part 45

30 4 1
                                    

Bilqis pergi ke parkiran sendirian. Biasanya Gilang selalu menemaninya. Tapi si menyebalkan itu tidak sekolah karena sakit. Padahal ia sudah berharap Gilang akan bertanya kenapa mukanya tidak ceria, bercerita, dan pergi ke kantin bersama.

Bilqis memutuskan untuk menjenguk Gilang ke rumahnya. Ia pergi ke Indomaret dan membeli beberapa makanan.

"Segini cukup kali ya, dia kan kalo sakit ngemil mulu" gumamnya. Bilqis langsung pergi ke kasir dan membayar belanjaan.

Kini Bilqis tidak memikirkan apapun selain Gilang. Ia harus melupakan kejadian semalam yang membuatnya hampir tidak bisa tidur.

Jari Bilqis menekan bel yang tertempel di tembok rumah Gilang. Tidak lama kemudian, wanita paruh baya membuka pintu untuknya dan menyapanya.

Ia ingat betul kalau Gilang memutuskan untuk menetap disini selama orangtuanya dipindah kerjakan untuk waktu yang sangat lama. Menyewa pembantu adalah pilihan terbaik dari orang tua Gilang untuk menemaninya dirumah dan agar Gilang tidak kesusahan.

"Gilang nya ada bi?" Tanya Bilqis dengan senyuman.

"Ada di kamar neng. Mari masuk" jawabnya.

Bilqis masuk ke dalam rumah mengikuti bibi didepannya.

Sang bibi mengetuk pintu dan terdengar suara Gilang yang menyuruh masuk. Tapi bibi kembali turun dan mempersilahkan Bilqis yang masuk.

Bilqis pun mengangguk dan membuka knop pintu. Senyumnya mengatung saat melihat Gilang sedang makan. Bilqis mengangkat kantung keresek berisikan makanan yang ia beli untuk Gilang.

Gilang pun menoleh kepada gadis yang baru masuk ke kamarnya. Ia melihat Bilqis datar dan mengacungkan jempolnya.

Bilqis terkekeh sambil menghampiri Gilang.

"Sakit apa sih?" Tanya Bilqis yang dahinya mengerut.

"Biasalah.. tipes" jawab Gilang santai. Ia sangat senang karena Bilqis datang menjenguknya.

"Em elu ya, minum tu obatnya" titah Bilqis sambil melihat ke arah obat tersimpan.

Gilang pun menurutinya. Setelah meminum obat, Gilang mengerutkan dahinya karena melihat wajah Bilqis yang meredup.

"Tell me right now. Why you sad?" Tanya Gilang. Posisi duduk nya kini berdekatan dengan Bilqis.

Bilqis memasang raut wajah sedih tapi ia menggelengkan kepalanya.

"Ayo cerita tuan putri" ia berusaha membujuk Bilqis. Gilang tidak ingin ada yang disembunyikan Bilqis lagi.

"Haris pelaku yang nabrak bang Billy.." jawab Bilqis sambil menundukkan kepalanya.

Pernyataan Bilqis membuat Haris terdiam. Gilang segera meraih wajah Bilqis dan tatapannya bertemu.

"Lo gaboleh sedih. Gue bakal usahain bikin lo bahagia lagi" ucap Gilang.

Bilqis tersenyum dan terisak. Setidaknya Gilang tidak pernah memberikan janji palsu. Kalaupun janji, ia selalu menepatinya.

"Ih jangan nangiiis" sanggah Gilang sambil menyapu air mata Bilqis.

"Iya gue ga akan sedih lagi" ujar Bilqis. Gilang tersenyum dan memeluk Bilqis.

Bibi yang tadi mengantar Bilqis ke kamar Gilang, kini menutup mulutnya dan kembali memundurkan langkah nya.

"Eh bi, masuk" ucap Gilang. Ia kembali ke posisinya dan bersikap biasa saja karena tidak ada yang terjadi dengan Bilqis.

"Ini minum buat temen- eh, temen a Gilang? Atau pacarnya?" Kikuk si bibi.

semesta TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang