part 47

25 5 1
                                    

Disaat para siswa berpencar di koridor dan di kantin, Bilqis menidurkan kepalanya di atas lengan yang ia silang diatas meja. Bilqis menatap tembok yang disampingnya dan berbicara sendiri seolah-olah tembok adalah tempat curhatnya yang baru.

Gilang yang sadar akan tingkah Bilqis, malah menyimak cerita Bilqis. Rasanya, Gilang lebih ingin tau daripada harus mengoceh yang membuat Bilqis berhenti bercerita kepada tembok.

"Serius lo? Haris buntingin anak orang?" Tanya Gilang tiba-tiba. Bilqis pun menghentikan obrolannya dan segera menegakkan posisi duduknya.

Bilqis menatap Gilang dalam. Ia berpikir apakah ini waktunya untuk memberitahu Gilang? Jika tidak kali ini, Gilang akan merasa bahwa Bilqis lagi-lagi menyembunyikan hal sebesar ini.

"I-iya. Ck, gatau sih. Gue mau tanyain hal ini ke Haris langsung" jawab Bilqis. Ia menopang dagunya sambil memainkan pulpen di atas meja.

"Gue ikut boleh?" Tanya Gilang. Bilqis sontak menggeleng dan menghadap kepada Gilang.

"Ya gue ngerti. Tapi lo jangan kebawa emosi ya" melihat respon Bilqis, Gilang paham bahwa ini bukan urusannya.

"Gue bukan khawatir lo di kasarin balik sama Haris. Tapi gue khawatir lo yang kasar ke Haris anjir" ujar Gilang melanjutkan ucapannya.

"Iya gue bakal coba" balas Bilqis.

"Aih" sahut Gilang. Bilqis pun terkekeh dan mengeluarkan botol minum dari tasnya.

"Gue bersyukur" ucap Gilang. Bilqis pun menutup kembali botol minum setelah meneguk air didalamnya.

"Kenapa?" Tanya gadis cantik itu.

"Gue bersyukur karena bukan lo yang bunting" jawab Gilang. Ia menatap dalam gadis dihadapannya.

Bilqis mendesis dan memalingkan wajahnya. Ia menghembuskan napasnya berat karena siapa lagi yang akan mengatakan itu padanya selain Billy dan gilang.

"Udah gila" gumam Bilqis gedek.

Gilang pun mengangguk sambil entah bergumam apa.

Setelah bel masuk berbunyi, para siswa ribut untuk memasuki kelasnya masing-masing karena guru akan menyusulnya ke dalam kelas. Pembelajaran pun dimulai sampai waktunya pulang.

"Lo beneran gapapa?" Tanya Gilang di parkiran. Ia memperhatikan Bilqis yang sedang memasang helmnya dengan tatapan kosong.

"Beneran Gilang. Udah ya, gue balik duluan. Lo hati-hati dijalan. Bye" ujarnya. Gilang pun menggelengkan kepalanya.

Karena Bilqis merasa belakangan ini tidak baik-baik saja, ia memutuskan untuk pergi ke Lacamera sebelum pulang ke rumah. Di Lacamera, ia melihat Canda yang sedang duduk bersama Haris si meja yang biasa ia gunakan. Meja nomor dua belas.

Bilqis memicingkan matanya untuk membuktikan bahwa penglihatannya tidak salah. Sambil berjalan ke meja nomor dua belas, Bilqis mengangguk pelan karena dugaannya benar.

'ngapain mereka disini?' batin Bilqis.

Tatapan Canda beralih kepada Bilqis yang berdiri di samping Haris. Canda mengerutkan dahinya berpikir kenapa Bilqis ada disini.

"Kalian ngapain disini?" Tanya Bilqis. Ia masih berdiri di tempatnya.

Canda belum menjawab pertanyaan Bilqis karena ia berpikir, Bilqis belum mengetahui tentang hal besar ini. Tapi mungkin ini waktu yang tepat untuk Bilqis mengetahuinya. Pikir Canda.

"Ada yang mau gue omongin sama Haris. Sini duduk" jawab Canda. Bilqis pun membulatkan mulutnya dan duduk di kursi samping Canda.

Jantung Haris berdegup karena ia takut jika kedua gadis ini mengintrogasi yang tidak-tidak. Ah, ralat. Mungkin mengintrogasi yang benar adanya.

"Sebelum Tehcan ngomong, gue mau tanya sesuatu sama lo Ris" ujar Bilqis. Duduknya ia condongkan ke depan dan berada di hadapan Haris.

Seperti ditakdirkan dalam waktu yang bersamaan. Bilqis pun merasa bahwa tuhan menginginkan dia mengetahui jawaban yang sudah penuh di otaknya secepat ini.

"Tanya aja, santai" balas Haris menutupi groginya.

"Jadi bener, lo yang hamilin Tasya?" Tanya Bilqis sambil mengangkat sebelah halisnya.

Pertanyaan Bilqis sontak membuat Canda dan Haris terkejut. Canda berpikir jika Bilqis belum mengetahui hal ini kemarin. Tapi sekarang, dengan cepat Bilqis mengetahuinya.

Tapi Canda masih dengan ekspresi datar. Ia tidak terlalu excited dengan pernyataan Bilqis.

"Kok diem?" Lanjut Bilqis. Ia memetik jarinya di depan wajah Haris. Lelaki itu pun mengerjap dan menghembuskan napas berat.

"B-bukan gue lah" jawabnya kikuk.

"Gausah dusta" pekik Bilqis yang membuat Haris terdiam.

Canda belum mengatakan apapun karena Bilqis mewakilinya. Ia hanya menoleh kepada Bilqis, lalu menoleh kepada Haris.

"Jawab yang jujur Haris!" Lanjut Bilqis. Ia memukul meja sampai membuat kedua orang di dekatnya itu terkekut.

"Iya. Gue yang bikin Tasya hamil" Haris mengucapnya lirih. Ia tak sanggup menatap wajah Bilqis ataupun Canda.

Bilqis dan Canda pun berdecak sambil memalingkan pandangannya dari Haris.

"Kenapa lo lakuin ini Ris?" Tanya Canda pelan. Sebenarnya terdapat segudang amarah yang ia tutup untuk Haris.

Haris hanya menelan air ludah nya dan menunduk.

"Gue khilaf" jawab Haris.

"Khilaf tapi kalo sampe bunting mah menikmati, bodoh" sindir Bilqis. Ia menatap Haris intens.

Canda tertawa kecil, terkesan jahat.

"Gue salah biarin lo muncul di depan rumah Bilqis. Bahkan sampe saat ini." Ucap Canda.

"Gue mau ketemu sama cewe yang udah lo buntingin" lanjut Bilqis. Haris langsung menoleh padanya dan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa, gaboleh?" Tanya Bilqis.

"Ngapain?" Haris malah melempar pertanyaan.

"Suka-suka gue lah" ketus Bilqis. Lagi-lagi ia membuang pandangannya ke arah lain.

Haris kehabisan kalimat dan entah apa yang akan dilakukannya sekarang.

"Lo bisa pergi sekarang." Lanjut Bilqis dan Canda bersamaan. Mereka menunjuk Haris juga secara bersamaan.

"Jangan lo lakuin apapun ke Tasya." Ujar Haris membuat Bilqis dan Canda mengerutkan dahinya.

"Dih, suka-suka gue mau lakuin apa ke cewe yang lo sayang sayang itu" balas Bilqis.

Haris pun membuang napasnya berat dan beranjak keluar dari kafe.

Bilqis langsung mengeluarkan ponselnya yang selama sekolah ia titipkan di BK. Gadis itu mencari akun Instagram milik Tasya dan segera mengirim dm kepadanya.

Setelah menerima jawaban dari Tasya, Bilqis tersenyum kecil dan menoleh kepada Canda. Bilqis mengangguk sambil mengacungkan jempolnya yang berarti Tasya menerima ajakannya.

Beberapa menit berlalu. Tasya datang dengan salah satu teman perempuannya yang sedikit lebih tinggi darinya. Tasya melihat sekeliling dan matanya berhenti di meja nomor dua belas. Bilqis pun mengacungkan tangannya.

Tasya mengangguk dan menatap wajah temannya. Mereka menghampiri meja Bilqis sambil tersenyum.

"Silakan duduk" ujar Bilqis mempersilahkan. Tasya dan temannya pun duduk berhadapan dengan Bilqis dan Canda.

"Udah gue pesenin makanan, biar ga kuras waktu juga" lanjutnya. Tasya mengangguk canggung.

"Lo Tasya? Terus dia siapa?" Tanya Bilqis. Ia bertanya kepada gadis- ralat. Dia bukan gadis. Bilqis bertanya kepada wanita yang baru saja mengangguk.

"Ah, iya. Kenalin, gue Billa. Temen deketnya Tasya" balas teman di samping Tasya yang katanya bernama Billa.

"Ooh" gumam Bilqis sambil melihat ke arah samping.

semesta TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang