Bab 29 - Benar-benar terkurung?

1K 130 10
                                    

Dengan kekuatan gigi taringnya yang tajam, Lyn mencoba mengoyak kain yang menjerat pergelangan tangannya. Dia memulai dari sebelah kanan dahulu. Mengerahkan seluruh tenaga yang ia miliki, Lyn berupaya untuk mengoyak-oyak kain itu. 

"Akh," Lyn meringis. Meski kain ini nampak tipis, namun serat kainnya cukup kuat, tidak mudah terkoyak. Sudah lebih lima menit Lyn mencoba menggigitnya, kain itu hanya bisa terkoyak ujungnya saja, ukurannya pun tidak lebih dari dua mili meter. Jika berjuang keras, Lyn mungkin bisa mengoyak kain ini. Namun, itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Itu pun kalau gigi Lyn bisa bertahan selama itu. Ini saja, baru beberapa menit, mulut dan giginya sudah terasa pegal, apalagi giginya, belum apa-apa sudah terasa sangat ngilu. Kesimpulannya, usaha mengoyak kain ini menggunakan giginya akan sia-sia saja.

KRIIITTT!!!

Pintu kamar itu perlahan terbuka. Lyn yakin bahwa yang datang itu adalah Edwards. Jadi, dia mencoba bertingkah biasa-biasa saja.

"Makanan datang. For your information, makanan ini aku sendiri yang masak. Aku tahu, Kak Lyn masih suka cumi-cumi asam manis. Aku sudah belajar memasaknya selama ini karena aku tahu hari seperti ini akan tiba."

Edwards meletakkan nampan berisi makanan dan minuman itu di atas nakas, kemudian menaiki ranjang. Duduk menghadap Lyn, anak itu kembali mengambil sepiring nasi itu, mengambilnya sesendok dan menyodorkannya kepada Lyn.

"Aku akan menyuapi Kak Lyn. Aaaa~" Edwards menginstrupsi Lyn untuk membuka mulutnya.

Lyn tidak mau. Namun, saat melihat perubahan raut wajah Edwards padanya, Lyn buru-buru membuka mulutnya. 

"Anak pintar," ucap Edwards tersenyum lebar sembari mengelus rambut Lyn saat suapan pertamanya mendarat mulus di dalam mulut gadis itu. "Makan yang banyak Kak Lyn. Aku tidak ingin Kak Lyn sakit karena kekurangan makanan."

Lyn mengunyah makanan itu perlahan. Ternyata rasanya tidak seburuk yang Lyn pikirkan. Makanan ini enak. Benarkah Edwards yang memasaknya?

"Aku sudah kenyang," ucap Lyn saat Edwards ingin memberikannya sesuap lagi.

"Tapi, makanannya masih sisa setengah," ucap Edwards kurang senang.

"Tapi, aku sudah kenyang. Tidak bisa memakan lebih banyak lagi," ucap Lyn ngotot dengan nada suara cukup tinggi.

Edwards terdiam menatap Lyn. Dari tatapan mata anak itu yang dingin, Lyn yakin kalau Edwards sedang kesal saat ini.

Masih dengan ekspresi dinginnya, Edwards mengambil segelas air yang ada di atas nakas kemudian mengarahkannya pada Lyn.

"Akh!!" Lyn berteriak sembari melindungi wajahnya dengan kedua tangannya. Dada gadis itu naik turun, sangat kentara bahwa dia sedang ketakutan.

"Kak Lyn," panggil Edwards sembari memegang tangan Lyn. Dengan lembut, Edwards menurunkan tangan Lyn yang menutupi wajahnya itu. "Ini minum dulu," lanjut pria itu saat Lyn sudah menurunkan tangan juga membuka matanya.

Mata Lyn mengerjab beberapa kali. Gadis itu menatap segelah air putih yang Edwards sodorkan padanya. Jadi, Edwards memintanya untuk minum? Dia kira, anak itu ingin melempar gelas itu ke wajahnya karena sedikit membentaknya tadi.

Dengan ragu, Lyn mengangguk. Edwards mengangsurkan gelas itu ke bibir Lyn, namun Lyn menghentikannya.

"Biar aku saja. Aku bisa minum sendiri," ucap Lyn kemudian mengambil alih gelas itu.

Edwards membiarkan saja. Dia memperhatikan Lyn yang sedang minum dengan begitu intens membuat Lyn grogi dan sedikit kesusahan untuk menelan minumannya. Untung saja dia tidak keselek.

Lyn mengembalikan gelas itu pada Edwards. Anak itu menerimanya dan kembali meletakkan piring dan gelas itu ke atas nakas.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Lyn saat Edwards kembali menatap dirinya nyaris tanpa berkedip.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang