20. Liontin cincin

741 59 1
                                    

ANITA POV

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, namun marta belum kunjung bangun, hingga masakanku sudah mulai dingin.

Aku melangkah menuju kamar. Aku membuka gorden memberikan celah sinar matahari untuk masuk. Namun marta masih nyaman dengan posisi meringkuk menggunakan selimut di ranjang.

"Marta bagun, kamu bisa telat nanti" kataku.

Masih dengan gaya yang sama dan tak berkutik sedikitpun dia sama sekali tak merespon kata-kataku. Dengan langkah kesal aku mendekatinya dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. "Marta bangun!" Kataku denga  sedikit meninggikan nada bicaraku

"Marta! Bangun!" Teriakku. Yang aku panggil terperanjat dan langsung bangun.

Dia langsung menoleh kearahku. "Jangan teriak-teriak gtu, ntar tenggorokan kamu sakit" katanya yang kuyakin masih setengah sadar.

"Bangun ihh, marta, ntar bisa telat kita nih, itu sarapannya udah siap" kataku.

Marta segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Aku pun juga bergegas bersiap-siap berangkat sekolah.

Setelah selesai bersiap kami langsung menyantap sarapan yang sudah ku masak tadi. "Ayo kita berangkat!" Ajak marta yang langsung menyambar tas disebelahnya.

Dalam keadaan masih mengunyah makanan dia melangkah menuju pintu. "Kunyah dulu makanannya" kataku.

"Makanya siapa suruh males bangun" imbuhku.

~~~~~~~~

AUTHOR POV

Mereka berdua pun sampai disekolah, untungnya tidak terlambat 10 menit lagi pelajaran akan dimulai.

Anita melangkah menuju ruangannya mendahului gilang. "Bu" panggil gilang. Anita menoleh kearahnya.

"Dadahh" gilang melambaikan tangannya pada anita. Anita hanya tersenyum.

~~~~~~~~

"Silakan masuk" kata anita yang sibuk dengan beberapa kertas dimejanya.

"Permisi bu, kami dari pihak osis akan mengadakan razia pada para siswa sekarang" kata salah satu dari siswa yang ada diruang anita.

Anita mengangguk mengerti. "Baiklah mari" anita mengikuti anak-anak osis itu.

Masing-masing kelas di razia oleh 3 osis. Bagi siswa yang melanggar akan di bawa ke lapangan upacara dan di berdirikan di depan umum.

Tiba-tiba pandangan anita tertuju pada seorang murid laki-laki yang diseret oleh salah satu osis menuju lapangan. Perlahan anita mengikutinya.

Murid lelaki itu tampaknya tak bermasalah dengan penampilannya. Rambut tertata rapi, pakaian seragam bersih, sepatu hitam sesuai aturan sekolah. Tapi apa yang membuatnya dibawa ke lapangan itu, anita terus bertanya-tanya.

~~~~~~~~~

Dilapangan luas itu seorang pembina osis mendekati satu persatu siswa yang sedang berdiri dihadapannya. Ada sekitar 12 orang siswa dari keseluruhan jumlah siswa disekolah terjerat razia ini.

"Kalian semua kelas berapa?" Tanya pembina osis itu sambil menatap tajam kearah mereka.

3 orang siswa mengatakan bahwa mereka kelas 11 dan 2 orang kelas 10, serta sisanya kelas 12 termasuk murid lelaki yang dilihat anita itu.

"Kalian kelas 12, masih melanggar juga? Apa 3 tahun disini masih membuat kalian belum mengerti peraturan?" Tanya pembina osis itu. Namun tak ada yang menjawab semuanya tertunduk kecuali murid lelaki itu.

Martanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang