Bab 27 - Berkunjung ke Rumah Edwards

885 124 29
                                    

Ketiga cowok yang lumayan terkenal di SMA Sanjaya itu berjalan beriringan menuju parkiran sekolah. Bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu dan inilah saatnya untuk mereka melakukan misi pencarian terhadap sahabat tercinta mereka, yakni Malvin Andreas yang sudah hilang tanpa kabar selama tiga hari.

"Kita mulai cari Malvin di mana?" tanya Reiki di sela perjalanan mereka.

Tiba-tiba Anhar berhenti melangkah, Jovas dan Reiki juga ikut berhenti. Mereka bertiga saling menatap satu sama lain.

"Kita mulai dari rumah Nek Siti. Gimana?" tanya Anhar yang langsung mendapat anggukan dari kedua temannya.

Nek Siti adalah mantan pengasuh Malvin dulu. Mereka sangat dekat. Malvin sering menginap di rumah Nek Siti saat dia tidak betah di rumahnya. Apalagi lokasi rumah Nek Siti tidak jauh dari lokasi makam ibu Malvin. Jadi, besar kemungkinan Malvin berada di sana.

"Baiklah rumah Nek Siti. Grandma Siti we're cominggg!!!" seru Reiki semangat kemudian memasang helmnya.

Tidak lama ketiga cowok itu sudah melaju meninggalkan gedung sekolah.

🍁

Lyn menatap kepergian ketiga anak muridnya dari dalam mobil. Jovas, Anhar, dan Reiki. Lyn tahu, ketiga cowok itu sedang berusaha mencari temannya, Malvin. Lyn berharap mereka segera mendapat kabar baik dari Malvin. Semoga apa yang Lyn pikirkan tentang Malvin saat ini bukanlah kebenarannya. Lyn berharap Malvin baik-baik saja. Dan apa yang terjadi pada Satya tidak terjadi juga pada anak itu.

Lyn menghela napas dalam. Dia menatap secarik kertas di tangannya. Alamat tempat tinggal Edwards. Lyn mendapatkannya dari data murid di sekolah. Lyn harus menemui anak itu. Menanyakan kejadian aneh yang Lyn alami beberapa hari yang lalu. Lyn harus memberanikan diri. Apapun resikonya, Lyn harus siap menerima. Dia tidak bisa terus menerus berdiam diri seperti pengecut.

Dia harus mulai mencari kebenarannya. Meskipun pada akhirnya dia harus berhadapan dengan Gray atau siapapun orang gila yang mengaku sebagai anak itu. Bagaimana pun, dalam catatan kepolisian Amerika, anak itu telah dinyatakan meninggal karena keracunan makanan bertahun-tahun lalu. Jadi, Lyn harus bersiap dengan segala kemungkinan.

🍁

Ting... Tong...

Ting... Tong...

Menunggu dengan cemas, Lyn menatap sekeliling rumah Edwards yang begitu asri di kelilingi banyak pepohonan. Meski jarak antara rumah yang satu ke rumah lainnya tidak terlalu jauh, tapi lingkungan di sini terasa sangat sepi.

Lyn menggigit bibir bawahnya. Merasa gugup saat mendengar ada pergerakan dari dalam untuk membuka pintu. Tidak lama kemudian muncul seorang wanita paruh baya berambut hitam pendek. Perawakannya lebih tinggi dari Lyn dan iris mata yang tajam berwarna coklat gelap. Wanita itu tersenyum tipis pada Lyn. Lyn membalas senyuman itu dengan senyum lebar yang terkesan canggung.

"Perkenalkan saya Lyn. Saya ingin bertemu dengan Edwards. Apakah benar ini rumahnya?"

Wanita itu menatap Lyn dari bawah hingga atas. Meski tidak terlalu kentara, tapi Lyn yakin bahwa ibu ini sedang mencoba menilai dirinya.

"Iya, benar. Ini memang rumah Edwards," jawab wanita itu.

"Bolehkah saya menemuinya?" tanya Lyn.

Wanita itu mengangguk. "Silahkan masuk. Saya akan memanggil putra saya," ucap wanita itu membuka pintu lebih lebar.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang