"Gue masih enggak terima ya, kebersamaan gue yang berharga bareng Edwards harus berakhir gara-gara lo." Airin bersedekap. Gadis itu menatap nyalang ke arah Cecile yang duduk di sebelah kursi kemudi.
"Apaan sih lo! Nyalahin gue? Ngaca dong! Emangnya lo siapanya Edwards?!" ujar Cecile tidak mau kalah.
"Lo ya-"
Airin hendak membalas, tapi Jovas segera menyela.
"Udah ya, udah. Kalian cewek-cewek nyebelin banget sih. Sekali lagi ribut, gue turunin kalian di sini," ancam Jovas tidak main-main. Kedua cewek itu terpaksa bungkam. Namun, sesekali masih sering berperang melalui tatapan mata.
From : Jovas
To : AnharGimana, nih? Kita enggak nemuin apapun di sana. Apa mungkin Edwards memang enggak ada hubungannya sama hilangnya Malvin?
Di sela dirinya yang menyetir mobil, Jovas mengirim pesan kepada Anhar yang duduk di belakangnya.
Belum tentu.
Gue yakin banget ada sesuatu di rumah itu.
Buat jaga-jaga, gue udah naruh kamera di sana.Balas Anhar.
Sumpah Lo?! Di mana?! Kapan Lo ngeletakin tuh kamera!?
Jovas heboh sendiri. Anhar diam-diam ternyata gesit juga.
Waktu gue ke toilet. Kameranya kecillll banget. Gue taruh di dinding yang ngehadap dapur dan tangga menuju lantai dua. Btw, itu Kak Aditya yang ngasih kameranya ke gue. Dia udah meriksa data-data Edwards di sekolah dan menurutnya banyak banget kejanggalan.
Kok gue enggak dikasih tahu sih? Parah kalian!!!
Ya, maaf. Kemarin enggak sempet ngasih tahu. Reiki juga belum gue kasih tahu.
"Woi! Diem-diem bae! Ngomong ngapa! Sepi amat macam kuburan," ucap Airin yang mulai bosan dengan keheningan yang tercipta. "Ngomong kek. Cerita apa gitu."
Cecile yang awalnya duduk bersandar di kursi, tiba-tiba bangkit. "Gue yang cerita boleh?" tanya Cecile antusias mengingat kejadian yang ia alami di rumah Edwards tadi. Tentang ketukan-ketukan misterius yang ia dengar dari dalam salah satu ruangan di lantai dua.
"Boleh aja sih, asal kalian berdua enggak gelud, gue sih fine-fine aja," ucap Jovas yang diangguki Anhar.
Cecile menatap Airin untuk meminta persetujuan cewek itu.
"Ya udah, cerita aja. Daripada sepi. Enggak enak juga," ucap Airin cuek seolah tidak peduli padahal ingin juga mendengar cerita dari Cecile. Ya, mau bagaimana lagi, daripada sepi, sesepi hati author.
"Oke, jadi gini," Cecile memperbaiki posisi duduknya menjadi tegak. "Kalian percaya enggak? Waktu gue ke lantai dua rumah Edwards tadi, ada suara ketukan-ketukan aneh dari dalam salah satu ruangan di sana. Kayaknya ruangan itu kamar deh. Pokoknya aneh banget. Kayak ada seseorang di dalam kamar itu yang sengaja ngetuk-ngetuk gitu. Gue antara ngeri sama penasaran sih tadi," cerita Cecile. Tiba-tiba bulu kuduk gadis itu meremang saat kembali mengingat kejadian tadi.
Ketiga temannya menatap Cecile aneh.
"Kalian enggak percaya sama gue?" tanya Cecile.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
Aktuelle LiteraturSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...