Hujan bulan Juni awet juga ternyata. Dari pagi belum juga reda hingga menjelang siang. Hari ini banyak kelas yang free karena guru-gurunya berhalangan datang. Banyak siswa yang mengobrol di koridor entah itu di lantai bawah tempat kelas X, kelas area kelas XI yang ada di lantai dua atau kelas XII yang ada di lantai tiga banyak siswa yang keluar kelas hanya sekedar menikmati suasana hujan. Pelangi tersenyum manis saat menikmati rintik demi rintik yang membasahi tangannya gadis itu berdiri didepan kelasnya menengadahkan tangannya, membiarkan jari jemarinya menyentuh air yang jatuh dari langit.
Pelangi itu sangat suka dengan hujan karena menurutnya wangi tanah basah itu menenangkan. Dia merasa sangat dekat dengan hujan. Karena setelah hujan, akan ada pelangi. Akan ada dirinya. Walau hanya nama yang diberikan orang tuanya namun baginya ia adalah pelangi sesungguhnya. Warna untuk orang lain, warna yang ada setelah hujan.
"ASTAGFIRULLAH" jerit Pelangi saat mendengar suara benturan dari arah tangga menuju lantai dua. Dengan cepat gadis itu segera berlari melihat apa yang terjadi.
"Kak Bintang"
Betapa kagetnya Pelangi saat mendapati Bintang duduk dilantai dengan beberapa benda berbahan kaca pecah disekitarnya. Sepertinya cowok itu terpeleset di lantai yang licin karena beberapa siswa melewati area tersebut dengan sepatu basah. Pelangi juga melihat telapak tangan Bintang yang berdarah karena terkena pecahan beling.
Tanpa sadar Pelangi meraih lengan Bintang "Tangan lo berdarah"
"Kena pecaha kaca" jawab Bintang seadanya sambil menyeka darah yang keluar dari tangannya.
"Lo nggak hati-hati sih" omel Pelangi tiba-tiba tanpa melihat Bintang yang malah tersenyum melihat Pelangi yang khawatir padanya begitu menggemaskan.
"Tadi buru-buru soalnya di kelas guru kimia lagi butuh banget alat-alat ini untuk..."
"Gue obatain yah" pinta Pelangi tanpa menanggapi omongan Bintang.
"Nggak usah. Nanti gue harus ke kelas dulu"
"Nggak lama. Gue bawa obatnya kok" tanpa menunggu jawaban Bintang, Pelangi segera berlari kekelasnya mengambil obat yang ia maksud.
Ditempatnya Bintang tersenyum kecil dan beranjak duduk dilantai yang bersih dari pecahan beling "Lo masih aja peduli sama gue" gumam cowok itu.
Tak lama Pelangi datang membawa sebuah tas kecil berwarna pink ditangannya. Dengan cekatan ia segera membersihkan luka ditangan Bintang tanpa berbicara sama sekali. Sama seperti yang ia lakukan saat pertama kali mereka bertemu.
"Kenapa cantik mulu sih?"
Tanya Bintang dalam hati. Wajah Pelangi yang serius mengobati lukanya selalu membuatnya terpana. Baik hari itu dan hari ini cantiknya Pelangi tidak berkurang malah bertambah di mata Bintang."Kenapa nggak praktek di lab aja sih"
"Kan lagi hujan jadi ribet kalau semua siswa harus kesana. Mending satu aja yang pergi untuk ngambil peralatan"
"Kenapa harus lo"
"Gue ketua kelasnya"
"Ketua kelas apa babu?"
"Bukan babu hanya memang udah tugasnya"
"Nggak tuh. Buktinya Dedy suka nyuruh-nyuruh Ify sama Midun ambil buku paket di perpustakaan padahal dia ketua kelasnya"
Bintang hanya terkekeh "Kan ketua kelas beda-beda"
"Kenapa nggak bareng kak Ayuna ngambil peralatannya?"
"Kasian kalau dia ikut. Hujan gini"
Seketika Pelangi menghentikan gerakannya. Ucapan Bintang seolah menyadarkan bahwa cowok itu juga peduli dengan Ayuna. Perlakuan Pelangi tadi sudah melewati batasannya. Tapi dia hanya menolong Bintang bukan maksud apa-apa. Dia tidak sedang sengaja mendekati Bintang di belakang Ayuna. Jadi Pelangi tidak salah kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Roman pour AdolescentsPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...