part 8

105 12 2
                                    

Ditengah ke asikan Gilang yang sedang mendengarkan lagu dengan volume yang kencang, membuatnya tuli dengan suara bel yang terus Bima tekan. Tiba tiba muncul notifikasi chat dari Bima.

Tingg

Bima
Lo mau buka pintu atau gue balik lagi kerumah?

Gilang langsung berlari menuruni anak tangga dan segera membuka pintu rumahnya. Benar, ada lelaki seumuran dengannya yang berdiri dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana sambil menggendong tas hitam.

"Silakan masuk tuan..." Ujar Gilang sambil berlagak seperti pelayan. Padahal, ia sendiri pemilik rumah itu.

"Makasih" Bima langsung masuk kerumah Gilang. Mereka satu kompleks dan orang tuanya bekerja di perusahaan yang sama.

"Mau maen ps dulu atau ngerjain tugas dulu?" Tanya Gilang sambil berjalan menaiki anak tangga ke kamar nya bersama Bima.

"Tugas aja dulu." Jawab Bima.

"Oh yaudah, lo mau minum apa?"

"Terserah." Jawab Bima sambil membuka tas nya.

"Okei, gue bawain amer." Ujar Gilang sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Gila lu ya? Air mineral aja." Gumam Bima yang tak menyangka temannya itu mengucapkan minuman haram.

"Ngga lahhh. Lu sih ditanya ketus banget jawabnya." Ujar Gilang sambil menyodorkan air mineral kepada Bima.

Mereka sibuk mengerjakan tugasnya untuk besok. Bima bukan tipe anak yang selalu menunda pekerjaan rumah. Jadi, Bima tidak pernah dikeluarkan dari kelasnya gara gara tidak mengerjakan tugas. Baik sekali. Berbeda dengan Gilang. Kalau Gilang tidak diajak mengerjakan tugas bersama dengan Bima, mungkin ia tidak akan mengerjakannya.

Hening. Tidak ada yang membuka percakapan antara mereka. Terlebih lagi Gilang, ia diam dan menatapi tugasnya.

'apa gue tanya tentang Bilqis ke Gilang aja ya? Dia kan serba tau tentang Bilqis.' Batin Bima.

"Kenapa lu?" Tanya Gilang seolah olah membaca pikiran Bima.

"Emm, lu tau sesuatu tentang Bilqis?" Tanya Bima yang memikirkan hal itu sejak pulang sekolah.

"Ow ow ow, seorang Bima yang sangat tidak peduli dengan orang lain, sekarang bisa menanyakan hal yang tidak bisa di pungkiri." Jawab Gilang yang menertawakan Bima.

"Bilqis gasuka dibentak. apalagi depan umum. dia juga gasuka diatur. ko tiba-tiba lo tanyain tentang Bilqis?" Lanjut Gilang. Ia sedikit menyindir Bima akan perlakukannya kepada Bilqis saat di sekolah. Ia mendengar bahwa Bilqis dibentak oleh sahabatnya itu.

"Oh gitu, tapi pas gue bentak dia didepan murid lain, dia gapapa tuh." Sahut Bima.

"Mungkin dia tutupin kecewanya." Jawab Gilang.

"Lo tiba tiba-tiba tanyain dia ada ape?" Lanjut Gilang sambil menatap layar ponsel nya.

"Oh gituu, gapapa sih." Jawab Bima yang merapihkan buku catatannya.

"A o a o aja lu, udah selese? Cepet banget." Jelas Gilang. "Hm, udah dong." Bima sambil memberikan tatapan malas kepada Gilang.

Bima terlihat ingin akrab dengan Bilqis. Dari cara bertanya saja sudah ditebak bahwa ia ingin mengetahui tentang Bilqis. Mungkin ada rasa gengsi untuk menanyakan hal itu kepada orang nya langsung. Bima tidak bisa melakukan itu dengan rasa gengsi. Sedangkan Gilang masih kebingungan kenapa tiba-tiba temannya kini terlihat peduli kepada orang lain.

semesta TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang