Semesta berusaha untuk tidak tertidur di gazebo yang ada di pinggir lapangan serbaguna. Suasana sore ini benar-benar sejuk. Semilir angin tertiup lembut menyentuh kulit pemuda itu. Matanya yang sedikit terkatup masih berusaha melihat Pelangi yang sedang latihan. Semesta takut ketika ia tertidur dan Pelangi akan meninggalkannya.
Beberapa kali Pelangi menoleh kearahnya dengan tatapan kesal. Ia benar-benar tidak suka Semesta menunggunya. Apalagi ketika teman-temannya yang lain menggodanya, jelas sekali wajah Pelangi memerah. Bukan karena malu tapi karena kesal. Walaupun di usir Semesta tidak akan mau pulang.
Beberapa menit kemudian Pelangi sudah kelar dengan latihannya. Cewek itu berjalan kearahnya membuat Semesta tersenyum. Namun senyumnya seketika berubah menjadi datar dengan matanya yang menatap tajam pada seorang cowok yang datang menghampiri Pelangi.
Bintang ada disana berdiri didepan Pelangi yang membuat cewek itu berhenti. Tidak sampai disana, kemarahan Semesta semakin bertambah ketika seorang cewek datang diantara Pelangi dan Bintang. Ayuna menarik pelan lengan Bintang dan menggenggamnya."Sialan" Geram Semesta ditempatnya. Entah ia cemburu karena apa sekarang. Karena Bintang menghampiri Pelangi atau karena Ayuna mengenggam tangan Bintang. Awalnya Semesta sangat marah melihat Bintang menghampiri Pelangi namun ketika Ayuna menggenggam tangan Bintang, justru amarahnya bertambah dan rasa sesak didadanya masih terasa. Sama seperti ketika Ayuna selalu menceritakan tentang Bintang padanya dulu.
"Lo pulang sama siapa?" Tanya Bintang membuat Pelangi yang tadinya sudah ingin melanjutkan langkahnya kini berhenti kembali. Ia benar-benar tidak tahan melihat tangan Ayuna yang dengan nyamannya menggenggam tangan Bintangnya.
Melihat ekspresi Pelangi yang benar-benar beda membuat Bintang menipiskan bibir "Lo pulang bareng kita aja yah" ujarnya setelah menoleh sejenak melihat Ayuna disampingnya.
Dalam hati Pelangi tersenyum miris dengan ajakan Bintang. Ia ingin mengatakan "iya" tapi lagi-lagi genggaman tangan Ayuna mengingatkannya tentang janjinya pada gadis itu. Janji jika ia tidak akan menggangggu Bintang. Walaupun Ayuna sedikit membuatnya kesal karena cewek itu seolah-olah adalah pemilik Bintang seutuhnya. Tapi janji tetap janji, Pelangi bukan cewek pengecut yang akan lupa dengan janjinya sendiri.
"Gue pulang sama kak Sem kok" ujar Pelangi pada akhirnya. Ia menunjuk Sem dengan dagunya.
Tatapan mata Bintang tiba-tiba menyayu saat melihat seorang cowok yang berdiri tidak jauh darinya. Semesta juga sedang menatap kearahnya dengan tatapan yang selalu sama. Tatapan kebencian. Mengalihkan tatapannya dari Semesta dan kembali pada Pelangi. Menatap gadis itu lembut, khas tatapan Bintang. Mengetahui itu Pelangi tidak berani mengangkat wajahnya, matanya sedang tidak bisa bertemu dengan obsidian coklat milik Bintang.
"Gue duluan kak Bintang, kak Ayuna" pamitnya
Berlari kecil mendekati Semesta yang masih tertegun. Mengambil tas dan merogohnya. Mencari botol air minum yang sudah ia siapkan. Setelah mendapatkannya, Pelangi duduk dikursi tepat didekat Semesta berdiri. Menenangkan sedikit perasaannya yang sempat berdebar, Pelangi meneguk air mineralnya hingga setengah. Berusaha untuk tidak lagi melihat ke tempat dimana Bintang dan Ayuna tadi berdiri. Lama hingga gadis itu tersadar kalau ada yang beda. Ia mendongak melihat Semesta yang bergeming. Belum berbicara sama sekali dan wajahnya datar tidak semenyebalkan tadi.
Pelangi menipiskan bibir, walaupun Semesta menyebalkan tapi tetap saja dia manusia biasa yang pasti punya rasa iri. Dan sekarang dia sedang iri dengan Bintang. Mungkin saja perasaan Semesta sama dengan apa yang dirasakan Pelangi. Tidak suka dengan keadaaan ini.
"Pulang yuk. Katanya Lo nungguin gue. Giliran gue disini lo malah diem" Ucap Pelangi pelan. Ia mengambil ranselnya dan berjalan duluan meninggalkan Semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...