7-Sedikit tentang Bintang

48 25 5
                                    

"Sorry yah kak tadi tunggu kakak dulu pulang dari kantor jadi agak lama" ucap Pelangi saat mendapati Bintang sedang menunggunya di pinggir jalanan besar depan komplek Pelangi.

Bintang tertegun cukup lama. Melihat Pelangi dengan motor besar yang di kendarainya. Sisi Pelangi yang seperti apa lagi yang kali ini di temukan cowok itu setelah melihat keberanian Pelangi melawan Semesta dan bahkan berani menamparnya. Sekarang melihat Pelangi duduk di atas motor besar membuat Bintang terdiam.
Pelangi yang ceria dan murah senyum pada orang-orang yang menyapanya juga bisa seram jika ada yang mengusik hidupnya seperti Disya dan Semesta. Pelangi yang lekat dengan bakatnya sebagai penari yang cantik dan feminim ternyata bisa terlihat tomboy seperti malam ini.

Cewek ini benar-benar punya kejutan yang ajaib

"Woii ngapain lihat gue kayak gitu. Gue nggak pake gaun nggak usah mandang sok terpukau" ucap Pelangi menyadarkan Bintang dan segera memalingkan tatapannya dari cewek itu.

"Lo bisa bawa motor besar?"

"Lo pikir tadi nih motor yang naikin gue sampe sini?"

Bintang terkekeh. Benar juga kali ini ia salah lagi membuat pertanyaan.

"Mau ngomong di mana? Nggak usah jauh-jauh. Tadi gue izinnya cuma ambil catatan di rumah temen"
Bintang menggeleng. Dan berusaha menguasai dirinya sepenuhnya setelah cukup lama bengong memperhatikan cewek di depannya. "Nggak jauh kok. Tapi kita singgah di minimarket dulu yah"

"Ngapain singgah minimarket sih?" Gerutu Pelangi

"Ikut aja. Nggak lama kok"
Pelangi mengangguk saja dan memasang helmnya.

"Eh ini gimana. Motor lo simpan di mana? Biar gue bonceng aja" kata Bintang saat menyadari mereka membawa motor masing-masing.

"Nggak usah modus lo kak. Kita bawa motor masing-masing aja."tolak Pelangi

Baru saja Bintang mau berbicara kembali, Pelangi malah sudah melajukan motor milik kakak iparnya. Ando.

Mau tidak mau Bintang akhirnya mengikuti motor cewek itu dan berhenti di depan minimarket. Bintang langsung turun dan mengajak Pelangi ikut bersamanya tapi dia menolak. Katanya nggak lama juga jadi buat apa dia ikut. Mending tunggu di motor aja biar nggak ribet dan nggak perlu bayar parkir.
Tak lama Bintang keluar sambil membawa beberapa plastik belanjaan.

"Lo duluan kak. Gue ngikut aja" katanya membuat Bintang mengangguk.

Jalanan masih ramai karena malam memang belum larut. Baru sekitaran jam 7 an. Pelangi mengikuti Bintang masuk perkampungan yang menurut Pelangi terasa nyaman dan menenangkan. Beberapa orang ia temui baru pulang dari masjid untuk sholat isya. Beberapa anak berlarian sambil mendorong mainan yang Pelangi tidak tau namanya. Intinya mainan itu punya ban itu aja. Pelangi sangat suka suasana seperti ini dimana sifat kekeluargaan antar tetangga masih ada. Kalau di komplek boro-boro pergi dan pulang bareng ke masjid. Lihat tetangga di depan rumah saja jarang. Yah walaupun mereka saling memaklumi karena sama-sama sibuk dalam hal pekerjaan. Namun tidak bisa di pungkiri juga ia menyukai suasana seperti ini.

Bintang menepikan motornya di depan sebuah rumah yang sederhana. Tidak bertingkat seperti rumah-rumah yang ada di kompleknya. Rumah ini sederhana dan juga asri karena banyak bunga dan pepohonan di depannya. Ada ayunan kecil menggantung di bawah pohon rindang di depan rumah itu.

"Eh turun!" Perintah Bintang membuat Pelangi mengerjab.
Sebentar?
Kenapa Bintang membawanya ke sini sih? Ini dimana?

"Kok ke sini? Ini di mana?" Tanya Pelangi

"Ini di rumah gue"

"Rumah lo. Ngapain ke sini?"
Si Pelangi nanya mulu kayak wartawan.

"Biar gampang jelasinnya"

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang