Bab 33 - Rencana Ke Rumah Edwards

707 90 6
                                    

"Bro, kita ngerjain tugasnya di rumah lo, ya?" ujar Anhar kepada Edwards saat cowok itu baru saja beranjak dari kursinya.

"Ide bagus tuh!" celetuk Airin yang tiba-tiba muncul di belakang mereka. "Udah dari dulu gue pengen tahu di mana rumah Edwards. Kalau kita ke sana dan gue ketemu camer,  kan gue bisa sekalian caper. Siapa tahu direstuin. Iya enggak, Babe?" sambung Airin kemudian mengerlingkan mata ke arah Edwards.

"Gue setuju sama ide kalian!" Cecile ikut menimpali. "Gue juga pengen tahu ketemu ama camer," ucap gadis itu lagi dengan ekspresi dan suara imutnya.

Airin mendelik kesal ke arah Cecile. "Ikut-ikutan aja lo!" ujar gadis itu.

"Suka-suka gue dong. Blek!" Cecile tidak mau kalah. Dia memeletkan lidah ke arah Airin.

"Kurang ajar lo!" Airin bersiap-siap untuk menampol kepala Cecile. Namun gadis itu dengan cepat bergerak dan bersembunyi di belakang tubuh Edwards.

"Babe, lihat Airin nih! Dia mau mukul aku," cicit Cecile serasa orang paling tersakiti. Dia memegang seragam Edwards dari belakang.

"Udah! Udah! Cukup!" Jovas mencoba menghentikan pertikaian yang terjadi di antara kedua cewek itu sebelum perang di antara mereka semakin ganas dan brutal.

"Kita ngerjain di rumah lo ya, Ed. Lo enggak takut kalau duo singa betina ini ngamuk kalau kita enggak ngerjainnya di rumah lo? Kalau gue sih takut," Anhar memulai aksi untuk merayu Edwards.

Edwards tidak langsung menjawab. Dia masih meneliti ekspresi orang-orang di hadapannya ini. "Kenapa harus di rumahku?" tanya cowok itu singkat.

"Karena ...," Anhar mencoba mencari alasan yang paling masuk akal. "Karena ..., kita belum pernah ke rumah lo. Kita pengen banget ke sana biar kita bisa saling mengenal lebih dalam lagi."

"Bener banget. Kita kan sekelas. Enggak ada salahnya buat lebih saling mengenal, kan?" ujar Jovas mendukung alasan Anhar.

"Edwards. Di rumah lo aja ya? Ya?" rayu Airin dengan wajah yang sangat memelas.

"Iya, di rumah lo aja ya, babe. Gue janji di sana enggak bakalan berisik dan enggak bakalan nyusahin lo." Cecile tidak mau kalah. Pokoknya dia harus tahu rumah Edwards biar nanti bisa main lagi kapan-kapan.

"Tapi ..."

"YEAY!!!! Makasih Edwards! Pokoknya besok kita berempat kumpul di depan sekolah terus bareng-bareng ke rumah Edwards. Nanti alamatnya share lock  ke nomer gue aja ya? Btw, gue belum ada nomor lo. Bagi sekarang aja biar nanti lebih mudah," cerocos Cecile ke arah mereka semua karena tidak ingin mendengar penolakan dari mulut Edwards.

"Gue setuju sama Cecile. Pokoknya besok jam sebelas siang semua udah harus ada di depan sekolah. Kita berangkat bareng-bareng ke rumah Edwards," putus Anhar final.

Sebisa mungkin Edwards menahan ekspresi wajahnya agar tetap terlihat ramah dan biasa saja. Dia merasa ada yang tidak beres di sini. Mereka semua terkesan memaksa. Seperti ... orang-orang di hadapannya ini memiliki niat tersendiri saat di rumahnya nanti. Kalau Airin dan Cecile, niatnya jelas. Kedua cewek itu memang menyukainya dan sangat ingin lebih dekat dengannya. Lalu, Anhar? Jovas? Apa alasannya? Rasanya Edwards tidak bisa memercayai alasan kedua cowok itu yang berkata ingin lebih dekat dengannya. Dia dapat merasakan ada niat lain di hati mereka. Tapi, apa? Atau, mungkinkah? Edwards tersenyum samar. Pasti benar. Feeling seorang Edwards jarang salah. Jika benar apa yang ia pikirkan ini benar adanya, maka dia akan mengikuti permainan orang-orang ini.

"Baiklah. Kita akan lakukan di rumahku," ucap Edwards dengan smirk  yang tidak diperhatikan orang-orang.

Airin dan Cecile kompak heboh di tempat mendengar jawaban Edwards. Akhirnya ... akhirnya setelah sekian lama mereka akan mengunjungi rumah calon mertua mereka.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang