part 4

128 13 0
                                    

Setelah berakhirnya jam istirahat, Bilqis sadar bahwa ia tidak menemui teman nya-Gilang yang selalu mengoceh disampingnya. Bilqis merasa bersalah karena tidak terlalu menanggapi Gilang yang ingin mentraktir nya jajanan di kantin.

'ko Gilang ga nemuin gue ya? apa dia beneran marah gara gara ga jadi ke kantin bareng gue? lah ko jadi gue yang pusing' batin Bilqis sambil membuka aqua botol dan meneguknya.

BRUKKKKK

"Eh apa apaan ni?" Bilqis terkejut dengan buku paket yang disimpan secara kasar di mejanya oleh Bima.

"Lo yang apa apaan! Dari tadi gue cariin keliling sekolah ga ada! Lo inget tanggung jawab lo ga si sebagai sekretaris di kelas ini?!" Bentak Bima sambil berusaha menetralkan nafasnya yang terengah-engah karena membawa banyak buku dari perpustakaan.

Semua siswa yang ada di kelas menoleh pada Bilqis dan Bima. Sampai-sampai, Gilang menghampiri mereka berdua dan memberi pembelaan terhadap Bilqis.

"Lo ga usah nyolot gitu dong! Bisa kalem dikit ngomongnya? Bilqis juga gatau kalo sekarang ada pengambilan buku lagi di perpus. Baru juga hari Senin."

"Udah udah. Ini juga salah gue ga baca papan mading. Mungkin ada pemberitahuan kalo sekarang ada pengambilan buku. Oh ya, makasih Bim udah mau ambilin buku nya. Maaf juga jadi ngerepotin. Lo perlu sesuatu? Minum?" Tawar Bilqis karena merasa merepotkan Bima.

"Gausah. Makasih." Jawab Bima dengan nada ketus. Ia langsung meninggalkan kelas dan pergi ke koridor. Mungkin dia lelah. Bima adalah anak yang dingin. Namun parasnya sangat menarik kakak kelas cewek mendekatinya.

Sayangnya, dia tidak menyukai wanita yang menyukainya. Itu sebabnya kenapa dia sangat ilfeel kepada wanita yang so cantik di hadapannya.

Alasan ia membentak Bilqis seperti itu? Entah. Mungkin ia merasa keberatan hanya karena membawa buku buku itu dari perpustakaan.

"Gilang, makasih udah bela gue. Gue kira lo ga nemuin gue pas istirahat tuh lo marah sama gue gara gara gue ke kantin bareng Alea."

"Ngga gue ngga marah. Tadi gue bantuin Mang Kaya ngangkat galon delapan C. Terus baju gue basah. Gue diem aja di pinggir lapangan biar kering."

Bima langsung kembali ke kelas untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Dan ia berhenti di meja Bilqis.

"Ini buku, lo bagiin ke semua siswa delapan A. satu meja dapet dua buku. Lo itung aja bener atau kaga nya ni buku semua ada berapa. Gue tadi lupa. Sorry tadi gue bentak lo. Gue tadi cape abis basket terus disuruh bawa buku ini ke kelas. Sorry banget. Ga ada maksud lain ko." Ujar Bima panjang lebar yang langsung melihat wajah Bilqis dengan senyum tipis nya.

Perlakuan Bima kepada Bilqis membuat siswa delapan A tidak sadar bahwa mereka membuka mulutnya. Mungkin yang ada dipikiran mereka, tidak biasanya Bima seperti ini. Bima kan anak yang angkuh.

"Iya, gapapa. Gue ngerti. Udah gue maapin." Gumam Bilqis membalas senyuman Bima dan sibuk menghitung buku itu. Meskipun Bilqis sedikit terkejut karena sikap Bima.

"Serius gapapa? Gue takut lo sakit hati tadi gue bentak kaya gitu. Maaf banget ya bil. Gue janji ga akan kaya gitu lagi." Bujuk Bima yang berusaha agar Bilqis menerima permintaan maaf nya.

"Iya gue serius. Udah gausah kaya gitu. Ga biasanya lo minta maaf ke orang sampe kaya gini."

Tidak biasanya Bima bersikap ingin dimaafkan. Biasanya jika Bima melakukan kesalahan, ia hanya mengeluarkan kata maaf dan melupakannya. Tapi kali ini berbeda. Ia benar benar ingin dimaafkan Bilqis.

Tidak banyak basa basi, Bima memberikan senyuman kepada Bilqis dan meninggalkannya. Mungkin ia merasa lega karena telah melihat wanita yang ia bentak kini bisa tersenyum lagi.

'loh ko gue berharap banget pengen dimaafin sama Bilqis?' batin Bima sambil membuka buka buku pelajaran. Ia menyadari bahwa selama ini ia tidak pernah berharap ingin dimaafkan oleh orang orang yang bermasalah dengannya. Namun kali ini, ia benar benar berbeda.

semesta TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang