9-Sulit Damai

41 23 9
                                    

Pelangi  berbalik melihat cowok yang berhenti dibelakangnya "Ayo. Katanya mau pulang bareng "
Gadis itu kembali berbalik berjalan mendekat ketempat dimana Semesta berdiri dan dia terpaku disana.  Saat bel pulang cowok itu bergegas menghampiri Pelangi dikelasnya dan mengajaknya pulang bersama. Dengan cepat Pelangi mengiyakan membuat Semesta lagi-lagi terkejut. Ia masih mengira Pelangi akan memberontak seperti kemarin. Akan memberontak dan menampar Semesta sesukanya dan dengan begitu Semesta dengan semangat mengganggu gadis itu. Tidak seperti yang ia duga, perlakuan Pelangi masih sama dengan tadi pagi. Manis.

"Sini gue gandeng" Semesta lagi-lagi tersentak saat sebuah tangan menarik pelan lengannya berjalan melewati lapangan sekolah yang ramai.

Pelangi terlihat tidak peduli dengan sorotan orang-orang padanya. Ia tetap berjalan dengan santai dan sesekali bersenandung. Merasa egonya tersentil Semesta juga tidak mau kalah, bukankah ini yang ia inginkan Pelangi menjadi jinak padanya, cewek yang berani menamparnya ini bertekuk lutut padanya. Semesta ikut menggenggam tangan Pelangi menuju parkiran sekolah. Namun sebelum sampai dimobilnya tatapan mata Semesta menajam ketika melihat dua orang sedang tertawa bersama disana.

Terlihat Bintang memasangkan helm dikepala Ayuna. Merasa genggaman Semesta semakin erat Pelangi menoleh dan mengikuti arah pandang cowok itu.

Bintang juga menatap ke arah mereka, ia menatap mata Pelangi seperti kemarin. Gadis itu menelan salivanya saat mata coklat itu menyorot tangannya yang bertaut dengan Semesta tapi ia tidak berusaha melepaskannya. Ia sudah mengambil keputusan ini sejak tadi pagi dan ia tidak boleh merubahnya. Ia memalingkan tatapan kearah  Ayuna. Gadis itu tersenyum padanya membuat Pelangi juga ikut melengkungkan bibirnya.

"Ayo kak" bisiknya pelan pada Semesta. Pelangi bukan gadis bodoh yang tidak tau arti tatapan Semesta pada Bintang dan Ayuna. Jelas sekali cowok itu cemburu.

“Mobil gue disana" jawab Semesta sambil berjalan melewati Bintang dan Ayuna. Sebisa mungkin Pelangi tidak berbalik kesana. Entah kenapa ia merasa bersalah pada Bintang. Walau Pelangi tidak tau karena apa? Ia tidak punya hubungan apa-apa dengan cowok itu.

Mereka akhirnya meninggalkan parkiran dengan hening. Pelangi melihat Bintang dari balik kaca mobil, tatapan mata cowok itu tidak lepas dari mobil Semesta.

"Nggak niat buang gue ke jurang kan?" Tanya Pelangi tiba-tiba membuat Semesta menoleh

"Gue minta maaf karena udah nampar lo berkali-kali" ucapnya lagi, ia menatap Semesta yang juga menoleh sejenak padanya dan kembali fokus menyetir.

Hening

"Udah bisu juga?
Atau lo beneran mau buang gue
ehh di jurang mana?”
jangan jauh-jauh dari rumah lo yah, biar kalau mau hantuin lo gue nggak jalan jauh"

Semesta tiba-tiba menghentikan mobilnya ditepi jalan, cukup sunyi. Cowok itu menatap Pelangi tajam, ia perlahan mendekat membuat Pelangi melebarkan matanya. Tapi gadis itu tidak takut.

Semesta menoyor kepala Pelangi hingga terbentur pelan kekaca mobil disebelahnya "Yang mau buang lo siapa hah? Sini gue lawan" ucapnya dan menjauh kembali dari cewek itu.

Pelangi mengerjab-erjabkan matanya, berusaha menguasai diri "Ngapain berhenti,  dekat sini ada jurang" mata Semesta kembali menatap Pelangi nyalang, benar-benar tidak tau mau bersikap seperti apa dengan gadis ini. Sebenarnya tindakannya tadi hanyalah sebuah salah tingkah. Kali ini ia benar-benar linglung dan tak menyangka gadis ini ada disebelahnya.

Melihat ekspresi Semesta yang menatapnya tajam malah membuat gadis itu terkekeh "Nakut-nakutin gue sebelum dibuang kejurang. Nggak mempan"

"bisa diem nggak?"

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang