part 32

24 4 0
                                    

Setelah menghabiskan waktu di rumah Bilqis, teman-teman Raffi berpamitan untuk pulang karena sudah malam. Mereka bersalaman kepada orang tua Bilqis yang ada di seberangnya dan keluar menaiki motor masing-masing. Bilqis mengikutinya dan berdekap tangan di depan pintu. "Makasih ya udah mau nyempetin dateng kesini." Ucap Bilqis sambil tersenyum. Anak-anak itu langsung menyeringai dan membalas perkataan Bilqis.

Lagi lagi tatapan Bilqis jatuh pada Haris. Meskipun Haris memakai helm, rasanya tidak ada yang menghalagi pandangannya. Saat Haris menganggukkan kepalanya, Bilqis tiba-tiba memalingkan wajahnya dan melihat ke sekitar dinding rumahnya.

"Yaudah Bil, kita kita balik dulu ya." Ujar Raffi.

Bilqis menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya. Setelah melihat motor motor itu menjauh, Bilqis kembali ke rumahnya dan duduk bersama Canda. Kini, tinggal ada Elrafheo, Gilang dan Bima.

Bilqis merasa canggung untuk melirik Gilang. Ia masih merasa tidak enak dan ditambah akhir-akhir ini hubungan Bilqis dengan Gilang tidak begitu dekat. Entahlah, semenjak datangnya kehidupan geng Raffi dan teman-temannya membuat Bilqis tidak memiliki waktu luang untuk bermain lagi bersama Gilang atau Elrafheo.

Bima tidak perlu ditanya. Dibalik diamnya selama ini, diam-diam juga ia selalu mengirim email atau direct message kepadanya. Padahal Bima sudah mendapatkan kontak WhatsApp Bilqis. Haduh.. Bima memang berbeda.

"Bilqis gue mau nanya sama lo." Ucap Gilang memulai percakapan. Membuat Bima, El dan Canda menoleh. "Apa?" Tanya Bilqis.

"Kenapa lo ga kabarin gue?"

Tepat sasaran. Yang Bilqis takutkan kini terlontar dalam mulut Gilang. Bilqis hanya menarik nafasnya berat seperti banyak beban.

"Oi?" Panggil Gilang lagi.

"G - gue.. mau kabarin lo tapi ga sempet." Pekiknya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Gausah digigit." Ujar Gilang. Membuat Bilqis membulatkan mulutnya.

"Anj pikiran lo Gilangggg." Samber El.

Canda dan Bilqis menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan.

"Yaudah, gue juga ngerti sih perasaan lo setelah kepergian nenek lo. Gue ucapin turut berduka cita untuk itu." Jelas Gilang.

Bilqis senang karena Gilang memahaminya. Bilqis harap tidak ada kesalahpahaman di pertemanannya. Sampai kapanpun itu, Gilang akan menjadi sahabatnya.

"I iya gue minta maaf." Lirih Bilqis dengan nada pelan dan memunduk.

"Ini bukan salah lo. Jadi ya sans." Enteng Gilang sambil tersenyum kecil.

Bilqis ikut tersenyum kaku dan diam. El pun buka suara untuk pamit dan bersalaman dengan Bilqis, Canda, dan orang tua Bilqis di seberang sana. Bilqis dan Canda mengantarnya sampai depan pintu. Memperhatikan tiga sejoli itu memakai helm dan menyalakan mesin motornya.

"Lo nginep disini?" Tanya Gilang kepada Canda.

"Ngga." Singkatnya.

"Terus?" Tanya Gilang lagi.

"Lo banyak tanya banget." Ketus Canda yang bersedekap tangan. Gilang membulatkan mulutnya dan mengangkat bahu. "Yaudah kita balik dulu." Ujar El. Bilqis dan Canda menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil.

Setelah mendapati motor yang sudah menjauh, Bilqis dan Canda masuk kedalam. Canda melirik arloji nya dan mengambil minum.

"Nginep disini aja." Kata Santi sambil duduk di dekat Canda. Canda tersenyum membalas ajakan Ibunya Bilqis. Sambil berpikir ini sudah larut malam tetapi salah satu dari keluarga ini baru saja meninggal dunia. Mana bisa Canda berada disini untuk kepentingan pribadi nya.

"Ngga papa tante, Canda bisa pulang sendiri ko. Soalnya Bi Lina udah amanat sama Canda biar pulang." Tolak Canda.

"Beneran? Ini udah malem loh. Kamu anak perempuan." Tanya Santi meyakinkan.

"Ya emang anak perempuan kan bukan laki." Samber Billy menghampiri Santi. Canda tersenyum kecil dan menoleh pada Santi.

"Ih kamu Billy!" Ketus Santi sambil mengerutkan bibirnya.

"Yaudah kalo kamu mau pulang, hati hati yaa. Mau dianter Billy juga?" Canda hanya menggelengkan kepala dan menyalimi tangan Santi. Untuk kesekian kalinya Bilqis bangkit dan mengantar tamu terakhirnya itu ke depan pintu.

"Cape gue bulak balik nganter tamu." Keluh Bilqis sambil menghembuskan nafas.

"Kenapa ga tidur disini aja sii orang gapapa juga kan." Lanjut Bilqis yang memperhatikan Canda memakai helm nya.

"Eh btw Tehcan cantik pake gamis." Lanjutnya lagi. Mendapati Canda yang sudah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Bilqis, ia langsung tersenyum kecil karena pujian dari Bilqis. Namun ia segera mengumpatnya.

"Kasih waktu gue buat jawab napa sihh." Ketus Canda. Namun kembali tersenyum saat melihat Bilqis memperlihatkan senyum menggoda nya.

"Ini dijalan gaakan ada apa apa kan?" Tanya Canda creepy. Bilqis hanya mengernyitkan dahinya dan berpikir kenapa dia pulang jika takut dijalan. "Yaudah nginep aja disini. Bilqis ga yakin sama Tehcan." Jawabnya.

Canda terdiam menghembuskan nafasnya dan melihat ke sekeliling. Ia mencoba memberikan diri untuk melewati jalanan yang hanya dihiasi lampu lampu itu. "Gue gapapa. Berani kok! Masa seorang Canda elehan." Sombong Canda.

"Yaudah siii." Bilqis sambil memegang gagang pintu. Melihat Canda yang belum juga melajukan motornya, Bilqis berdecak kesal karena keraguan Canda.

"Bil.."

"Apaan?" Bilqis sudah menduga kalau Canda tidak berani pulang dalam keadaan seperti ini.

Tiiiid tiiiiid!!!!

Bilqis dan Canda terkejut dan menoleh ke suara klakson itu berada. Mata Bilqis memicing saat melihat tubuh Rio berada di depan gerbang rumahnya. Untuk apa ia pergi dan datang kembali ke tempat yang sama. Pikirnya.

"Eh ngapain lo balik lagi?" Tanya Bilqis sambil menyilangkan lengan.

"Gue mau anter Canda balik." Singkatnya.

Bilqis membulatkan mulutnya dan tersenyum jahil kepada temannya itu. Canda.

"Apaan si lo!" Dengus Canda.

"Eh gue bisa balik sendiri ya yo!" Lanjut Canda kepada Rio.

"Dih ngga tuh dia takut kalo pulang sendirian." Bantah Bilqis menunjuk Canda.

"Yaudah ayo makanya balik sama gua! Gua temenin Caaaannnn!" Ajak Rio dengan memanjangkan nama Canda dengan gemas.

Canda tersenyum di dalam helm nya itu. Jika tidak memakai helm, mungkin ia tidak mempunyai kesempatan untuk mengumpat pertama kalinya dari Rio.

"Yaudah sii kalem aja." Sewot Canda.

"Gue balik dulu ya Bilqis Zelin hahahaa. Assalamualaikum." Ucapnya.

"Waalaikumsalam."

"Lo duluan!" Teriak Canda pada Rio.

"Lo dulu lah kan lo cewe!" Balas Rio.

"Ah elah meniiii rese! Yaudah minggir!"

"Dih orang jalanan masih lega neng." Sindir Rio yang sudah menjalankan motornya mengikuti Canda. Bilqis langsung masuk ke dalam rumahnya setelah mereka berdua benar benar pergi dari rumahnya.

"Canda udah pulang?" Tanya Santi. Canda hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah, kamu pergi tidur sana. Ibu juga mau ke kamar." Lanjut Santi yang berjalan ke kamarnya. Bilqis pun menaiki anak tangga dan masuk ke kamar.

Bilqis mengunci pintu dan membersihkan badannya. Bukan mandi. Iya hanya mencuci muka dan menyikat gigi. Lalu berjalan ke walk in closet miliknya dan memilih sepasang piyama berwarna hitam garis-garis putih itu.

Setelah skincare tertempel di wajahnya, Bilqis menyandarkan kepalanya di kasur dan meraba raba dimana ponselnya. Bilqis yang malang, dia tidak mendapati notifikasi pesan dari siapapun. Gadis itu berdecak kesal dan merebahkan tubuhnya. Bilqis segera menarik selimutnya karena malam semakin dingin.

semesta TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang