Bab 47 - Jalan Keluar

469 78 6
                                    

Lyn mendekap tubuh Malvin erat.

"Syukurlah kamu baik-baik saja. Aku sangat takut. Sangat takut jika kamu benar-benar tidak pernah membuka mata lagi." Lyn terisak haru di pelukan Malvin.

Meski masih pusing dan belum sadar sepenuhnya, namun dengan pelukan hangat dari Lyn mampu membuat Malvin merasa jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Bu Lyn ... Apa Bu Lyn baik-baik saja?" tanya Malvin dengan suara paraunya.

Lyn terkesiap. Dia mengurai pelukannya pada Malvin dan menatap anak itu dalam-dalam.

"Bodoh. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Kenapa malah kamu yang menanyakan keadaan ku?" 

Malvin tersenyum tipis. "Bu Lyn ada di sini. Itu artinya Bu Lyn juga sedang tidak baik-baik saja. Benar, kan?"

Lyn terdiam. Dia menatap Malvin sendu. "Sudahlah. Tidak perlu membahas diriku. Yang paling penting saat ini adalah menemukan cara untuk keluar dari tempat ini. Kita sudah bersama sekarang. Kita harus bisa keluar dalam keadaan selamat dari tempat ini," ujar Lyn seraya berusaha menemukan cara.

Gadis itu berjalan mondar-mandir di ruangan kecil itu. Menatap ke arah luar ruangan yang dipenuhi lorong-lorong membingungkan. Melangkah pelan menuju pintu, Lyn iseng menekan kenop pintu itu dan ... klek! Pintu itu terbuka! Baik Lyn ataupun Malvin sama-sama membulatkan mata.

"Ba-bagaimana bisa?" gumam Lyn masih tidak percaya dengan pintu yang terbuka lebar di hadapannya.

"Si brengsek itu belum pernah lupa mengunci pintu sebelumnya. Dia sangat teliti. Tapi kali ini kenapa?" Malvin sampai kehilangan kata-kata pada momen ini.

Seketika Lyn teringat kejadian beberapa saat lalu. Ketika Edwards masih berada di tempat ini bersama dirinya dan tiba-tiba seluruh ruangan ini dipenuhi cahaya kerlap-kerlip dengan disertai suara sirene yang bising. Apa Edwards lupa mengunci pintu ini saking terburu-burunya pergi? 

"Sepertinya memang karena itu," gumam Lyn. Tidak peduli bagaimana kejadian sebenarnya yang membuat Edwards lupa untuk mengunci pintu ruangan ini, yang terpenting sekarang dia harus membawa Malvin pergi dengan selamat bersama dirinya.

"Malvin. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita harus segera keluar sebelum Edwards menyadari pintu ini," ucap Lyn dengan antusias. Malvin mengangguk cepat. Pria itu mencoba turun dari brankar. Namun, begitu kakinya menyentuh lantai, dia terjatuh. Kakinya terasa lemas dan tidak mempu untuk menopang tubuhnya.

"Kamu baik-baik saja?" Lyn menghampiri Malvin yang duduk lemas di lantai sembari memegangi kakinya.

"Karena terlalu lama terbaring membuat kakiku mati rasa," ucap Malvin.

Lyn menggeleng. "Tidak. Tidak boleh seperti ini. Kita harus segera keluar dari tempat ini. Kau harus berusaha Malvin. Aku akan membantu untuk memapah mu."

Lyn hendak meraih Malvin untuk memapahnya. Namun, Malvin menghindar.

"Sia-sia Bu Lyn. Aku benar-benar tidak bisa menjejakkan kakiku. Lebih baik Bu Lyn saja yang keluar. Selamatkan diri ibu terlebih dahulu."

Lyn menggeleng. "Tidak. Aku tidak bisa meninggalkan mu sendirian di sini. Kita harus keluar bersama. Kau pasti bisa Malvin. Kita pasti bisa. Ayo! Aku percaya padamu," Lyn mengulurkan tangannya pada Malvin.

Kali ini, Malvin mengangguk. Seperti yang dikatakan Bu Lyn, dia harus berusaha, dia tidak boleh mengecewakan harapan Lyn begitu saja.

Dengan dorongan Lyn dan usaha keras Malvin, akhirnya anak itu bisa menjejakkan kakinya di lantai meski tubuhnya masih harus ditopang oleh Lyn.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang