Sebelumnya, Bilqis berubah pikiran untuk pergi ke Malioboro. Ia ingin lebih dulu pergi ke Keraton. Setelah itu ke Malioboro. Gilang pun menyampaikan permintaan Bilqis kepada supirnya dan mengantar mereka ke Keraton.
Disana, Bilqis dan teman-temannya menikmati suasana yang tenang. Meskipun banyak turis dan wisatawan lain yang datang, setidaknya mereka tidak membuat onar dengan mengeraskan suaranya.
Canda melihat patung-patung pahlawan juga suara burung yang terus berkicau. Padahal, tidak ada satupun burung yang beterbangan. Itu bisa disebut fakta atau mitos bagi orang yang mendengarnya.
Setelah beberapa menit menikmati hal-hal bersejarah, mereka menghampiri sebuah warung yang menyediakan meja. Bilqis pun mengambil empat botol minuman untuknya dan teman-temannya.
Mereka berbincang tentang hal-hal yang masing-masing temui dan menjadikannya momen yang tidak akan mereka lupakan. Saat semuanya sudah merasa nyaman kembali, Gilang mengajak mereka untuk pergi ke Malioboro. Mereka pun pergi ke parkiran dan memasuki mobil.
Sang supir memarkirkan mobilnya di tempat parkiran yang tak jauh dari jalan Malioboro.
Keempat anak itu berjalan memasuki Malioboro kompak memakai kacamata photocromic. Bilqis dan Canda menyelendangkan tas kecilnya yang berisi ponsel juga dompet. Rio dan Gilang memakai celana jeans cream selutut dengan kaos putih polos. Dibaluti dengan tas sling bag yang ada di depan dadanya.
Bilqis berhenti di toko gelang, diikuti Canda, Gilang dan Rio. Mereka ikut memilih beberapa gelang untuk kenang-kenangan. Katanya.
Setelah membayar beberapa gelang, mereka melanjutkan langkahnya dan berhenti di depan sebuah toko.
"Mau beli es teh?" Tanya Gilang. Semua menoleh dan menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan menghampiri roda es teh yang berhadapan dengan toko baju tadi.
Bilqis terlihat begitu nyaman berdiri di hadapan toko. Angin yang berhembus dari toko sampai membuatnya larut dalam kesejukan Malioboro yang panas dan gerah.
"AC toko nya berapa si ini? Kerasa banget sampe keluar.." ujar Bilqis menoleh ke belakang. Semua nya terkekeh juga si pedagang yang sedang melayani es teh.
"Saya juga pilih tempat disini biar ga gerah.." sambung pedagang.
Bilqis dan teman-temannya tertawa kecil sambil menyedot minuman yang pedagang berikan tadi.
Gilang membayar empat es teh dan mengikuti langkah Bilqis yang sudah dahulu meninggalkannya. Bilqis dan Canda benar-benar dibuat bingung untuk memilih sandal jepit yang terpampang di meja pedagang. Karena itu, Gilang dan Rio menyuruh mereka untuk menutup matanya dan memilihkan sandal jepit yang cocok untuk Bilqis dan Canda.
Saat membuka matanya, Bilqis dan Canda mengangkat halisnya bersamaan dan tersenyum kecil. "Okey, kita ambil ini" ucap keduanya.
Gilang dan Rio ber-tos dengan kepalan tangan. Mereka berdua membayar sandal jepit yang dipilihnya untuk kedua gadis tadi. Lalu mengikuti Bilqis dan Canda dari belakang.
Gelang, sandal, baju, tas, topi, mereka sudah mendapatkannya. Kini, urusan perut belum kembali mereka dapatkan. Dan sekarang, Bilqis juga teman-temannya sedang menyantap bakso.
Hanya anak laki-laki yang tidak banyak berbelanja. Toh, mereka hanya ingin have fun bersama Bilqis dan Canda. Dan pulang dengan selamat.
Setelah habis, mereka tertawa karena lelucon yang seseorang berikan saat itu. Bukan karena leluconnya yang lucu, tapi karena cara tertawa orangnya yang lucu. Bahkan mereka tidak mengerti lelucon yang orang itu sampaikan karena memakai bahasa jawa medok.
Canda dan Bilqis merasa puas. Mereka berempat beranjak dan membayar pesanan bakso. Lalu melanjutkan perjalannya entah kemana. Sejujurnya, kaki mereka sudah letih. Tapi, karena keramaian Malioboro, semangat mereka tetap stabil untuk terus cuci mata dengan para pedagang dari baju sampai kuliner yang lesehan.
Bilqis tertuju pada tukang sate yang sedang mengipasi satenya. Yang lain pun ikut memperhatikan Bilqis dan mengajaknya membeli sate tersebut.
"Yaampun, gue jajan mulu" ujar Bilqis sambil mengunyah sate.
Gilang terkekeh dan mencubit pipi Bilqis. Bilqis turun dari tempat duduknya dan memesan sate lagi untuk supir Gilang dan membayar semuanya.
Tidak terasa hari sudah semakin sore. Mereka duduk di kursi yang disediakan di pinggir jalanan. Mereka beristirahat setelah lamanya berjalan mengelilingi Malioboro.
Bilqis yang sedari tadi menyandarkan tubuhnya di kursi, tiba-tiba ia memicingkan matanya dan terduduk melihat dua orang lelaki sebaya dari jauh semakin mendekat.
Bilqis memanggil nama mereka yang kian mendekat. Kedua lelaki itupun terkejut saat Bilqis memanggil namanya.
"Bima? Elrafheo? Kalian ngapain disini?" Tanya Bilqis girang.
Tak sempat menjawab pertanyaan Bilqis, Bima dan El langsung memeluk tubuh mungil Bilqis yang ada di hadapannya. Lantas, Bilqis terkejut dan membalas kaku pelukan mereka.
Bilqis melepaskan pelukan mereka dan menyuruhnya duduk di kursi yang ada di hadapannya. Mereka berbincang bagaimana mereka ada disini. Jika alasan Bilqis, Canda, Gilang dan Rio sedang berlibur, maka alasan Bima dan Elrafheo adalah menjadi penduduk pindahan.
Bima dan El bercerita bagaimana mereka ada disini. Itu karena kedua orangtuanya ternyata menjalani bisnis yang membawa keduanya ada disini. Mungkin sekitar satu hingga tiga tahunan. Ucapnya.
Bilqis mengangguk tak percaya. Sekian lama tidak melihat El dan Bima, tiba-tiba saja bertemu dengannya saat sedang berlibur di kota orang.
Menghabiskan waktu di jalan Malioboro sambil memakan beberapa camilan adalah hal ternyaman bagi semua orang yang merasakannya.
Hari ini, mungkin hari terakhir Bilqis menatap wajah Bima dan El. Ia tidak mungkin berlama-lama di kota orang meskipun membawa uang yang cukup untuk hidup. Sunset semakin menyoroti wajah-wajah bahagia yang akan sirna dalam sesaat. Bilqis terus memeluk dan berpamitan kepada Bima dan Elrafheo karena akan berpisah dalam beberapa menit kedepan.
Canda, Gilang dan Rio pun melakukan hal sama. Mereka tentu bertemu dan berpisah dijalan yang sama. Mungkin suatu saat nanti, saat mereka sudah beranjak menjadi orang sukses, kembali bertemu dijalan yang sama pula.
Bima dan Elrafheo mengantar ke tempat parkir mobil yang mereka berempat gunakan. Langkah Bilqis rasanya berat saat menginjakkannya ke dalam mobil. Ia segera membuka kaca mobil dan menatap dalam Bima dan Elrafheo.
Mobil semakin melaju. Elrafheo melambaikan tangannya disaat Bilqis masih menatapnya ke belakang. Bilqis membalasnya dengan senyuman dan terduduk di mobil.
Bilqis senang rasanya bisa bertemu dengan orang yang sangat penting dalam hidupnya. Namun ia paham bahwa setiap pertemuan ada perpisahan. Dan Bilqis akan selalu menjaga setiap pertemuan itu agar tidak ada perpisahan yang menyakitkan.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta TERBIT
Teen FictionSudah terbit di guepedia. Bisa di pesan melalui Tokopedia, Bukalapak, dan guepedia store. DI SHOPEE JUGA ADAAAAAA Toko : guepedia Judul : novel semesta oleh dewirnss ****** Langsung aja ke cerita jangan lupa masukin ke perpustakaan kalian dan vote c...