Bab 1 - Siswa Baru dan Kotak Hitam Misterius

4.6K 397 0
                                    

Seorang gadis berseragam SMA SANJAYA turun dari mobil mewah tepat saat bel masuk berbunyi. Tanpa pikir panjang dia langsung berlari menuju gerbang yang hendak ditutup. Beruntung, dia masih bisa memasuki gerbang itu dengan selamat.

Meski sudah berhasil memasuki gerbang sekolah, gadis bernama lengkap Airin Edrea Gianina itu belum bisa bernapas lega sebab setelah ini masih harus bergulat dengan tugas bahasa Inggris yang belum selesai ia kerjakan akibat terlalu asyik bermain game Moba tadi malam. Untungnya, Disa— sahabat Airin— dengan sigap langsung memberikan contekan kepada Airin.

Tanpa dikomando, Airin langsung menyalin tugas dari Disa dengan sangat cepat. Jantungnya berdegup kencang dengan peluh yang sudah membasahi keningnya. Dia takut tidak bisa menyelesaikan tugas ini. Meski guru bahasa Inggris mereka terlihat cantik dan manis, namun jika sudah menyangkut tugas, guru yang menjadi idola para siswa laki-laki itu akan berubah menjadi sosok yang sangat tegas—cenderung mengerikan.

Airin tidak mau kejadian seperti minggu lalu terulang lagi. Di mana dia lupa mengerjakan tugas dan tidak sempat menyalin tugas dari Disa. Dirinya berakhir dihukum berdiri di depan kelas selama pelajaran oleh guru sok cantik itu. Ya, walau sebenarnya Bu Lyn memang cantik sih. Mana masih muda lagi. Baru dua puluh empat tahun.

Airin menyelesaikan tugasnya tepat saat Bu Lyn—guru bahasa Inggris mereka—memasuki kelas. Bisik-bisik para siswa laki-laki yang memuji kecantikan guru muda itu mulai terdengar.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Lyn sembari meletakkan beberapa buku di atas meja.

"Pagi, Bu!" jawab semua murid serempak. Khusus untuk para siswa laki-laki menjawabnya dengan nada kelewat semangat.

"Baiklah semuanya silahkan keluarkan tug—"

Belum sempat guru muda itu menyelesaikan kalimatnya, seorang siswa laki-laki bernama lengkap Malvin Andreas tiba-tiba memukul meja dan berdiri. Semua orang menatap Malvin dengan heran, kecuali : Anhar, Jovas, dan Reiki yang merupakan teman dekat Malvin. Ketiga orang itu malah sibuk menyoraki Malvin dengan kalimat-kalimat penyemangat.

"Lo Ganteng cuk. Lo pasti bisa!"

"Yok, bisa yok!"

"AYO, VIN! SEMANGAT!"

"Malvin! Malvin! Malvin!"

Kalimat-kalimat penyemangat yang dilontarkan oleh ketiga sahabatnya menumbuhkan semangat Malvin. Dengan penuh percaya diri, dia menyambar sebuket bunga yang ia simpan di kolong meja kemudian berjalan dengan pasti menuju ke depan kelas. Tepatnya ke arah guru bahasa Inggris mereka, Bu Lyn. Di mana di mata Malvin, Bu Lyn ini kecantikannya sudah setara seperti bidadari.

Para siswa meringis histeris saat Marvin tiba-tiba berlutut sembari menyodorkan bunga ke arah guru mereka itu. Mereka mulai menyadari apa yang akan Malvin lakukan.

"Bu Lyn, dengan segala ketulusan hati saya ingin menyampaikan bahwa saya sangat menyukai Ibu. Maukah ibu menerima bunga ini sebagai apresiasi untuk perasaan saya?" ucap Malvin cepat hanya dalam sekali tarikan napas.

Seisi kelas mendadak hening. Semua orang menunggu reaksi dari guru mereka.

"Malvin! Berdiri!" pinta Bu Lyn penuh peringatan.

Malvin menggeleng. "Enggak, sebelum Ibu menerima bunga dari saya."

"Malvin! Saya bilang berdiri!" Bu Lyn berkata lebih tegas.

Tapi yang namanya Malvin ini tidak pantang menyerah. Dia tetap berada di posisinya sebelum gurunya itu benar-benar mau menerima bunga darinya.

Bu Lyn menarik napas, mencoba mengontrol emosinya. Situasi ini ... situasi seperti ini ... adalah situasi yang paling ia benci seumur hidupnya. Dia benci pernyataan cinta. Terlebih jika pernyataan cinta itu berasal dari seseorang yang lebih muda darinya.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang