerakan napas di hidung Mavros lagi. Jangan- jangan? Tidak! Mavros tidak boleh mati! Dia tidak ingin menjadi seorang pembunuh! Perkataan pria itu yang membuat dirinya kehilangan kontrol. Dia tidak memiliki niat sedikit pun untuk menghabisi nyawa Mavros. Harusnya ini tidak terjadi! Tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
Художественная прозаSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...