"Ok semuanya. Sampai di sini dulu. Jangan lupa kerjakan tugasnya, dan sampai jumpa di pertemuan selanjutnya," ucap Lyn sembari membereskan barang-barangnya.
"Yes, Miss," sahut anak-anak itu nyaris serempak. Mereka juga mulai membereskan barang-barang mereka.
Sebagai guru, Lyn keluar terlebih dahulu. Setelah kaki Lyn menginjak luar kelas, barulah anak-anak itu menyusul keluar dengan semangat membara. Biasalah, bel pulang sekolah sudah seperti suplemen penambah energi bagi para siswa itu.
Setelah sampai di ruang guru, Lyn lantas menyimpan barang-barang yang tidak perlu dibawa ke rumah ke dalam laci mejanya. Dan mengambil barang-barang yang sekiranya ia perlukan di rumah nanti. Setelah semuanya beres, Lyn segera keluar dari ruang guru menuju tempat parkir.
Mata Lyn memicing. Seorang anak laki-laki sedang berdiri dengan posisi menyandar di pintu mobilnya. Edwards.
"Ehem," Lyn sengaja berdeham untuk menarik perhatian anak itu.
Menyadari keberadaan Lyn, Edwards berdiri tegak.
"Eh, Bu Lyn. Akhirnya Ibu datang juga," ucap anak itu sembari tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit dan deretan gigi putih miliknya yang tersusun rapi terlihat.
Lyn meneguk ludah. Senyuman ini, benar-benar mengingatkannya pada sosok Gray.
"Aku menunggu ibu dari tadi," lanjut Edwards. Anak itu merogoh saku celananya. "Ini milik Ibu, kan?"
Mata Lyn memicing melihat ke arah benda yang ada di tangan Edwards. Seketika Lyn memegang lehernya dan tidak menemukan kalungnya di sana.
Jadi benda yang di tangan Edwards itu memanglah kalung miliknya?
Lyn mengambil kalung yang Edwards sodorkan padanya. "Bagaimana kalung ini bisa ada padamu?" tanya Lyn tidak habis pikir kenapa kalung itu bisa lepas dari lehernya tanpa ia sadari.
"Akh, aku menemukannya di dekat tangga. Aku langsung tahu kalau kalung itu milik ibu karena aku sering melihat ibu memainkan bandulnya di kelas." Edwards tersenyum lagi.
"Oh, begitu," Entah kenapa, tapi senyuman Edwards memanglah sangat membius. Lyn saja nyaris gugup dibuatnya. Tidak heran jika banyak para siswi jatuh hati pada pemuda ini.
"Ngomong-ngomong, terimakasih banyak. Aku tidak bisa membayangkan jika aku kehilangan kalung ini," ucap Lyn tulus kemudian memasukkan kalung itu ke dalam tas. Dia akan memakainya di mobil nanti.
"Sama-sama. Kalau begitu aku permisi Bu, Lyn," ucap Edwards tersenyum lagi.
Lyn mengangguk. "Sekali lagi, terimakasih, Edwards," ujar Lyn.
Edwards mengangguk dan segera pergi dari hadapan Lyn. Sementara Lyn segera masuk ke dalam mobilnya.
Edwards berhenti dan menatap mobil Lyn yang melaju. Pemuda itu tersenyum tipis. Merasa puas akan sesuatu.
🍁
Lyn melihat penampakan kalung di lehernya melalui cermin dashboard. Untung saja Edwards menemukannya. Jika tidak, Lyn tidak tahu harus menjawab apa jika sewaktu-waktu Zayn menanyakan tentang keberadaan kalung itu. Pasalnya, kalung dengan bandul bulan sabit dengan bintang kecil di tengahnya itu adalah pemberian sang adik saat mereka akan diadopsi keluarga yang berbeda. Tepatnya, Zayn memberikannya pada Lyn saat anak itu hendak berangkat ke London bersama keluarga barunya.
Setelah memastikan kalung itu terpasang kuat di lehernya, Lyn akhirnya beranjak. Keluar dari mobil dan menuju ke dalam gedung di hadapannya. Kantor Mr. Liem berada di dalam gedung tinggi itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/260229322-288-k287116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
Aktuelle LiteraturSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...