Pulang sekolah Pelangi segera bergegas ke parkiran tanpa menunggu Ify yang masih membereskan buku-bukunya. Ia berjalan melewati koridor sekolah dengan telinga yang ia buat setebal mungkin. Bagaimana tidak beberapa kakak kelas cewek sengaja menyindirnya dengan hujatan yang bertubi-tubi. Pelangi berusaha untuk tidak berbalik kepada siapapun. Ia fokus pada jalanan di depannya. Sebab jika tau siapa orang yang sudah terang-terangan menghujatnya bisa jadi Pelangi menjambak cewek-cewek itu.
Di depan laboratrium komputer langkah kaki Pelangi terhenti. Bukan karena sengaja tapi seseorang menghalangi langkahnya. Pelangi berusaha tidak tergganggu ia berjalan ke sebelah kanan untuk melewati orang itu. Namun sialnya orang itu juga berpindah kesebelah kanan. Pelangi tidak menyerah ia ke sebelah kiri dan orang itu juga mengikutinya. Begitu seterusnya hingga Pelangi berani menatap mata orang itu.
Mata yang tiga hari terakhir membuatnya emosi, mata yang tidak ingin dia lihat. Bukan hanya matanya tapi semua yang ada pada orang itu tak ingin ia lihat."Minggir" ucap cewek itu penuh penekanan dengan tatapan yang ia alihkan ketempat lain. Ia malas sekali menatap mata Seorang Semesta Winata.
"MINGGIR NGGAK" teriaknya keras dan penuh amarah membuat semua orang lagi-lagi fokus ke arah mereka berdua. Banyak siswa yang sebelumnya sudah naik angkutan umum malah turun kembali saat mengetahui ada kejadian yang terjadi di dalam sekolah. Siswa SMA Angkasa memang terkesan kepo
Semesta menatap lurus Pelangi yang terlihat begitu marah di hadapannya. Ada kesenangan tersendiri baginya jika ia melihat cewek didepannya itu marah. Semesta merasa menang akan seorang Pelangi. Ia memegang kedua pundak Pelangi namun langsung di tepis oleh cewek itu."Jangan sentuh gue Bangsat" ucapnya tegas. Matanya menyorot Semesta cukup tajam.
"Sayang" balas Semesta sambil menepuk-nempuk puncak kepala Pelangi. Gadis itu berusaha untuk pergi dari sana namun Semesta juga selalu punya cara untuk menghadangnya.
"Ehh ada apaan di depan lab. komputer?"tanya Dedy saat mendapati ada kerumunan di depan lab. Komputer
Karena penasaran Dedy, Midun dan Ify menyelinap masuk diantara kerumunan itu dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati Pelangi sedang menjadi tontonan disana. Kejadian kemarin kembali terulang bahkan siswa semakin gencar mengambil foto Pelangi dan Semesta."Kak Sem ngapain sih jahat banget sama Lang"cibir Dedy tak suka. Tapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Biar bagaimanapun dia baru saja beberapa bulan sekolah di SMA Angkasa dan ia takut terseret ke dalam masalah.
"Apaan sih foto-foto kayak nggak pernah lihat artis aja" Midun berteriak saat mendapati beberapa siswa yang memotret Pelangi yang wajahnya sedang di tangkup paksa oleh Semesta.
"Berhenti kak" Pelangi tersentak saat mendapati Ify yang menghampirinya dengan nekat. Cewek itu sudah menangis, matanya memerah saat melihat Pelangi dipermalukan di depan umum. Ify benar-benar tidak terima jika temannya diperlakukan seperti itu. Karenanya ia memberanikan diri memohon di depan Semesta untuk berhenti menganggu Pelangi.
"Gue mohon kak. Berhenti. Kasian Pelangi udah banyak di hina karena kejadian kemarin. Tolong jangan lakuin hari ini lagi kak" Ify berlutut di hadapan Semesta membuat Pelangi tak habis pikir dengan pola pikir Ify.
Melihat kelakukan Ify membuat Semesta malah tersenyum manis dan melangkah lebih dekat lagi dengan Pelangi. Ia mengelus pipi mulus cewek itu dan menatap Pelangi begitu intens "gue nggak ngapa-ngapain teman lo kok. Gue cuma mau sayang sama dia tapi dia selalu menolak" ucap Semesta begitu lembut tapi tak membuat Pelangi tersentuh dan malah membuat gadis itu semakin marah.Pelangi menarik Ify untuk berdiri dan menatap Semesta tajam namun cowok itu masih tersenyum ke arahnya. Pelangi terlihat berpikir sejenak lalu dengan cekatan ia menendang kaki kanan Semesta hingga cowok itu mengerang kesakitan. Semua orang yang menyaksikan itu sontak kaget. Pelangi tidak menghiraukannya ia hanya menarik tangan Ify untuk segera berlari dan keluar dari kerumunan orang-orang.
"Kunci motor lo mana Fy" ucapnya yang masih berlari ke arah parkiran.
Sambil berlari Ify mencari kunci motornya di dalam tas. Setelah menemukannya ia langsung memberikannya pada Pelangi. Untung Ify memarkir motornya di belakang dan tidak di himpit oleh motor yang lain jadi Pelangi bisa dengan cepat mengeluarkan motor itu dari gerbang sekolah. "Cepetan naik" perintahnya yang ikuti langsung oleh Ify.
Pelangi mengendari motor dengan cukup kencang rambut mereka beterbangan. Ify memeluk Pelangi dengan erat. Itu kebiasan Ify mau dalam suasana seperti sekarang atau tidak Ify selalu memeluk Pelangi ketika cewek itu memboncengnya.
Diperjalanan terdengar seseorang membunyikan klakson untuk Pelangi "aelah...kita di kejar" cibir Pelangi tidak suka.
"Pelangi berhenti" ucap Ify saat sudah melihat siapa yang mengejar mereka
"Itu si Midun sama Dedy" imbuh Ify lagi suaranya terdengar samar-samar karena laju motor yang cukup kencang.
"Gue nggak denger. Pegangan aja gue mau ngebut" ucap Pelangi.
"YANG DIBELAKANG BUKAN KAK SEM KOK TAPI SI MIDUN SAMA DEDY" teriak Ify cukup kencang membuat gendang telinga Pelangi bergetar.
"Oh suruh ikut aja kita bicara di rumah gue" ucap Pelangi sambil memelankan laju motor nya.
"KATA PELANGI KITA BICARA DI RUMAHNYA AJA. JADI KALIAN BERDUA IKUT YAH" lagi-lagi Ify berteriak untuk memberi tahu Midun dan Dedy. Kasian gendang telinga Pelangi hari ini. Nggak Semesta nggak Ify sama aja. Nyiksa organ tubuh Pelangi.
Ify turun dari motor sementara Pelangi memarkir motor Ify lebih dulu di depan rumahnya. Tak lama Dedy juga ikut memarkirkan motornya.
"Fy lo tadi apa-apan sih pake acara berlutut segala di depan Sem. Lo sia-sia in harga diri lo aja"
Omelan Pelangi mendarat bebas saat Midun, Dedy dan Ify sudah ada di depannya.
"Lo tuh harusnya nggak perlu lakuin itu. Semesta pasti suka kalau lo kayak tadi" tambah Pelangi lagi
Sebenarnya Pelangi takut jika Semesta memanfaatkan Ify atau menyakiti Ify sama seperti Bintang dua hari yang lalu. Ia tidak mau teman-temannya di sakiti oleh Semesta.
"Kan gue kasian sama lo. Dari kemarin elo jadi sorotan dan dari tadi pagi lo dihujat terus. Gue sebagai teman lo juga nggak suka dengar hujatan mereka." Ify terlihat emosi "mungkin lo bisa nggak denger hujatan mereka karena lo kuat tapi gue nggak bisa. Gue selalu pikirin semua hujatan mereka ke elo" tambahnya lagi-lagi Ify menangis membuat Pelangi tidak tega dan memilih merangkul Ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...