"Baiklah anak-anak, sebelum pelajaran hari ini berakhir, ibu ingin kalian membentuk sebuah kelompok. Satu kelompok terdiri dari lima orang," ujar Bu Ratih membuat seisi kelas mengeluh kecuali Edwards yang terlihat biasa-biasa saja."Ibu ingin kalian membuat proposal tentang bagaimana proses pembelahan sel pada masing-masing makluk hidup. Baik itu pada manusia, hewan, dan juga tumbuhan. Dikumpulkan pada pertemuan kita yang selanjutnya."
Seisi kelas semakin mengeluh, bagaimana tidak, hari ini adalah hari jumat dan pertemuan mereka selanjutnya adalah hari senin. Itu artinya mereka harus menggunakan waktu akhir pekan mereka untuk menyelesaikan tugas ini. Capek deh!
"Ibu kasih waktu tiga menit untuk kalian membentuk kelompok. Dimulai dari sekarang!"
Para murid mulai heboh mencari-cari kelompok yang tepat. Namun yang membuat suasana kelas semakin heboh adalah para murid perempuan yang berebut untuk satu kelompok dengan Edwards. Membuat para murid laki-laki menatap sinis ke arah cowok itu.
"Pokoknya kalian semua minggir. Gue yang bakal sekelompok sama Edwards," ujar Cecile menyerobot para siswi yang mengitari meja Edwards. Tiba-tiba seseorang menarik kerah seragam Cecile dari belakang, menarik cewek itu mundur dan menjauh dari kursi Edwards.
"Enak aja, enggak ada! Gue sama Disa yang akan gabung di kelompok Edwards. Lo jauh-jauh deh. Cari kelompok lain sana!" kelakar Airin yang tidak akan diam saja melihat aksi Cecile yang terus berusaha mendekati Edwards.
"Guys! Bukankah ini saat yang tepat? Bagaimana pun kita harus sekelompok sama Edwards agar kita lebih mudah mencari informasi tentang dia," bisik Jovas mendekatkan diri kepada dua temannya.
Anhar dan Reiki mengangguk. "Setuju!"
"Minggir! Minggir lo semua! Enggak ada satu pun cewek yang akan sekelompok dengan kelompok kami. Gue, Jovas, dan Anhar yang akan sekelompok sama Edwards. Jadi, kalian semua minggir aja," kelakar Reiki mengusir para cewek-cewek itu.
Bukannya mundur, para cewek-cewek itu semakin heboh.
"Kan kalian baru berempat tuh, harusnya kan berlima. Jadi gue aja ya yang masuk ke kelompok kalian?" Cecile kembali maju paling depan. Kapan lagi bisa satu kelompok sama para cogan-cogan sekolah mereka.
"Enggak ada! Jovas enggak bakalan mau sekelompok sama lo," tolak Reiki mentah-mentah.
"Kalau gitu gue aja!"
"Gue aja!"
"Enggak! Gue aja!"
Para siswi semakin heboh sehingga suasana kelas semakin tidak terkendali.
BRAK!!!
"DIAM!!!"
Tiba-tiba saja Bu Ratih berteriak sembari menggebrak meja. "Kembali ke meja kalian masing-masing! Kalau begini caranya, ibu saja yang menentukan kelompok kalian!" Bu Ratih yang sudah kepalang pusing akhirnya membuat keputusan.
Para siswi-siswi itu serempak mengeluh dan dengan kesal kembali ke kursi masing-masing.
Bu Ratih mengeluarkan buku absen dan mulai membagi kelompok para murid.
"Kelompok tiga, ada Arif, Disa, Norman, Akbar, dan Sarah."
Airin dan Disa saling memandang dan memasang ekspresi kecewa karena mereka berdua tidak berada di kelompok yang sama.
"Kelompok enam, Airin, Anhar, Cecile, Edwards, dan Jovas."
"YES!" seru Airin semangat karena dia pada akhirnya satu kelompok dengan Edwards. Namun, tungg? Sepertinya ada yang tidak beres. Ya, Cecile! Kenapa cewek centil itu harus sekelompok lagi dengannya dan ada lagi-lagi berada di antara dirinya dan Edwards? Sungguh takdir yang buruk.
"Cie! Sekelompok sama mantan!" goda Reiki pada Jovas kemudian pada Cecile.
"Apaan sih lo?" ujar Jovas frustrasi.
Tapi, yang lebih frustrasi adalah Anhar. Kenapa dia ada di antara dua cewek bucin yang memperebutkan satu cowok yang juga satu kelompok dengan mereka. Yang lebih parah lagi salah satu cewek itu adalah mantan dari salah satu cowok yang juga satu kelompok dengan dirinya.
"Nasib. Nasib," gumam Anhar mulai merasa pening di kepalanya.
Reiki yang mengerti langsung menepuk pelan bahu sahabatnya. "Yang sabar ya, bro!" hibur cowok itu namun tidak sedikit pun mengurangi beban yang Anhar rasakan.
"Kelompok tujuh, yakni kelompok terakhir ada Amelia, Beni, Ika, Reiki, dan Zara. Oke itu adalah kelompok kalian. Ibu harap kalian bisa menyelesaikan tugas ibu dengan baik." Setelah mengatakan itu, bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi.
"Baiklah, cukup sudah pelajaran hari ini. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya. Selamat siang anak-anak," ucap Bu Ratih undur diri.
"Selamat siang, Bu!" jawab para murid serempak.
"Yah, lo pisah dari kita dong," keluh Jovas cukup sedih karena Reiki tidak sekelompok dengan mereka.
"Enggak pa-pa, bro. Yang penting kalian berdua satu kelompok sama Edwards. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Gue percaya kok pada kemampuan kalian berdua," ucap Reiki kepada kedua temannya.
"Bagaimana pun, kita harus bisa membujuk Edwards agar tugas ini dikerjakan di rumahnya," gumam Anhar pelan, hanya Jovas dan Reiki yang bisa mendengarnya.
"Gue setuju!" ucap kedua orang itu serempak.
🍁
Next?
Btw, saya baru saja mempublikasikan cerita baru. Judulnya 'TRAITOR'. Jangan lupa dibaca ya teman-teman...
Makasih😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer, Lover! [TAMAT]
General FictionSMA SANJAYA kedatangan siswa baru dari Amerika. Dia bernama Edwards Robertson. Dia baik, tampan, dan pintar. Hanya saja dia sedikit tertutup dan tidak suka bergaul. Namun, hal itu justru membuat orang-orang semakin penasaran akan sosoknya. Dia menja...