part 7

117 13 2
                                    

"GUYS YANG TERHORMAT, KALO TUGAS NYA UDAH BERES, SILAHKAN KUMPULKAN DI MEJA GURU. BIAR NANTI SEKRETARIS YANG BAWA KE RUANG GURU. TUGAS NYA GAADA YANG DIBAWA KERUMAH!! TERIMAKASIH"

Serin memperingati teman sekelasnya agar mematuhi perintahnya. Itupun amanat dari Pak Tresno yang mengajar Bahasa Sunda.

"Oh iya lo sekarang ke ruang guru ya, gue anter." Ujar Gilang yang sedang merapikan tas nya.

"Gue anter." Sahut Bima sambil menggandong tas di bahu kanannya. Perkataannya bersamaan dengan Gilang, sehingga membuat Bilqis kaget. Bima dan Gilang pun saling tatap karena tidak ingin kalah saingan.

"Anjoi bareng ahahaa, udah gapapa gue sendiri aja. Ga berat ko." Jawab Bilqis yang dengan santai menggendong tas nya dan merapikan tali sepatunya.

"Udah sama gue aja."

"Udah sama gue aja."

Lagi lagi mereka kompak. Membuat Bilqis tersenyum dan kebingungan.

"Tukan kayanya kalian jodoh, yaudah kalian aja yang bawa ke ruang guru heehee." Jawab Bilqis.

"Yaudah, demi si geulis, gue bisa lakuin apa aja." Ujar Gilang sambil berjalan ke meja guru untuk membawa buku buku murid kelas A.

"Gue juga." Lanjut Bima berlari menyusul Gilang dan dengan cepat membagi dua buku yang dibawa Gilang.

"Eh serius nih? Aduhh udah deh sama gue aja." Bilqis yang merasa merepotkan mereka berdua.

"Udah ya cantik, lo ke gerbang aja sana, pulang. Nanti abang lo udah nungguin." Bujuk Gilang menyusuri koridor bersama Bima dan Bilqis.

Gilang tahu betul bahwa Bilqis selalu di antar jemput oleh abangnya. Namun, banyak orang yang mengira bahwa Bilqis selalu di antar jemput oleh pasangannya. Bilqis dan Billy berbeda 3 tahun. Jadi, banyak orang yang menyangka mereka berpacaran.

"Yaudah, makasih ya Bima, Gilang, kalian temen gue yang paling debes dah pokonya. Gue duluan ya assalamualaikum." Ujar Bilqis sambil berlari meninggalkan mereka berdua.

Hening.

Diantara Bima dan Gilang tidak ada yang membuka percakapan. Mereka sama-sama berjalan membawa buku catatan di pinggir lapangan. Entah kenapa mereka selalu bertengkar jika diantaranya ada yang sedang disamping Bilqis.

"Lo ko bisa deket gitu sama Bilqis?" Tanya Bima yang menaiki tangga ke ruang guru.

"Emm gatau tuh, mungkin gue nya yang terlalu respect sama dia. Awalnya juga susah banget buat kenal sama dia. Tapi gatau ada mukjizat apa tiba-tiba deket. kenapa? Lu sirik heeeeeee?" Jawab Gilang.

Memang, bisa kita tebak dari cara bicara Bima seperti itu, terlihat bagaimana ia tidak bisa akrab dengan Bilqis. Kasihan. Tiba-tiba sekali dia ingin dikenal lebih dekat dengan perempuan.

"Ey anjir ngga. dah lah ga usah bahas dia lagi. Besok besok gausah jemput gue. Gue pesen ojol." Ketus Bima dengan wajah datar untuk menghilangkan ke gengsian nya.

"Aaanyiiing baperan." Balas Gilang sambil tertawa kecil dan berlari kecil dipinggir lapangan berusaha menyusul Bima yang terlebih dulu meninggalkannya di ruang guru.

"Lu ganteng ganteng gini baperan juga. Heran gue." Lanjut Gilang sambil terengah-engah.

"Diem lo bodoh." Ketus Bima.

"Yaelah, gue ajak lo maen ps deh sekarang. gimana?" Tanya Gilang yang berusaha membujuk Bima.

"Dirumah lo?"

"he euh atuh, maenya di matrial." Sewot Gilang.

"Yaudah, sambil kerjain tugas buat besok." Jawab Bima dengan santai.

Bima memang senang bermain play station dengan Gilang. Mereka teman dari kecil. Jadi, pantas saja jika Bima tidak bisa marah lama-lama dengan Gilang.

Mereka langsung menuju parkiran dan mengambil motor Gilang. Bima memang selalu berangkat dan pulang bersama dengan Gilang. Rumahnya berdampingan. Hadeuh...

semesta TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang