"Ngapain lo ke sini?" Tanya Ayuna yang duduk di sisi ranjangnya. Dengan mata sembab membuat Pelangi menghela nafas. Gadis itu sudah bisa menebak pasti semalaman Ayuna menangis hebat.
"Mau nyelesaiin apa yang seharusnya di selesaikan" jawab Pelangi ikut duduk di sebelah Ayuna.
"Nggak ada yang perlu di selesaikan. Udah selesai kok"
"Belum kak" ucap Pelangi cepat.
Ayuna terlihat menipiskan bibirnya dan beranjak membuka sebuah laci meja belajarnya. Mengambil sebuah kotak besar berwarna abu-abu dari sana.
"Semua pemberian Bintang sudah siap gue kubur"
"Nyerah?"
Ayuna menggeleng "Bukan menyerah tapi berhenti" jawab Ayuna diakhiri dengan senyuman getir.
"Nggak usah di buang. Nggak perlu" Pelangi menahan tangan Ayuna untuk menutup kotak tersebut.
"Gue yang harus menjauh bukan kakak. Gue yang hancurin persahabatan kalian. Gue harus tau diri"
Sekali lagi Ayuna menggeleng. Tidak setuju dengan ucapan Pelangi "Bintang akan sangat terluka kalau lo ninggalin dia. Lo cinta pertamanya?"
"Kak Ayuna pikir gue nggak terluka. Kak Bintang juga cinta pertama gue. Oh yaa bukannya kak Bintang cinta pertama kak Ayuna juga?"
Ayuna bergeming dan menunduk menghindari pertanyaan Pelangi.
Pelangi tertawa getir "Nggak adil rasanya kalau cuma kak Ayuna yang terluka sementara kita berdua bahagia. Kalaupun gue sama kak Bintang sama-sama nggak menjamin gue bisa bahagia"
Ayuna menoleh melihat Pelangi. Gadis itu seolah meminta penjelasan dari ucapan Pelangi barusan.
"Karena gue akan terus di hantui rasa bersalah sama lo" ucap Pelangi lalu membalas tatapan Ayuna.
"Gue pulang" Pelangi berdiri dan mengambil tas ransel berwarna peach nya. Gadis itu bergegas keluar dari kamar sebelum Ayuna berbicara. Pelangi tidak mau masalah ini diperpanjang. Keputusannya adalah yang terbaik untuk saat ini. Ia tidak ingin menjadi egois untuk memaksakan keadaan.
"Pelangi"
Pelangi menghentikan langkahnya di teras rumah Ayuna. Ada Bintang disana, seperti sengaja menunggu Pelangi keluar dari rumah.
"Hai kak" sapa Pelangi lalu tersenyum manis sekali membuat Bintang mengerutkan keningnya.
"Jangan senyum. Gue merasa bersalah"
" Lo nggak salah apa-apa"
"Ayuna ngomong apa?"
"Dia nggak banyak ngomong"
Bintang bergeming. Menunggu ucapan Pelangi selanjutnya.
"Gue bilang sama dia kalau gue sama lo nggak akan pernah sama-sama"
"Kenapa ngomong gitu?" Tanya Bintang ada nada kecewa diantara kalimatnya.
"Percuma kita sama-sama karena perasaan gue nggak akan sama lagi. Kali ini gue bakal dihantui rasa bersalah terus menerus sama kak Ayuna kalau gue tetap milih sama lo"
"Padahal kita belum pernah sama-sama" lirih Semesta.
Pelangi mengangguk mengiyakan "Mending nggak pernah daripada kita memaksakan sama-sama pada akhirnya juga harus berhenti karena gue merasa bersalah"
"Lo nggak salah Pelangi" Bintang menekankan ucapannya.
Pelangi menggeleng, menatap mata coklat Bintang dengak lekat. Seolah ini terakhir kalinya ia menatap mata itu "Gue nggak mau berada dalam cinta yang di paksakan. Kalau awalnya aja udah menyakiti perasaan orang lain bagaimana nantinya" ucap Pelangi dan setelahnya gadis itu bergegas pergi meninggalkan Bintang yang berdiri kaku di teras rumah Ayuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...