part 38

33 5 2
                                    

Bilqis tengah bersiap untuk pergi bertemu dengan Haris. Ia mengenakan sweater rajut berwana coklat susu dan celana bahan berwarna putih. Rambutnya di gerai hingga memperlihatkan permukaan yang tersemprot oleh parfum.

Bilqis menatap dirinya di cermin. "Okeh not bad" ujarnya. Ia menggendong tas kecilnya yang berisi dompet.

Saat menuruni anak tangga, Bilqis melihat ada orang tuanya yang sedang menonton tv dan memainkan gadget.

"Hai yah! Hai bu!" Sapa Bilqis. Ia mencium pipi keduanya dan duduk di samping Ilham.

"Mau kemana nih cantik banget" tanya sekaligus pujian orangtuanya lontarkan kepada putri bungsunya. Bilqis tersenyum malu dan menggigit bibir bawahnya.

"Mau ketemu temen. Terus maen sama tehcan" jawabnya sambil memberikan senyuman.

"Ketemu sama temen bukan main gitu? Terus apa dong? Pacaran?" Ilham mengangkat halisnya. Pertanyaannya kini membuat Bilqis mengerutkan dahinya.

"Mana ada Bilqis punya pacar" bantahnya.

"Siapa tau" Ilham mengangkat bahunya. Bilqis menyalimi punggung tangan Ilham dan Santi.

"Bilqis berangkat ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Ilham memperhatikan tubuh Bilqis yang keluar dari pintu rumah. Lalu melajukan motornya.

Gadis yang ia rawat kini sudah dewasa. Tidak terasa. Seiring berjalannya waktu, nanti Ilham akan menyerahkan gadisnya kepada lelaki yang akan bertanggung jawab.

Ah elah bapak jauh amat mikirnya.

*****

Sesampainya di Lacamera, Bilqis memarkirkan motor dan masuk ke dalam kafe. Ia memicingkan matanya di sebelah kanan sana. Meja nomor dua belas tepatnya.

Tubuh dan style yang begitu familiar dilihatnya, Bilqis pasti tidak salah menebak. Tentunya itu adalah Haris. Bilqis menghampiri meja nomor dua belas dan tersenyum kepada Haris.

Ia menarik kursi di hadapan Haris lalu mendudukinya. Mereka berdua canggung. Bilqis memainkan jarinya di meja sampai memunculkan bunyi bunyi dari ketukan kuku jarinya.

Sangat awkward.

Bilqis menarik buku menu dan membuka beberapa lembaran.

"Eh udah gue pesenin minuman" Haris menegakkan posisi duduknya sambil menatap Bilqis.

Bilqis mengerutkan dahi dan menutup buku menu itu. Bilqis sangat kesal sudah membuang beberapa menit yang berharga hanya untuk diam diaman dengan seorang lelaki yang tak jelas 'siapa' baginya.

"Terus lo mau ngomong apa?" Tanya Bilqis yang seharusnya tak ia lontarkan. Jika bukan karena lelaki dihadapannya, Bilqis sudah pergi ke rumah Canda.

Saat menoleh ke arah Haris, ia melihat Haris menyodorkan coklat untuknya. Bilqis lagi-lagi mengerutkan dahinya dan mengangkat sebelah halisnya.

"Buat lo" Haris kini bersedekap tangan di dadanya. Menunggu respon dari gadis dihadapannya.

"Em? Okei makasih" Bilqis membalasnya dengan senyuman. Haris terdiam tak percaya Bilqis tersenyum padanya.

Idih Haris baperan banget.

"Lo mau ga jadi pacar gue?"

semesta TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang