13-Munafik

27 15 4
                                    

Malam yang indah, Pelangi berjalan keluar rumah dengan hodie pink kebesarannya dipasangkan dengan celana pendek selutut. Niatnya mau ke minimarket didepan komplek untuk membeli beberapa cemilan. Stok yang dia punya habis karena sering di ambil Melati secara diam-diam.
Sambil bersenandung kecil meniru lagu yang terdengar dari earphonnya, Pelangi memasuki minimarket dan menuju ke rak snack. Memilih beberapa makanan yang ia suka  dan memasukkannya ke keranjang belanja. Setelahnya Pelangi beralih ke tempat minuman. Ketika hendak mengambil satu botol minuman bersoda tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang.

"Jangan minum itu. Nggak baik buat kesehatan lo" suara bariton dan mata coklat milik Bintang membuat Pelangi tertegun.

"Kak Bintang" Ucap Pelangi sambil mengerjab-erjabkan matanya
"Ngapain di sini?"

"Biasa" Bintang mengangkat keranjang berisi buah ditangannya.
"Minum ini aja" Bintang memasukkan sekotak susu coklat kedalam  keranjang belanjaan Pelangi

"Apasih ngatur-ngatur. Gue mau minum soda" Sergah Pelangi kemudian mengganti kotak susu tadi dengan minuman bersoda.

Yang aneh adalah Bintang mengambil kembali kotak susu itu dan menyimpannya dikeranjang belanjaannya. "Lo mau beli apa lagi?"

"Nggak tau belum di pikirin"

"Ya udah pikirin dulu. Gue tungguin"

"Ngapain nungguin gue?"

"Gue mau antarin lo pulang"

"Apaansih. Kita nggak sama-sama datang. Jadi pulangnya sendiri-sendiri juga"

Mendengar itu Bintang terdiam. Pelangi melanjutkan langkahnya menuju ke rak perawatan badan. Sebenarnya Pelangi tidak ingin membeli apa-apa lagi  hanya saja ia berusaha menjauh dari Bintang walaupun dari lubuk hati terdalamnya ia mengharapkan Bintang menunggunya dan bisa berbicara lebih lama dengannya.

Saat berbalik kebelakang, Pelangi menahan senyumnya ketika Bintang ada disana. "Ngapain sih nunggu gue, pulang aja. Rumah lo jauh"

"Gue mau ambil ini" Bintang mengambil sebotol shampoo yang berwarna hijau dan memasukkan kedalam keranjang.

"Yaudah gue duluan" Pelangi ngacir ke kasir. Untung malam ini minimarket cukup sepi jadi tidak perlu mengantri untuk membayar.

Ketika keluar dari minimarket Bintang mengikutinya dari belakang, mengekori gadis itu hingga diparkiran akhirnya Pelangi berbalik menatap mata coklat Bintang.

"Ngapaih sih ngikutin gue?"

"Kita harus bicara"

Pelangi mengerutkan keningnya "Bicara soal apa?"

"Soal kita" ujar Bintang, matanya menyorot  Pelangi  tepat.

"Kita kenapa?" Tanya Pelangi dengan gaya menantang. Dagunya sedikit terangkat.

"Lo beda nggak seperti Pelangi yang pertama gue lihat"

"Ini Pelangi yang asli. Yang lo lihat waktu itu Fake"

Bintang berjalan mendekat berusaha mengamati wajah Pelangi  yang hanya disinari cahaya bulan. "Lo udah sekongkol dengan kak Semesta untuk permainin gue?"

"Kalau iya kenapa?" tanpa menjawab bertanyaan Bintang, Pelangi malah bertanya balik.

"Gue nggak percaya"

"Gue juga nggak minta kakak untuk percaya"

Bintang berusaha tenang menghadapi Pelangi. Sulit sekali meminta penjelasan dari gadis satu ini, Pelangi benar-benar sulit untuk dimengerti.

"Kalau itu benar, lo berhasil buat gue bingung" Bintang menjeda kalimatnya. Menelan salivanya kasar dan kembali menatap gadis di depannya.

"Lo nolongin gue, ngobatin gue, minta penjelasan gue tentang Ayuna, dan keesokan harinya semuanya berubah. Lo mendadak hilang dan saat ketemu lo malah bareng sama orang yang lo akuin paling lo benci" lanjutnya.

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang