4. Kecurigaan

1.5K 147 9
                                    

AUTHOR POV

Malam ini, Anita mengadakan pesta bersama sahabat-sahabatnya. Bertempat di rumahnya, dia juga mengundang Ayah dan Ibunya.

"Sini Mama bawain sayang." Kata sang Mama sambil mengambil piring berisi makanan dari tangan Anita.

Anita menyerahkan piring itu. "Iya Ma, ini."

Mereka berdua menuju taman belakang tempat pesta diadakan. Pesta yang dilakukan outdoor ini sebenarnya untuk merayakan pernikahan Anita yang saat itu tak dihadiri oleh seluruh teman-temannya.

"Hayy!! ini makanannya!" Anita membawa banyak makana dan disambut antusias oleh teman-temannya.

Dengan menggunakan gaun putih selutut dan rambut digerai membuat Anita semakin cantik tak lupa dengan kacamata yang sering ia gunakan tampak lucu, bak gadis berusia 17 tahun.

Pesta itu hiasi dengan nyanyian-nyanyian dari teman-teman Anita. Dan juga beberapa candaan.

"Nit, Herman kemana?" Tanya Agas. Papa Anita.

"Iya, Mama dari tadi gak liat dia lho," Imbuh Mama

Anita tersenyum lalu menanggapi. "Katanya Mas Herman lagi kerja Ma, Pa."

"Kerja apaan sih dia? Kamu bukannya udah bilang sama dia bakal ngadain pesta?" Alina, tampak kesal mendengar pernyataan putrinya itu.

"Mungkin lagi sibuk Ma, dari dua hari yang lalu Anita udah kasi tau kok." Balas Anita.

"Coba telepon dia Nit!" Suruh sang Mama.

Anita mengambil ponselnya mencari-cari nama suaminya. "Iya, Nita telepon sekarang."

Teman-teman Anita yang sedari tadi ada di sana hanya bisa diam. Terutama Linda, dia sudah menduga hal ini akan terjadi, tapi dia tak tega dengan sahabatnya itu.

"Halo Mas?"

"Iya halo?"

"Kamu di mana mas?"

"Di kantor Nit, kenapa?"

"Kamu sibuk ya?"

"Masih ngerjain berkas-berkas lagi dikit."

"Mama nanyain kamu tadi kenapa belum dateng ke sini?"

"Bentar lagi mas dateng tunggu ya nit."

"Iya Mas, hati-hati"

"Mas dari siapa?" Tanya seorang wanita pada lelaki yang baru saja selesai berkutat dengan ponselnya.

Lelaki itu nampak kesal. Namun, berusaha untuk tetap tersenyum. "Istriku."

"Kamu masih nganggep dia istri kamu?" Tanya wanita itu kesal.

"Hanya sementara sayang, setelah itu kamu yang menggantikan." Dia mencubit gemas pipi wanita disebelahnya

"Aaaaa!....aku sayang kamu!!" Si wanita langnsung memeluk lelaki itu.

ANITA POV

Setelah menelepon, aku kembali taman belakang. Ada sedikit rasa khwatir dalam diriku.

"Gimana katanya Nit?" Tanya Papa.

"Bentar lagi Mas Herman dateng." Aku tersenyum pada Papa berusaha merubah suasana.

Aku menyodorkan beberapa piring berisi hidangan. "Ayo dimakan,"

"Iya Nit, yok dong makan! Nanti gue habisin ni." Linda menyajikan makanan itu.

"Oke. Om, Tante, ayo kita makan!" Ajak Roby

"Iya, ayo" Balas Papa.

Entah kenapa perasaanku tak karuan, aku merasa ada yang aneh pada Mas Herman.

Satu jam kemudian...

"Selamat malam" Sapa seseorang tak asing bagiku.

"Mas Herman" Gumamku.

"Selamat malam" Balas teman-temanku bersamaan.

"Kamu dari mana aja Man?" Tanya Mama dengan tatapan tajam ke arah Mas Herman.

Mas Herman tampak gelisah. "Dari kantor Ma."

"Kerja sibuk banget ya kamu?" Kata Mama seperti menyindir.

"Maaf Ma..." Mas Herman memelas.

"Kamu beneran kerja kan? Jangan sampai kamu bohong bilang kerja tapi nggak kerja." Sindir Mama.

Papa mendekati Mama dan memegang pundaknya. "Ma udah."

"Herman kerja Ma, Pa, cuma tadi banyak berkas yang harus Herman selesaikan." Mas Herman membalasnya seraya tersenyum.

"Hmm!" Mama hanya berdehem

"Ma...udah Ma, Mas Herman capek habis pulang kerja." Aku berusaha menghentikannya sebelum Mama lebih jauh menyindir Mas Herman.

Kami kembali duduk dan menyantap hidangan bersama sesekali berbincang-bincang namun tidak dengan Mas Herman yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

Waktu hampir menunjukkan tengah malam, satu persatu temanku berpamitan pulang termasuk Mama dan Papa. Oh iya, kenapa aku hanya mengundang Mama dan Papaku saja? Mama dan Papa mertuaku? Aku akan mengundangnya jika ia masih ada di dunia ini, Mas Herman adalah anak yatim piatu. Sejak kecil ia tinggal bersama Neneknya yang sudah meninggal setahun yang lalu.

"Mas ke kamar duluan ya." Mas Herman berlalu meninggalkanku.

Aku hanya menatap punggung Mas Herman yang perlahan menjauh dan menghilang tepat di depan kamar kami.

Entahlah sudah 2 bulan pernikahanku dan Mas Herman, namun belakangan ini aku melihat beberapa hal aneh pada Mas Herman dia tak seperti dulu.

Aku pun beranjak menyusul Mas Herman ke kamar, dia tampak terlelap tak ingin sampai membangunkannya dengan hati-hati aku mulai merebahkan diriku di kasur.

"Mas kamu kenapa sih?" Pertanyaan itu terngiang di pikiranku.

















Jangan lupa di vote ya🤗
Biar authornya semangatt🧡

Martanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang