Sepulang sekolah pelangi menyibukkan dirinya dihalaman belakang rumahnya. Mengurus bunga- bunga ibunya. gadis itu seperti sedang menghindari keramaian. Ia malas bergabung diruang tengah dengan ketiga kakaknya. Pikiran sedang kacau, moment di UKS benar-benar merusak moodnya seharian. Secemburu itu Pelangi melihat Semesta dengan Disya bersama.
"Kak Bintang lagi ngapain yah?" Gumamnya. percuma juga Pelangi menyebut nama Bintang padahal cewek itu tidak benar-benar ingin tau keadaan Bintang. Dia hanya berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian di UKS.
Gadis itu terlihat sangat sibuk memangkas ranting-ranting bunga yang berantakan. Tanpa sengaja Pelangi melukai tangannya dengan pisau kecil yang ia gunakan membuatnya meringis kesakitan.
"Arghh... " Pelangi refleks menahan darah ditangannya menggunakan ujung kaosnya.
"Gue kenapasih?" Gumam gadis itu.
"Nggak enak banget punya perasaan kayak gini Arhghhh sial" Ucapnya lagi. Darah ditangannya masih mengalir. untuk terlalu parah tapi darahnya lumayan banyak.
Gadis itu masuk kedalam rumah dengan menyembunyikan tangannya, tidak mau orang rumah melihatnya dan akan heboh lagi. Pelangi berjalan melewati ruang keluarga dan berjalan ke lantai atas menuju kamarnya. Ia tidak menggubris Mawar yang menawarinya roti lapis.
Sampai dikamar Pelangi segera mencari kotak P3K untuk mengobati lukanya. sesekali ia meringis saat cairan rivanol mengenai lukanya. Kegiatannya terhenti saat ponselnya berdering. Pelangi berdiri dan segera mengambil benda pipih itu. Ia melihat 17 panggilan tak terjawab dari orang yang sama.
Sial. Kebetulan banget gue lagi mikirin lo.
"Hm... kenapa?" Jawab Pelangi saat cuek.
"Lo dari mana kenapa nggak angkat telpon gue. lo masih marah?"
"Dari berkebun dan gue nggak marah"
"Nada bicara lo kayak lagi marah"
"Emang sejak kapan gue bicara baik sama lo. bukannnya emang kayak gini"
"bener juga" Terdengar persetujuan dari si penelpon membuat Pelangi tak lagi menanggapinya. Semesta orang yang menelpon juga tidak lagi berbicara mereka berada dalam kecanggungan hingga Pelangi berdeham mencoba mencairkan suasana.
" Malam ini lo kerumah gue!" Ucap gadis itu tak mau di tolak.
"Otoriter banget"
"Ya udah kalau nggak mau"
"MAULAH" Jawab Semesta cepat dan meyakinkan takut Pelangi kembali berubah pikiran. heran banget sama perasaan cewek cepat banget berubahnya. untung Semesta sabar menghadapi Pelangi tapi Semesta harus tau kalau banyak Pelangi-Pelangi di luar sana yang lebih parah dari Pelangi yang ini.
"Ya udah" Pelangi menutup telponnya. Ia itu menyimpan ponselnya dengan lemah. Berusaha mengembalikan kembali fokusnya. Sepersekian detik Pelangi menjambak rambutnya kemudian kembali meringis karena ternyata ia belum membalut lukanya.
"Argh sial gue kenapasih arghh" Ucap Pelangi frustasi berguling-berguling kesegala arah di atas ranjangnya tak lama ia menendang lagi ke udara lalu kembali berbaring telentang menatap langit-langit kamarnya dengan pasrah. "Ngapain gue ajak ke rumah sih. Gue kan lagi marah. Bego banget sih gue. ini beneran guee. Ck karakter gue nggak gini. Siaal. SEMESTA SIALAN" Teriaknya.
Seharian ini Pelangi benar-benar tak mengenal dirinya sendiri. ini tidak seperti dirinya yang biasa. Sisi Pelangi yang ini tak bisa ia kendalikan. Tentang rasa cemburu, kemudian merasa bersalah, marah, tapi di sisi lain dia tetap ingin ketemu dengan orang yang membuat nya kesal itu. Pelangi benar-benar pertama kalinya merasakan ini. ini tidak seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...