Bab 2 - Alarm darurat

3.4K 349 5
                                    

Lyn sedang dalam perjalanan menuju tempat parkir saat Pak Satya- salah satu guru biologi di Sanjaya- menghampirinya.

"Lyn," sapa seseorang dari arah belakang.

Lyn menghentikan langkah, dia tersenyum saat mengetahui bahwa Satya lah yang memanggilnya.

"Iya," jawab Lyn dengan pandangan sedikit menunduk. Entahlah, dia selalu merasa gugup jika berada di dekat Satya.

"Kamu enggak lupa tentang rencana kita nanti malam, kan?" tanya guru berkacamata berusia tiga puluh tahun itu.

Lyn menggeleng pelan. "Aku ingat kok," jawabnya.

Satya tersenyum sangat manis, Lyn sedikit salah tingkah.

Mereka berdua berjalan beriringan. Tentu saja hal itu tidak luput dari perhatian orang-orang. Bu Lyn yang cantik dan Pak Satya yang tampan adalah kombinasi pasangan yang sempurna. Tapi, tentu saja tetap ada orang yang tidak suka melihat kedekatan mereka. Contohnya, empat siswa populer yang sedang duduk di atas motor mereka itu.

"Vin, Vin, Vin! Ada Pak Satya jalan berdua sama Bu Lyn," ucap Anhar yang sukses menarik perhatian Malvin.

Malvin mengalihkan pandangan dari ponsel. Dia menatap tidak suka ke arah dua orang yang sedang mengobrol akrab di koridor sana.

"Si anjrit!" umpat Malvin tanpa sadar.

"Makanya Vin, kalo suka sama orang itu dekatinnya perlahan-lahan. Jangan asal terobos kayak kemarin. Sok-sokan nyatain perasaan di depan kelas si Lo. Bukannya Bu Lyn makin suka, dia malah makin ilfil," ucap Reiki mencoba memanas-manasi Malvin.

"Diem Lo, nyet! Itu ide Lo juga," ucap Jovas ke arah Reiki. Dia tidak mau Malvin semakin emosi jika terus-menerus mendengar gerutuan tidak jelas dari Reiki.

Takut tidak bisa mengendalikan emosi dan berakhir membuat keributan di parkiran ini, Malvin memutuskan untuk mengajak teman-temannya pergi.

Sementara itu, Lyn dan Satya sudah tiba di dekat mobil milik Lyn.

"Nanti malam jam delapan, aku jemput di apartemen kamu ya."

Lyn mengangguk dan segera memasuki mobil. Satya melambaikan tangan mengiringi kepergian Lyn. Setelah mobil Lyn pergi, barulah ia memasuki mobilnya sendiri.

🍁

Lyn menghela napas lelah. Dia sedang dalam perjalanan pulang, tapi di tengah perjalanan, mobilnya tiba-tiba mati. Lyn yang tidak mengerti apa-apa tentang mesin merasa kebingungan. Dia sudah berkali-kali menghubungi montir langganannya, tapi tidak ada jawaban. Lyn semakin bingung. Dia mengedarkan pandangan ke jalanan yang lumayan sepi. Mencari seseorang yang sekiranya bisa ia mintai pertolongan.

Tiba-tiba sebuah motor sport berwarna hitam berhenti di depannya. Orang yang mengendarai motor itu memakai helm full face, jaket hitam berbahan kulit yang nampak mengilap, dan celana panjang berwarna abu-abu khas anak sekolah.

Siapa?

Orang itu turun dari motor dan membuka helmnya.

"Do you need my help, Miss?" tanya orang itu.

Lyn tertegun beberapa saat. Lagi, iris hitam kebiruan itu mengingatkannya pada seseorang dari masa lalu.

Lyn menggerutu dalam hati. Dari sekian banyak orang yang berkemungkinan bisa membantunya, kenapa harus orang ini yang datang. Bukannya Lyn tidak bersyukur ada seseorang yang menawarkan bantuan. Tapi, jika orang itu adalah salah satu muridnya-apalagi Edwards si siswa baru- entah mengapa membuat Lyn kurang nyaman. Lyn merasa ada sesuatu yang berbeda dari Edwards. Dari cara anak itu menatapnya, jelas ada suatu cerita tersembunyi di balik mata indah itu.

Killer, Lover! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang