19-Jangan Dianggap Dendam

13 3 0
                                    

Lagi-lagi pagi ini Pelangi menjadi sorotan satu sekolahan. Saat dirinya berjalan di tengah lapangan ketika hujan turun dengan jaket Semesta yang melindungi kepalanya. Tentu saja pemiliknya yang memegang jaket tersebut untuk melindungi kepala Pelangi. Dengan pasrah Semesta membiarkan dirinya basah kuyup karena tidak memakai pelindung apa-apa, palingan setelah ini ia akan kedinginan di kelas.

Jarak antara lobi sekolah dan gedung kelas X memang cukup jauh dan tidak ada koridor yang menghubungkan gedung tersebut karenanya mereka harus melewati lapangan utama untuk sampai dikelas Pelangi.
"Pelan-pelan" bisik Semesta saat Pelangi hampir saja menginjak genangan air. Masih saja cowok itu memperhatikan langkah Pelangi walau suaranya sudah bergetar karena kedinginan.

Kenapa mereka rela menerobos hujan padahal bisa saja menunggu hingga reda. Alasannya karena hari ini mereka datang terlambat. Jam pelajaran sudah dimulai saat mereka sampai di sekolahan. Meski pelajaran sudah dimulai tapi ada saja siswa yang keluar untuk menyaksikan kejadian uwu itu.

"Gara-gara debat sama kak Mela nih. Gue telat" omel Pelangi. mengingat dirinya telat karena harus berantem mengenai boneka kura-kuranya yang lagi-lagi dihilangkan oleh Melati.

"Lagian lo aneh. Pagi-pagi ngurus kura-kura" ucap Semesta menanggapi. Tadi ia menyaksikan bagaimana Pelangi mengomel pada Melati yang terkesan tidak peduli.

"Nggak aneh. Gue nggak suka aja sesuatu yang gue sayang malah di perlakuin nggak baik"

"Beruntung banget jadi benda-benda yang lo sayang" Gumam Semesta. Ia yakin Pelangi tak mendengarnya karena riuh hujan lebih besar dari suaranya.

Setelahnya mereka diam dan memperhatikan langkah agar tak menginjak genangan  air dan membuat sepatunya basah. Hal itu hanya berlaku untuk Pelangi, karena Semesta sudah basah kuyup mengingat cowok itu tidak menggunakan pelindung apa-apa.
Sampai di depan kelas Pelangi, Semesta mengangkat jaketnya. Menjauhkannya dari tubuh Pelangi. Tak lama ketiga temannya keluar kelas dengan heboh. Semesta hanya menipiskan bibir sambil mengusap kedua lengannya yang terasa beku.

"Lang kok lo bisa telat sih. Untung pak Seto nggak masuk hari ini" ujar salah satu teman Pelangi yang Semesta tau bernama Dedy.

Kalau tau Pelangi tidak masuk, lalu kenapa ia harus rela basah-basahan mengantar cewek itu. Sial. Pikir Semesta. Kan mereka bisa tunggu sampai hujan reda, dari pada seperti ini sama saja Semesta juga tidak akan masuk kelas.

"Kak Sem" sapa Midun cengengesan melihat Semesta basah kuyup.
Semesta hanya tersenyum kecil menanggapi sambil menyampirkan jaket basahnya di bahu sebelah kirinya "Gue duluan. Mau ke kelas"  ujar Semesta dan segera berlalu pergi tanpa menunggu tanggapan Pelangi dan teman-temannya. Tubuhnya sudah benar-benar menggigil.

"Kasian kak Sem basah gitu" ujar Ify saat melihat Semesta berjalan ke arah tangga menuju kelas dua belas yang ada di lantai tiga.

"Demi lindungin lo Neng" Midun menanggapi.

"Dia beneran suka sama lo kali Lang" imbuh Dedy.

Sementara Pelangi hanya diam tak menanggapi. Ia memang sudah menceritakan tentang Semesta kepada ketiga temannya. Yang menurut Pelangi Semesta mendekatinya karena  ingin balas dendam. Mengingat hari itu Pelangi sok jagoan menampar Semesta dan melindungi Bintang. Jadi apapun yang Semesta lakukan padanya, Pelangi akan selalu menganggap itu adalah taktik agar Pelangi luluh padanya dan setelahnya Semesta akan merasa menang atas dirinya.

Pelangi menggeleng sambil mengusap-usap lengan seragamnya yang tadi terkena hujan. "Dia ngelakuin semuanya hanya buat gue terkeco dan bisa luluh sama dia"

"Jangan terlalu berpikiran kayak gitu juga Lang. Bisa jadi nggak" Bela Dedy. Ia melihat Semesta melakukannya dengan tulus. Bukan karena menginginkan sesuatu.

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang