AUTHOR POV
Anita tampak mengeliat di atas ranjang seraya mengerjapkan matanya. Sinar matahari mengusik tidurnya.
Tersenyum sembari menatap Gilang. Perlahan tangannya bergerak mengelus lembut rahang lelaki itu. "Udah bangun?" Tanya Gilang dalam kondisi masih terpejam.
"Kita bangun yuk, aku siapin sarapan dulu ya" kata Anita beranjak turun dari ranjang, namun di cegah Gilang.
"Gak perlu, kita kan bisa delivery sayang" kata Gilang.
"Kamu jangan kerja berat, inget kata dokter waktu itu" Peringat Gilang.
"Hanya menyiapkan sarapan itu tidak berat" kata Anita.
"Ck, jangan. Kamu diem disini aja kalau gitu biar aku yang masak" kata Gilang.
"Tumben?" Tanya Anita tampak curiga.
Gilang hanya menyengir seraya mencubit pipi Anita. "Sesekali masakin istri kan gapapa" Dia beranjak menuju dapur.
Anita menatap bingung ke arah Gilang yang sudah berlalu. Gilang menoleh sekilas. "Aku yakin dia melupakannya" batinnya seraya terkekeh.
~~~~~~~~~~~~~~
Gilang sibuk menata hidangan diatas meja. "Ini hari apa ya Nit?" Tanya Gilang mengode.
Anita tampak berpikir sejenak. "Kemarin rabu, berarti sekarang kamis" kata Anita.
Gilang tampak tersenyum tipis. "Oh iya, aku lupa" katanya.
"Ayo kita sarapan" kata Gilang senbari menarik kursi dan duduk disebelah Anita.
~~~~~~~~~~~~~~
ANITA POV
"Nit, tolong keluarkan pulpen yang ada di kantong jasku ya" pinta Marta. Aku mengangguk mengiyakan dan berjalan menuju kamar.
Aku membuka pintu lemari. Aku merogoh kantong jasnya dan menemukan sesuatu. "Marta!!" Teriakku.
GILANG POV
Aku langsung menghampiri Anita yang berteriak. "Kenapa sayang?" Tanyaku.
"Deket sama siapa lagi sih?!" Tanyanya yang membuatku bingung.
"Pingin aku pergi lagi dari sini?" Tanyanya lagi.
"Bentar dulu, kamu kenapa sih? Teriak-teriak terus marah-marah?" Tanyaku.
Dia menunjukkan kotak berwarna merah marun. "Buat siapa?!" Tanya Anita dengan suara bergetar.
"Eh...itu...."
"Isss...jawab! Awas aja ya sampai kamu..." Anita membanting kotak itu. Aku mulai kebingungan sekarang.
"Tenang dulu, aku bisa jelasin" kataku berusaha selembut mungkin.
"Apa?! Ayo kasi tau, kamu istri hamil main-main ya, gak suka aku!" Kata Anita mengacak selimut diatas kasur. Seperti anak kecil.
Aku perlahan mendekatinya. Menyentuh pundaknya dan tersenyum. "Tenang dulu, jangan marah-marah gitu ntar nyesel lho" kataku seraya terkekeh.
"Gak lucu!" Balasnya. Aku mengacak rambutnya.
"Kamu lucu kalau lagi marah" kataku.
"Marta!!" Teriaknya hendak melemparkan bantal padaku namun segera ku tahan.
"Oke-oke, aku jelasin. Tapi tenang dulu" kataku. Aku kembali mengambil kotak tadi.
"Inget gak hari ini hari apa?" Tanyaku seraya memeluknya dari belakang. Dia menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Martanita [END]
Romance⚠️PERLU DIPERHATIKAN!!⚠️ Cerita ini mengandung sedikit unsur kedewasaan, untuk yang dibawah umur bijaklah dalam memilih bacaan! (18++) Baik dan lugu, itulah sifat dari seorang Anita Gautama. Wanita yang jatuh cinta pada lelaki yang bernama Herman Wi...