"Serius semalam Lo nginep di apartemen Bu Lyn?" tanya Reiki tidak selow.
Malvin refleks menutup mulut temannya itu.
"Jangan keras-keras ogeb! Nanti kalau ada orang lain yang denger gimana? Mereka bisa mikir yang aneh-aneh," desis Malvin kesal.
"Pantes aja Lo enggak keliatan di tongkrongan. Asik sendiri ternyata," sindir Jovas. Tapi, pandangan cowok itu fokus pada ponsel di tangan.
"Apaan sih. Orang gue enggak ngapa-ngapain sama Bu Lyn," ujar Malvin. Dia memang tidak menceritakan secara detail mengenai dirinya yang menginap di rumah Bu Lyn. Dia hanya berkata bahwa dia terjebak hujan setelah mengantar makanan untuk Bu Lyn. Ditambah listrik di gedung itu mati sehingga lift bermasalah sehingga Bu Lyn menawari dirinya menginap karena khawatir anak muridnya itu sakit jika nekad menerobos hujan.
Itu pun Malvin katakan karena desakan teman-temannya yang heran kenapa Malvin tidak datang ke tongkrongan padahal cowok itu sendiri yang mengajak mereka untuk berkumpul.
"Kok gue kurang percaya ya sama penjelasan lo," celetuk Anhar tiba-tiba. "Kayak enggak masuk akal gitu. Dan gue lebih enggak percaya lagi kalo Lo enggak ngapa-ngapain sama Bu Lyn," lanjut Anhar yang langsung mendapat hadiah berupa sebuah jitakan dari Malvin.
"Terserah deh. Nyesel gue ngasih tau Lo pada," ujar Malvin kemudian memasuki ruang olahraga terlebih dahulu.
"Ye, baperan," sindir Jovas lagi. Mereka mengikuti Malvin ke dalam ruang olahraga.
"Anhar! Tangkap!" teriak Reiki sembari melempar dua bola basket ke arah Anhar.
Sialnya, hanya satu bola yang berhasil ia tangkap. Sisanya, mendarat mulus di wajahnya.
"Sialan Lo emang!" umpat Anhar. Reiki hanya cekikikan.
"Tadi Pak Teddy nyuruh ngambil apa aja sih?" tanya Jovas yang sibuk melihat-lihat bola di dalam keranjang.
"Bola basket, bola kaki, sama bola voli," ujar Malvin. "Itu aja lupa. Kebanyakan ngemil micin si Lo."
Jovas mendelik ke arah Malvin kemudian mulai mencari bola yang cowok itu maksud. Sementara Malvin menuju loker—loker khusus murid yang mengikuti ekskul basket— untuk mengambil jam tangan dan seragam olahraga yang ia simpan di sana.
Kening Malvin sedikit mengerut saat melihat selembar kertas jatuh dari dalam loker begitu pintu loker itu terbuka. Malvin lantas berjongkok dan mengambil kertas tersebut.
Alis tebal milik Malvin semakin menukik tajam tatkala ia membaca tulisan di dalam kertas itu.
JAUHI BU LYN ATAU KAU TAHU AKIBATNYA!
Sebuah surat ancaman yang ditulis menggunakan spidol berwarna merah.
Bibir Malvin mengukir senyum sinis. Entah siapa yang menulis surat itu dan meletakkan di dalam lokernya. Siapapun dia, Malvin tidak takut. Tepatnya, tidak peduli. Cowok itu lantas meremas kertas itu dan memasukkannya ke dalam saku celana agar tidak dilihat oleh teman-temannya.
"Udah semua nih, buru! Nanti kelamaan Pak Teddy ngamuk lagi," ujar Reiki. Di tangannya sudah ada dua bola voli.
"Bawa satu nih." Jovas melempar sebuah bola kaki ke arah Malvin. Dengan sigap, Malvin menangkap bola tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
Fiksi UmumSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...